Ekonomi Jepang Mampu Tumbuh Usai Diramal Bakal Kontraksi
A
A
A
TOKYO - Ekonomi Jelang secara tak terduga mampu tumbuh dalam tiga bulan awal tahun ini hingga Maret 2019, setelah sebelumnya ekonomi terbesar ketiga dunia tersebut diramalkan bakal kontraksi. Tercatat menurut data resmi produk domestik bruto (PDB) ekonomi negeri Matahari Terbit mampu menanjak naik pada level 2,1% secara tahunan pada periode itu.
Seperti dilansir BBC, raihan ini mengalahkan ekspektasi analis yang memperkirakan kontraksi 0,2% namun justru impor turun lebih cepat dari ekspor. Data diawasi dengan cermat untuk setiap sinyal bahwa kenaikan pajak penjualan yang direncanakan dapat ditunda. Ekspansi mengejutkan dalam angka PDB resmi, sebagian besar didorong oleh impor yang jatuh lebih cepat dari ekspor.
Impor mengalami penurunan mencapai sebesar 4,6% atau menjadi pelemahan terbesar dalam satu dekade, menurut Reuters saat ekspor juga turun lebih dari 2,4%. "Ketahanan ekonomi yang mengejutkan pada awal tahun ini berarti bahwa pertumbuhan PDB akan lebih kuat dari yang kami perkirakan," kata ekonom senior Jepang di Capital Economics Marcel Thieliant.
Thieliant juga menambahkan, bahwa melihat angka pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan, Jepang "akan terus maju dengan kenaikan pajak penjualan yang dijadwalkan 1 Oktober". Beberapa pembuat kebijakan menyerukan penundaan kenaikan pajak penjualan dari 8% menjadi 10% karena latar belakang kondisi ekonomi domestik dan global yang tidak pasti.
Perdana Menteri Shinzo Abe telah menunda peningkatan yang direncanakan dan ketidakpastian dalam ekonomi dunia, termasuk perlambatan pertumbuhan di China dan perang dagangnya dengan AS yang menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu mungkin akan tertunda lagi.
Tetapi Menteri Ekonomi Toshimitsu Motegi tampaknya menunjukkan bahwa rencana untuk pajak penjualan yang lebih tinggi tetap berada dalam jalur. "Tidak ada perubahan pada pandangan kami bahwa fundamental mendukung permintaan domestik tetap solid," kata Motegi kepada wartawan, menurut Reuters.
Seperti dilansir BBC, raihan ini mengalahkan ekspektasi analis yang memperkirakan kontraksi 0,2% namun justru impor turun lebih cepat dari ekspor. Data diawasi dengan cermat untuk setiap sinyal bahwa kenaikan pajak penjualan yang direncanakan dapat ditunda. Ekspansi mengejutkan dalam angka PDB resmi, sebagian besar didorong oleh impor yang jatuh lebih cepat dari ekspor.
Impor mengalami penurunan mencapai sebesar 4,6% atau menjadi pelemahan terbesar dalam satu dekade, menurut Reuters saat ekspor juga turun lebih dari 2,4%. "Ketahanan ekonomi yang mengejutkan pada awal tahun ini berarti bahwa pertumbuhan PDB akan lebih kuat dari yang kami perkirakan," kata ekonom senior Jepang di Capital Economics Marcel Thieliant.
Thieliant juga menambahkan, bahwa melihat angka pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan, Jepang "akan terus maju dengan kenaikan pajak penjualan yang dijadwalkan 1 Oktober". Beberapa pembuat kebijakan menyerukan penundaan kenaikan pajak penjualan dari 8% menjadi 10% karena latar belakang kondisi ekonomi domestik dan global yang tidak pasti.
Perdana Menteri Shinzo Abe telah menunda peningkatan yang direncanakan dan ketidakpastian dalam ekonomi dunia, termasuk perlambatan pertumbuhan di China dan perang dagangnya dengan AS yang menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu mungkin akan tertunda lagi.
Tetapi Menteri Ekonomi Toshimitsu Motegi tampaknya menunjukkan bahwa rencana untuk pajak penjualan yang lebih tinggi tetap berada dalam jalur. "Tidak ada perubahan pada pandangan kami bahwa fundamental mendukung permintaan domestik tetap solid," kata Motegi kepada wartawan, menurut Reuters.
(akr)