Meski Pasar Gejolak, Ekspor Kendaraanl Tetap Tumbuh

Selasa, 14 Mei 2019 - 06:54 WIB
Meski Pasar Gejolak,...
Meski Pasar Gejolak, Ekspor Kendaraanl Tetap Tumbuh
A A A
JAKARTA - Di tengah gejolak pasar global akibat sentimen perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS), industri automotif nasional berhasil membukukan pertumbuhan ekspor kendaraan. Ke depan, produsen juga terus menyiapkan pasar baru ekspor di samping negara tujuan yang sudah ada.

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, di tengah kondisi ekonomi global yang kurang baik, ekspor kendaraan utuh (complete build-up/CBU) merek Toyota masih menorehkan pertumbuhan moderat sebesar 2% pada kuartal I/2019.

Pada periode tersebut, total ekspor Toyota tercatat 46.130 unit dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yaitu sebesar 45.350 unit. Performa positif periode Januari–Maret 2019 didukung model sport utility vehicle (SUV) Fortuner buatan Pabrik Karawang 1 yang menempatkan posisi sebagai kontributor terbesar.

Kendaraan yang menjadi favorit di kawasan Timur Tengah, Amerika Selatan, dan ASEAN ini tercatat menyumbangkan total 11.165 unit atau 24% dari total ekspor CBU kendaraan bermerek Toyota.
Selain itu, model SUV kecil Rush sejumlah 8.800 unit atau sebesar 19% dan model hatchbatck Agya dengan volume 8.600 unit atau sekitar 18% turut mendulang pertumbuhan ekspor.

Model-model CBU bermerek Toyota lain seperti Vios (5.500 unit), Avanza (5.780 unit), Town Ace/Lite Ace (3.715 unit), serta Kijang Innova, Sienta, dan Yaris dengan total (2.570 unit), juga memberikan andil performa kuartal pertama. “Sejak lima tahun terakhir, Fortuner konsisten menjadi model SUV penyumbang terbesar bagi prestasi ekspor Toyota Indonesia," kata Bob.

Dia menambahkan, untuk mendorong pertumbuhan ekspor, saat ini TMMIN fokus mencari pasar-pasar ekspor nontradisional baru. Dari catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota menyumbang 80% total ekspor nasional dalam bentuk utuh (CBU) dengan 9 model mobil. "Kami mayoritas (terbesar) untuk pasar ekspor," tegas Bob.

Tahun ini Toyota menargetkan pertumbuhan ekspor di atas 5%, meski situasi makroekonomi dunia masih tidak menentu. Selain mengapalkan kendaraan utuh bermerek Toyota, TMMIN juga mengirimkan kendaraan setengah jadi/complete knock-down (CKD), mesin utuh, serta komponen kendaraan.

Sejak pengapalan perdana pada 1987 hingga saat ini, Toyota berhasil menggenapkan angka 1,5 juta unit akumulasi ekspor kendaraan utuh Toyota dengan estimasi nilai ekspor lebih dari USD28,8 miliar. Hingga kini, produk automotif dalam negeri mampu menembus lebih dari 80 negara tujuan ekspor di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.

Toyota, lanjut dia, berkomitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor berbagai kendaraan bermerek Toyota. Selain itu, Toyota ingin mengembangkan industri automotif Indonesia lebih baik lagi melalui penanaman investasi dalam menyongsong era mobil listrik.

Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara menegaskan kondisi perekonomian global memang kurang menguntungkan, termasuk untuk pasar Australia yang digadang-gadang menjadi tujuan ekspor baru. "Untuk Australia, syarat yang ditetapkan agak ketat," tegasnya.

Namun, Gaikindo telah melakukan pembicaraan dengan para prinsipal automotif dunia untuk menggenjot ekspor dari Indonesia. "Gaikindo sudah bicara dengan prinsipal maupun asosiasi automotif Jepang dan Korea agar memperhatikan masalah tersebut," kata dia.

Menurut Kukuh, Indonesia memiliki keunggulan dari sisi jumlah varian produk yang diekspor. Selain MPV, masih ada jenis SUV dan sedan. "Sekarang tinggal pihak prinsipalnya maunya meningkatkan volume ekspor yang jenis apa," katanya.

Gaikindo, kata Kukuh, mendukung penuh upaya pabrikan di dalam negeri untuk melakukan ekspor. Apalagi, pemerintah sudah memberikan beragam insentif dan perbaikan infrastruktur. "Sudah saatnya sekarang industri di dalam negeri melakukan ekspansi besar-besaran. Apalagi pemerintah sudah memberikan dukungan," katanya.

Ekspor mobil ke luar negeri juga dianggap sebagai peluang oleh PT Honda Prospect Motors (HPM) selaku agen pemegang merek Honda di Indonesia. Pada April 2019, Honda mengirimkan mobil secara utuh alias completely built-up (CBU) sebanyak 740 unit mobil Honda Brio. Rinciannya, 330 unit ke Filipina dan 390 unit ke Vietnam.

”Kami harapkan bulan-bulan berikutnya angka tiga digit ini dapat terus dipertahankan,” ujar Marketing & After Sales Service Director PT HPM Jonfis Fandy. Honda optimistis bahwa pasar low cost green car (LCGC) bisa menjadi andalan Indonesia dalam hal ekspor mobil.

Menurut Jonfis, pada edisi pertama LCGC dirancang untuk lokalisasi di mana mobilnya dibuat untuk di Indonesia. “Nah, di jilid kedua, boleh dibilang ada rencana untuk ekspor. Karena menurut saya bagus. Apalagi yang mengembangkan LCGC bukan Honda saja, tapi juga ada beberapa brand yang serius,” ujar Jonfis.

Director of Sales and Marketing Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Irwan Kuncoro mengatakan tahun ini Mitsubishi akan meningkatkan ekspor hingga 50.000 unit per tahun. Angka ini naik dibandingkan jumlah ekspor yang dilakukan Mitsubishi tahun lalu yang mencapai 40.000 unit per tahun. Irwan mengatakan, dengan meningkatnya jumlah ekspor, otomatis negara tujuan ekspor akan bertambah.

Diketahui saat ini produk Mitsubishi yang diekspor yakni Mitsubishi Xpander telah dikirim ke beberapa negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. “Untuk negara apa saja yang bertambah, nantinya ada pihak manufaktur yang akan mengumumkan lebih detailnya,” ujar Irwan.

Dia mengatakan, peningkatan ekspor ini dilakukan seiring dengan target penjualan Mitsubishi tahun ini yang juga meningkat. Direncanakan, Mitsubishi berupaya menjual 150.000 unit kendaraan pada tahun babi tanah ini. Untuk mencapai target itu, Mitsubishi akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan pabrik mereka yang ada di kawasan Delta Mas, Bekasi, Jawa Barat.

Kapasitas produksi diketahui saat ini mencapai 160.000 unit dan akan ditingkatkan menjadi 220.000 unit pada tahun fiskal 2020. Mitsubishi Motors Corporation bahkan berkomitmen menanamkan investasi sekitar 4 miliar yen untuk peningkatan kapasitas produksi itu. “Ini akan memberikan tambahan lapangan kerja bagi 800 orang di pabrik Bekasi untuk melengkapi total karyawan mencapai 4.100 orang," kata Irwan.

Direktur 4W Marketing PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Saputra mengungkapkan, industri automotif perlu dukungan kerja sama bilateral yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk pasar baru. "Misalnya ke Amerika Latin, perlu kiranya pemerintah memberikan dukungan kerja sama bilateral sehingga memudahkan industri untuk mengembangkan pasar," tegasnya.

Saat ini Suzuki mengekspor lima model mobil ke mancanegara, di antaranya Ertiga, APV, Karimun, Carry, dan Mega Carry. "Kami sudah melakukan ekspor ke 58 negara dan untuk Carry, kami targetkan ke 100 negara," katanya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0933 seconds (0.1#10.140)