Hijrah Movement

Minggu, 26 Mei 2019 - 10:16 WIB
Hijrah Movement
Hijrah Movement
A A A
Seperti tahun-tahun sebelumnya di bulan Ramadhan, minggu lalu saya mengeluarkan kajian kecil mengenai tren pasar muslim.

Tahun ini kajiannya saya beri Judul: Muslim 4.0: Hijrah+Digital+Leisure. Intinya, kajian itu berisi perkembangan gaya hidup muslim Indonesia di tengah pusaran ekonomi di era Revolusi Industri 4.0.

Kita tahu Revolusi Industri 4.0 yang ditandai oleh kemunculan teknologi-teknologi disruptif seperti: artificialintelligence, internet of things(IoT), big data, 3D print, augmented reality, dan blockchain telah menghasilkan perubahan cepat dan disruptif.

Tapi menariknya, gonjang-ganjing perubahan teknologi 4.0 bukannya menjadikan kaum muslim Indonesia kian sekuler dan semakin luntur keislamannya, tapi justru sebaliknya, semakin religius dan islami. Berikut ini berbagai tren yang menarik.

Hijrah: The Cool Movement
Euforia hijrah yang marak sejak beberapa tahun terakhir merupakan bukti bahwa kaum muslim Indonesia kian mendalam kadar keislamannya.

Menariknya, ”hijrah movement” ini menjadi sesuatu yang keren (saya sering menyebutnya: ”The New Cool”) di kalangan kaum muslim milenial kita.

Terakhir tahun lalu kita menyaksikan kaum muslim milenial menyelenggarakan event Hijrah Fest yang begitu heboh dan menjadi identitas baru kaum muslim milenial.

Event itu teramplifikasi luar biasa karena diinisiasi oleh para selebriti yang ramai-ramai berhijrah dan menularkan pengaruhnya ke kalangan muslim di seluruh tanah air.

Halal Bandwagon
Gaya hidup hijrah turut merevolusi industri halal. Di dalam ebook” Muslim Zaman Now” yang terbit tahun lalu saya memaparkan tentang fenomena ”Halal of Things” dimana tuntutan akan produk halal tidak terbatas pada makanan dan minuman saja.

Berbagai produk di luar makanan dan minuman mulai banyak membranding diri sebagai produk halal. Sebut saja kosmetik, kulkas, deterjen, peralatan masak, hingga fashionmengklaim produknya dengan label halal. Tren ini menjadi bola salju yang mendorong produk-produk lainnya berlomba-lomba menjadikan halal sebagai unique value proposition.

Kajian: Pengajian 4.0
Gelombang hijrah movement menjadikan milenial muslim semakin haus akan pengetahuan agama. Semakin banyak bermunculan kajian oleh ustadz kekinian yang diikuti oleh milenial muslim.

Kajian menjadi ”the new cool’ dengan dilaksanakan di tempat yang keren seperti mal, hotel, atau kafe. Ustadz-ustadz gaul kekinian seperti Abdul Somad, Salim A Fillah, Hanan Attaki, atau Adi Hidayat menjadi idola baru bagi muslim milenial yang selalu ditunggutunggu ceramahnya baik offline maupun online. Kelompok pengajian artis seperti Kajian Musyawarah menjadi inspirasi yang semakin menggerakkan hijrahmovement.

Going Syari: Fun, Fearless, Fashionable
Ketika milenial muslim memutuskan berhijrah, menjadi pribadi yang lebih baik, maka gaya busananya juga berubah. Yang semula terbuka menjadi tertutup, yang tadinya ketat menjadi longgar, mengikuti kaidah Islam.

Fashion syaripun tak ketinggalan gaya, banyak pilihan, dan juga mulai berkelas. Fashion syari menjadi pilihan baru bagi milenial muslim, yang membuat mereka makin konfiden sesuai syariah, namun tetap fashionable.

Kini banyak ditemui memakai gamis longgar atau bercadar dipadukan dengan sneaker. Atau celana tidak isbal dengan ankle cuttingdengan kemeja flannel.

Wakaf Revolution
Milenial muslim yang semakin islami, kini semakin sadar dengan potensi ekonomi keumatan yang bisa diberdayakan. Salah satu yang mencuat belakangan ini adalah tren wakaf sebagai gerakan ekonomi keumatan yang semakin berkembang.

Kini semakin banyak institusi LAZIS bahkan bank syariah menawarkan produk-produk wakaf, khususnya wakaf produktif dan tunai. Sebut saja ACT dengan inisiatif Global Wakaf, Rumah Zakat dengan Rumah Wakaf hingga Bank Syariah Mandiri membuat platformwakaf onlineberjuduljadiberkah.id.

Potensi wakaf di Indonesia luar biasa besarnya. Ketua Pusat Strategi Baznas mengungkapkan, 90% aset wakaf di Indonesia masih menganggur.

Sharia Company
Virus entrepreneurship kini semakin menjalar di kalangan milenial muslim. Tak mau hanya menjadi pasar empuk, mereka ingin menjadi bagian dalam menikmati kue ekonomi pasar muslim yang menggiurkan.

Berbagai perusahaan hingga startupbermunculan yang uniknya banyak dikelola secara syarisesuai dengan nilai-nilai Islam. Misalnya Ukhuwah Group yang digawangi oleh Teuku Wisnu dan Jannah Corp-nya Irwansyah yang menjadi pionir oleh-oleh artis.

Mereka mengelola perusahaan dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai valuesmaupun budaya perusahaan. Bekerja di perusahaan adalah sebagai bagian dari ibadah, yang tidak hanya mengutamakan profitnamun juga berkah dan kebermanfaatan.

YUSWOHADY
Managing Partner Inventure www.yuswohady.com
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6576 seconds (0.1#10.140)