Kementan Gandeng TNI AD untuk Pendampingan Program Serasi di Kalsel
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian optimis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan dapat berjalan sesuai harapan. Untuk mewujudkannya, Kementan melakukan koordinasi pendampingan bersama TNI Angkatan Darat melalui program #SERASI Kalsel.
Peran dan fungsi TNI AD dalam pendampingan pelaksanaan kegiatan ini antara lain mengkoordinasikan peran serta Babinsa dalam kegiatan yang dilaksanakan petani. Selain, itu membantu pelaksanaan SID dalam hal sosialisasi kegiatan dan mendampingi dalam proses survei lapangan.
"TNI AD juga mendampingi dalam proses pengerjaan fisik di lapangan. Membantu menyampaikan laporan perkembangan kegiatan kepada koordinator yang ditetapkan oleh Sterad. Dan membantu memastikan semua spesifikasi pekerjaan telah terlaksana sesuai dengan rencana," papar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Adapun strategi percepatan yang akan dilakukan bersama TNI AD di antaranya memetakan dan memverifikasi usulan calon lokasi atau calon petani di tiap kabupaten. Tahap I Pelaksanaan Kegiatan diprioritaskan di Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut, dilanjutkan ke Kabupaten lainnya.
Saat ini, ekskavator bantuan dari Kementerian Pertanian sebanyak 67 unit di Provinsi Kalimantan selatan ditarik ke Kabupaten Barito Kuala. Pekerjaan fisik dilaksanakan secara paralel dengan penyelesaian SID dan pemberkasan kelompok.
"Lalu ada pendampingan Intensif oleh petugas pusat, provinsi, kabupaten dan TNI di masing-masing titik lokasi. Pencatatan petugas operator, pengamanan alat, transportasi dan asuransi oleh penanggung jawab kegiatan," jelas Sarwo Edhy.
Sebelum menentukan target 250 ribu hektar, Kementan sudah lama membuat percontohan di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan pada bentangan potensi lahan rawa seluas 4.000 hektar.
"Kegiatan tersebut telah berhasil mengubah wajah pertanian rawa di Jejangkit, yang awalnya banyak lahan yang tidak dikelola karena faktor-faktor masalah pada laha rawa, saat ini lahan rawa di sana telah dikelola dan ditanami dengan tanaman padi," ungkap Sarwo Edhy.
Kegiatan pilot percontohan lahan pertanian terpadu yang dikembangkan melalui kegiatan optimasi lahan rawa bertumpu pada sejumlah kegiatan. Diantaranya pembuatan polder keliling dan tanggul pada saluran tersier dengan menggunakan ekskavator, normalisasi kanal sekunder pada daerah irigasi rawa jejangkit dengan menggunakan ekskavator dan pembuatan saluran tersier baru untuk membawa air hingga ke tengah lahan.
"Selain itu juga dibuatkan pintu-pintu air yang berfungsi sebagai pengatur air pada saluran-saluran di lokasi lahan. Juga ada penggunaan pompa aksial yang memiliki kapasitas besar," ungkap Sarwo Edhy.
Program ini juga melibatkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan). Seperti traktor roda 2, traktor roda 4 dan bulldozer D21 yang didesain khusus untuk lahan rawa untuk proses pengolahan lahan.
Selain itu, juga dilakukan langkah menaikkan ph tanah dengan menggunakan berbagai teknologi. Di antaranya penggunaan amelioran kapur pertanian dan mikroba tanah.
"Juga dilakukan pemanfaatan decomposer hasil riset Balittra untuk mempercepat proses penguraian sisa-sisa rumput belukar yang dibersihkan. Sehingga tidak diperlukan pembakaran. Dan Penggunaan benih resisten genangan dan kemasaman, seperti Inpar," jelasnya.
Pola optimasi lahan rawa yang dilaksanakan Kementan ini telah terbukti berhasil membalikkan kondisi rawa yang suram, menjadi harapan sumber penghasil pangan masa depan.
Peran dan fungsi TNI AD dalam pendampingan pelaksanaan kegiatan ini antara lain mengkoordinasikan peran serta Babinsa dalam kegiatan yang dilaksanakan petani. Selain, itu membantu pelaksanaan SID dalam hal sosialisasi kegiatan dan mendampingi dalam proses survei lapangan.
"TNI AD juga mendampingi dalam proses pengerjaan fisik di lapangan. Membantu menyampaikan laporan perkembangan kegiatan kepada koordinator yang ditetapkan oleh Sterad. Dan membantu memastikan semua spesifikasi pekerjaan telah terlaksana sesuai dengan rencana," papar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Adapun strategi percepatan yang akan dilakukan bersama TNI AD di antaranya memetakan dan memverifikasi usulan calon lokasi atau calon petani di tiap kabupaten. Tahap I Pelaksanaan Kegiatan diprioritaskan di Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut, dilanjutkan ke Kabupaten lainnya.
Saat ini, ekskavator bantuan dari Kementerian Pertanian sebanyak 67 unit di Provinsi Kalimantan selatan ditarik ke Kabupaten Barito Kuala. Pekerjaan fisik dilaksanakan secara paralel dengan penyelesaian SID dan pemberkasan kelompok.
"Lalu ada pendampingan Intensif oleh petugas pusat, provinsi, kabupaten dan TNI di masing-masing titik lokasi. Pencatatan petugas operator, pengamanan alat, transportasi dan asuransi oleh penanggung jawab kegiatan," jelas Sarwo Edhy.
Sebelum menentukan target 250 ribu hektar, Kementan sudah lama membuat percontohan di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan pada bentangan potensi lahan rawa seluas 4.000 hektar.
"Kegiatan tersebut telah berhasil mengubah wajah pertanian rawa di Jejangkit, yang awalnya banyak lahan yang tidak dikelola karena faktor-faktor masalah pada laha rawa, saat ini lahan rawa di sana telah dikelola dan ditanami dengan tanaman padi," ungkap Sarwo Edhy.
Kegiatan pilot percontohan lahan pertanian terpadu yang dikembangkan melalui kegiatan optimasi lahan rawa bertumpu pada sejumlah kegiatan. Diantaranya pembuatan polder keliling dan tanggul pada saluran tersier dengan menggunakan ekskavator, normalisasi kanal sekunder pada daerah irigasi rawa jejangkit dengan menggunakan ekskavator dan pembuatan saluran tersier baru untuk membawa air hingga ke tengah lahan.
"Selain itu juga dibuatkan pintu-pintu air yang berfungsi sebagai pengatur air pada saluran-saluran di lokasi lahan. Juga ada penggunaan pompa aksial yang memiliki kapasitas besar," ungkap Sarwo Edhy.
Program ini juga melibatkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan). Seperti traktor roda 2, traktor roda 4 dan bulldozer D21 yang didesain khusus untuk lahan rawa untuk proses pengolahan lahan.
Selain itu, juga dilakukan langkah menaikkan ph tanah dengan menggunakan berbagai teknologi. Di antaranya penggunaan amelioran kapur pertanian dan mikroba tanah.
"Juga dilakukan pemanfaatan decomposer hasil riset Balittra untuk mempercepat proses penguraian sisa-sisa rumput belukar yang dibersihkan. Sehingga tidak diperlukan pembakaran. Dan Penggunaan benih resisten genangan dan kemasaman, seperti Inpar," jelasnya.
Pola optimasi lahan rawa yang dilaksanakan Kementan ini telah terbukti berhasil membalikkan kondisi rawa yang suram, menjadi harapan sumber penghasil pangan masa depan.
(ven)