Perang Dagang Picu Pelarian Modal dari Pasar Negara Berkembang
A
A
A
HONG KONG - Pasar negara berkembang mengalami pelarian modal terberat sejak Oktober tahun lalu dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan oleh Institute of International Finance (IIF) dalam sebuah laporan Rabu (15/5) lalu.
Presiden AS Donald Trump mengejutkan pasar global pekan lalu dengan menaikkan tarif barang-barang asal China di tengah-tengah negosiasi perdagangan. AS menuding China telah mundur dari komitmen sebelumnya. Beijing pun membalas aksi AS tersebut pada hari Senin (13/5) pekan ini.
Berdasarkan laporan IFF, eksodus dari pasar yang sedang berkembang dipimpin oleh ekuitas China, yang melihat arus keluar sebesar USD1,5 miliar pada Senin lalu, setelah investor mengambil USD2,5 miliar pada minggu lalu.
Arus modal keluar dari Taiwan mencapai USD400 juta pada hari Rabu lalu, dan negara-negara berkembang Asia lainnya, seperti Korea Selatan, India dan Indonesia.
"Hal itu mencerminkan tren China, menyoroti risiko pada kompleks pasar yang tengah berkembang yang lebih luas dari meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China," kata Ekonom IIF Jonathan Fortun dan Greg Basile seperti dikutip Reuters, Kamis (16/5/2019).
Namun demikian, aliran masuk obligasi tetap stabil, dengan Thailand mencatat aliran masuk harian tertinggi dalam hampir tiga bulan minggu ini, yakni lebih dari USD240 juta. IIF menyebutkan, arus keluar baru-baru ini mencapai sekitar USD1 miliar, terbesar sejak Oktober lalu yang sebesar USD1,1 miliar.
Presiden AS Donald Trump mengejutkan pasar global pekan lalu dengan menaikkan tarif barang-barang asal China di tengah-tengah negosiasi perdagangan. AS menuding China telah mundur dari komitmen sebelumnya. Beijing pun membalas aksi AS tersebut pada hari Senin (13/5) pekan ini.
Berdasarkan laporan IFF, eksodus dari pasar yang sedang berkembang dipimpin oleh ekuitas China, yang melihat arus keluar sebesar USD1,5 miliar pada Senin lalu, setelah investor mengambil USD2,5 miliar pada minggu lalu.
Arus modal keluar dari Taiwan mencapai USD400 juta pada hari Rabu lalu, dan negara-negara berkembang Asia lainnya, seperti Korea Selatan, India dan Indonesia.
"Hal itu mencerminkan tren China, menyoroti risiko pada kompleks pasar yang tengah berkembang yang lebih luas dari meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China," kata Ekonom IIF Jonathan Fortun dan Greg Basile seperti dikutip Reuters, Kamis (16/5/2019).
Namun demikian, aliran masuk obligasi tetap stabil, dengan Thailand mencatat aliran masuk harian tertinggi dalam hampir tiga bulan minggu ini, yakni lebih dari USD240 juta. IIF menyebutkan, arus keluar baru-baru ini mencapai sekitar USD1 miliar, terbesar sejak Oktober lalu yang sebesar USD1,1 miliar.
(fjo)