BI Revisi Target Defisit Transaksi Berjalan di Tengah Gejolak Global
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) merevisi target defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tahun ini dari awalnya 2,5% PDB menjadi 2,5%-3% PDB. Hal ini didasari kondisi perlambatan ekonomi global hingga perang dagang yang membayangi pelemahan sisi perdagangan dan finansial ekonomi Indonesia.
"Jadi kenapa revisi karena kita melihat faktor eksternal dan internal yang mana kita ingin menjaga fundamental ekonomi Indonesia dan mengurangi resiko," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Lebih lanjut, Ia juga menegaskan pemerintah dan seluruh pihak telah berupaya maksimal dengan menempuh berbagai langkah dalam mengendalikan CAD. "Namun lambatnya ekonomi global membuat perkiraan terkini CAD di tahun 2019 berada pada kisaran 2,5-3% PDB. Sebelumnya memang kami upayakan dan perkirakan ke arah 2.5% dari PDB," jelasnya.
Meski begitu, BI menerangkan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang berjalan baik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Maret 2019 tetap tinggi yakni 23,3% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 2,5% (gross) atau 1,2% (net).
Dari fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit pada Maret 2019 tercatat 11,5% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit Februari 2019 sebesar 12,1% (yoy). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Maret 2019 sebesar 7,2%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan Februari 2019 sebesar 6,6%. Likuiditas perbankan terjaga, antara lain tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 21,1% pada Maret 2019.
Sementara itu, kinerja korporasi go public tetap baik ditopang kemampuan membayar yang terjaga. Ke depan, Bank Indonesia memandang terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang masih berada di bawah level optimum dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial akomodatif.
"Jadi kenapa revisi karena kita melihat faktor eksternal dan internal yang mana kita ingin menjaga fundamental ekonomi Indonesia dan mengurangi resiko," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Lebih lanjut, Ia juga menegaskan pemerintah dan seluruh pihak telah berupaya maksimal dengan menempuh berbagai langkah dalam mengendalikan CAD. "Namun lambatnya ekonomi global membuat perkiraan terkini CAD di tahun 2019 berada pada kisaran 2,5-3% PDB. Sebelumnya memang kami upayakan dan perkirakan ke arah 2.5% dari PDB," jelasnya.
Meski begitu, BI menerangkan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang berjalan baik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Maret 2019 tetap tinggi yakni 23,3% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 2,5% (gross) atau 1,2% (net).
Dari fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit pada Maret 2019 tercatat 11,5% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit Februari 2019 sebesar 12,1% (yoy). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Maret 2019 sebesar 7,2%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan Februari 2019 sebesar 6,6%. Likuiditas perbankan terjaga, antara lain tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 21,1% pada Maret 2019.
Sementara itu, kinerja korporasi go public tetap baik ditopang kemampuan membayar yang terjaga. Ke depan, Bank Indonesia memandang terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang masih berada di bawah level optimum dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial akomodatif.
(akr)