Ini Penyebab Mahalnya Harga Tiket Pesawat Menurut Chappy Hakim
A
A
A
JAKARTA - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara yang juga pengamat penerbangan, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim angkat suara soal mahalnya harga tiket pesawat sejak awal tahun hingga sekarang.
Menurut dia, harga tiket pesawat meninggi karena sistem yang ada di moda transportasi udara ini berbeda dengan moda transportasi darat dan laut.
"Kenapa tiket pesawat itu mahal harganya? Karena tidak ada satupun maskapai yang 'membeli' pesawat, mereka hanya sewa atau leasing saja. Jadi yang membeli pesawat itu sebenarnya konsumen," terangnya di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Chappy menambahkan dari segi bahan bakar, bahan bakar pesawat itu mahal, karena berbeda dari bahan bakar di darat dan laut. Kemudian, asuransinya yang mahal dan biaya pemeliharaan mesinnya. Lalu, dilihat pula dari segi sumber daya manusia (SDM), perekrutannya sangat ketat dan yang sudah terekrut harus berkutat dengan aturan aviasi yang sangat kaku.
"Kita harus melihat dari segi perkembangan penghematan sepanjang sejarah maskapai di Indonesia. Dari segi teknologi, ditemukanlah pesawat yang hemat bahan bakar dengan sistem pemeliharaan yang tidak kompleks serta adanya otomatisasi. Tiket pun tidak dicetak seperti dulu," ungkap Chappy.
Menurut Chappy, penghematan maskapai bergantung pada harga BBM, pajak, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan jasa bandara atau AirNav. Baca Juga: Chappy Hakim: Mengundang Maskapai Asing Bentuk Ketidakmampuan Mengelola
"Persaingan penerbangan biaya murah justru menyebabkan slot penerbangan meningkat tajam sehingga bandara menjadi over kapasitas. SDM dan infrastruktur kemudian menjadi tertinggal. Banyak kecelakaan yang terjadi, yang turut berdampak pada bangkrutnya maskapai," ujar pengamat penerbangan ini.
Chappy pun mengingatkan bahwa transportasi udara adalah sebuah bentuk kemewahan, bukan kebutuhan transportasi yang berskala murah.
Menurut dia, harga tiket pesawat meninggi karena sistem yang ada di moda transportasi udara ini berbeda dengan moda transportasi darat dan laut.
"Kenapa tiket pesawat itu mahal harganya? Karena tidak ada satupun maskapai yang 'membeli' pesawat, mereka hanya sewa atau leasing saja. Jadi yang membeli pesawat itu sebenarnya konsumen," terangnya di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Chappy menambahkan dari segi bahan bakar, bahan bakar pesawat itu mahal, karena berbeda dari bahan bakar di darat dan laut. Kemudian, asuransinya yang mahal dan biaya pemeliharaan mesinnya. Lalu, dilihat pula dari segi sumber daya manusia (SDM), perekrutannya sangat ketat dan yang sudah terekrut harus berkutat dengan aturan aviasi yang sangat kaku.
"Kita harus melihat dari segi perkembangan penghematan sepanjang sejarah maskapai di Indonesia. Dari segi teknologi, ditemukanlah pesawat yang hemat bahan bakar dengan sistem pemeliharaan yang tidak kompleks serta adanya otomatisasi. Tiket pun tidak dicetak seperti dulu," ungkap Chappy.
Menurut Chappy, penghematan maskapai bergantung pada harga BBM, pajak, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan jasa bandara atau AirNav. Baca Juga: Chappy Hakim: Mengundang Maskapai Asing Bentuk Ketidakmampuan Mengelola
"Persaingan penerbangan biaya murah justru menyebabkan slot penerbangan meningkat tajam sehingga bandara menjadi over kapasitas. SDM dan infrastruktur kemudian menjadi tertinggal. Banyak kecelakaan yang terjadi, yang turut berdampak pada bangkrutnya maskapai," ujar pengamat penerbangan ini.
Chappy pun mengingatkan bahwa transportasi udara adalah sebuah bentuk kemewahan, bukan kebutuhan transportasi yang berskala murah.
(ven)