Percepat Serasi, Mentan Minta Excavator Dikelola Seperti Brigade Alsintan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan, bantuan excavator yang diberikan Kementerian Pertanian untuk mengoptimasi lahan rawa di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, harus digunakan secara berkelompok seperti brigade alat mesin pertanian alsintan. Menurutnya, hanya dengan cara ini penggunaan excavator dapat lebih maksimal dengan biaya yang lebih hemat.
Untuk memperlancar progam Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi), Mentan Amran menginginkan ada 5 sampai 6 excavator yang mengerjakan satu lokasi sekaligus. Dengan bergerak dalam tim, pengawasannya akan mudah dan murah. Sedangkan jika bekerja sendiri-sendiri, biayanya akan mahal karena butuh pengawas yang banyak.
"Mau yang mudah dan murah atau yang susah dan mahal? Tolong ikuti prosedur. Satu lokasi kerjakan dengan 5 excavator sekaligus, sehingga cepat bergeraknya. Beda kalau 1 lokasi hanya 1 mesin. Beda spiritnya. Dalam 1 brigade lebih cepat," ujar Mentan Amran, Senin (27/5/2019).
Dengan optimasi lahan sawah rawa, Mentan Amran optimistis Kalsel akan menjadi salah satu tumpuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Untuk merealisasikan optimisme Kalsel menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan pangan, pemerintah menurunkan puluhan excavator yang nilainya bisa mencapai Rp3 miliar per unit.
"Excavator digunakan untuk menyiapkan irigasi. Sehingga penggunaan bibit varietas Inpari 2 yang cocok untuk lahan rawa, bisa optimal meningkatkan produktivitas panen padi," kata Amran.
Brigade alsintan yang diprogramkan Kementan dinilai sangat membantu para petani. Alasannya, untuk meminjam sewa alsintan dari brigade alsintan ini banyak keuntungannya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan petani dipersilakan memanfaatkan yang tersimpan di Dinas Pertanian atau Kodim setempat. Petani tinggal membuat surat permohonan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di wilayah masing-masing.
"Di Brigade Alsintan tersedia berbagai alat pertanian modern. seperti excavator, traktor roda dua, traktor roda empat, transplanter (penanam) dan pompa air serta excavator atau backhoe dan semuanya dalam kondisi baik," ungkap Sarwo Edhy.
Menurut Sarwo Edhy, alsintan tersebut dititipkan Kementan untuk membantu petani dalam rangka mewujudkan swasembada tanam. Terkait mekanisme peminjaman, petani tinggal berkoordinasi dengan Distan atau Babinsa dan membuat surat permohonan yang berisi peminjaman alsintan melalui Gapoktan.
"Mekanisme peminjaman tersebut untuk memperjelas siapa yang bertanggung jawab atas peminjaman. Silakan membuat surat melalui Gapoktan. Kalau alsintan yang dimaksud tersedia atau tidak sedang dipakai petani lain, bisa langsung dipakai," jelasnya.
Sarwo Edhy menambahkan, Brigade Alsintan dibentuk dilandasi temuan ribuan alsintan hanya dibiarkan menganggur. Padahal, untuk pengadaan alsintan ini, pemerintah sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
"Brigade ini menjadi pengelola alsintan agar penggunaannya lebih maksimal. Kami akan mengubah cara penanganan alsintan. Bila di kelompok tidak maksimal, maka pengelolaannya diserahkan ke Brigade," kata Sarwo Edhy
Dari sisi biaya, lanjutnya, petani akan lebih hemat. Menurutnya, selama ini petani harus mengeluarkan dana Rp1,5 juta sampai Rp2 juta per hektar untuk sewa alsintan. Dengan Brigade, petani cukup membayar Rp600 ribu sampai Rp700 ribu per hektar untuk biaya bensin dan honor operator.
"Dengan cara ini, saya optimistis produksi akan meningkat. Di sisi lain, pemda juga ikut terlibat dalam pengelolaan bantuan pusat. Pusat memberikan bantuan alsintan, daerah kebagian melakukan perawatan," pungkas Sarwo.
Untuk memperlancar progam Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi), Mentan Amran menginginkan ada 5 sampai 6 excavator yang mengerjakan satu lokasi sekaligus. Dengan bergerak dalam tim, pengawasannya akan mudah dan murah. Sedangkan jika bekerja sendiri-sendiri, biayanya akan mahal karena butuh pengawas yang banyak.
"Mau yang mudah dan murah atau yang susah dan mahal? Tolong ikuti prosedur. Satu lokasi kerjakan dengan 5 excavator sekaligus, sehingga cepat bergeraknya. Beda kalau 1 lokasi hanya 1 mesin. Beda spiritnya. Dalam 1 brigade lebih cepat," ujar Mentan Amran, Senin (27/5/2019).
Dengan optimasi lahan sawah rawa, Mentan Amran optimistis Kalsel akan menjadi salah satu tumpuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Untuk merealisasikan optimisme Kalsel menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan pangan, pemerintah menurunkan puluhan excavator yang nilainya bisa mencapai Rp3 miliar per unit.
"Excavator digunakan untuk menyiapkan irigasi. Sehingga penggunaan bibit varietas Inpari 2 yang cocok untuk lahan rawa, bisa optimal meningkatkan produktivitas panen padi," kata Amran.
Brigade alsintan yang diprogramkan Kementan dinilai sangat membantu para petani. Alasannya, untuk meminjam sewa alsintan dari brigade alsintan ini banyak keuntungannya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan petani dipersilakan memanfaatkan yang tersimpan di Dinas Pertanian atau Kodim setempat. Petani tinggal membuat surat permohonan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di wilayah masing-masing.
"Di Brigade Alsintan tersedia berbagai alat pertanian modern. seperti excavator, traktor roda dua, traktor roda empat, transplanter (penanam) dan pompa air serta excavator atau backhoe dan semuanya dalam kondisi baik," ungkap Sarwo Edhy.
Menurut Sarwo Edhy, alsintan tersebut dititipkan Kementan untuk membantu petani dalam rangka mewujudkan swasembada tanam. Terkait mekanisme peminjaman, petani tinggal berkoordinasi dengan Distan atau Babinsa dan membuat surat permohonan yang berisi peminjaman alsintan melalui Gapoktan.
"Mekanisme peminjaman tersebut untuk memperjelas siapa yang bertanggung jawab atas peminjaman. Silakan membuat surat melalui Gapoktan. Kalau alsintan yang dimaksud tersedia atau tidak sedang dipakai petani lain, bisa langsung dipakai," jelasnya.
Sarwo Edhy menambahkan, Brigade Alsintan dibentuk dilandasi temuan ribuan alsintan hanya dibiarkan menganggur. Padahal, untuk pengadaan alsintan ini, pemerintah sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
"Brigade ini menjadi pengelola alsintan agar penggunaannya lebih maksimal. Kami akan mengubah cara penanganan alsintan. Bila di kelompok tidak maksimal, maka pengelolaannya diserahkan ke Brigade," kata Sarwo Edhy
Dari sisi biaya, lanjutnya, petani akan lebih hemat. Menurutnya, selama ini petani harus mengeluarkan dana Rp1,5 juta sampai Rp2 juta per hektar untuk sewa alsintan. Dengan Brigade, petani cukup membayar Rp600 ribu sampai Rp700 ribu per hektar untuk biaya bensin dan honor operator.
"Dengan cara ini, saya optimistis produksi akan meningkat. Di sisi lain, pemda juga ikut terlibat dalam pengelolaan bantuan pusat. Pusat memberikan bantuan alsintan, daerah kebagian melakukan perawatan," pungkas Sarwo.
(ven)