LPS Waspadai Potensi Risiko dari Eksternal dan Internal

Selasa, 14 Mei 2019 - 00:18 WIB
LPS Waspadai Potensi...
LPS Waspadai Potensi Risiko dari Eksternal dan Internal
A A A
JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai selama beberapa bulan ini kondisi likuiditas relatif membaik. Hal ini tercermin dari data Otoritas Jasa Keuangan, dimana LDR bank umum cenderung menurun, dari 93,35% pada Februari menjadi 93,27% pada Maret.

"Sementara itu kredit cenderung melambat menjadi 11,55% year to year pada Maret 2019. Sebaliknya pertumbuhan DPK meningkat terbatas menjadi 7,18% year to year," ujar Ketua sekaligus Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah di Jakarta, Senin (13/5/2019).

Halim menjelaskan bahwa kinerja Nett Foreign Asset (NFA) secara bulanan dalam rupiah maupun valas terpantau positif dengan tumbuh 1,17% month to month dalam rupiah, dan 2,93% month to month dalam dolar Amerika Serikat (USD) pada Maret 2019.

Secara point to point, nilai tukar rupiah melemah 1,07% dari level Rp 14.158 per USD pada 5 April 2019 menjadi Rp 14.309 per USD pada 7 Mei 2019.

Di sisi lain, indeks stabilitas perbankan (BSI) mencapai 99,91 pada April 2019, turun 1 bps dari 99,92 pada Maret 2019. Angka BSI ini masih berada dalam kategori normal.

Meski kondisi likuiditas relatif baik, namun LPS mewaspadai beberapa risiko sisi atas (upside) baik dari eksternal maupun internal. Halim mengatakan dari sisi eksternal adalah arah Fed Rate dan kebijakan bank sentral AS diperkirakan lebih dovish ditengah ancaman perlambatan ekonomi.

"Namun demikian, risiko perang dagang meningkat signifikan dengan dinaikkannya tarif impor sebesar USD200 miliar (setara Rp2,883 triliun) atas impor dari China oleh AS," imbuhnya.

Sementara itu, dari sisi domestik terdapat beberapa faktor risiko likuiditas yang berasal dari pertumbuhan kredit yang masih lebih tinggi di atas pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Hal ini menimbulkan tekanan likuiditas antar kelompok bank, khususnya bank besar dan bank kecil dalam upaya memperoleh DPK.

Bahkan, peningkatan kebutuhan uang tunai di masyarakat sepanjang bulan puasa dan hari raya juga menjadi risiko likuiditas. Pasalnya, hal ini membuat dana yang ada di bank ditarik dalam jumlah banyak oleh masyarakat untuk Lebaran.

Saat ini, kinerja NFA muiai menunjukkan perbaikan dalam jangka pendek terlihat dari pertumbuhan NFA secara bulanan dalam rupiah maupun valas terpantau positif. Pada Maret 2019, NFA dalam rupiah tumbuh 1,17% month to month, sementara dalam dolar AS terpantau tumbuh 2,93% month to month.

Saat yang sama, penurunan pertumbuhan NFA secara tahunan tampak mulai mengecil. Namun, LPS melihat adanya risiko dari pemulihan arus NFA dan periode pembayaran dividen yang berdampak pada kondisi likuiditas (M2) dan nilai tukar.

Defisit neraca perdagangan juga menjadi risiko yang perlu diwaspadai meskipun dalam dua bulan terakhir terjadi surplus perdagangan. Pasalnya pada April tahun lalu, neraca dagang tercatat defisit USD1,63 miliar sehingga kemungkinan April 2019 akan terjadi hal yang sama.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6439 seconds (0.1#10.140)