Hadapi Perang Dagang, Menkeu Optimis Investasi ke Indonesia Terus Mengalir
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, optimistis perang dagang antara Amerika Serikat dan China, dapat mengalirkan arus investasi ke Indonesia. Pasalnya Indonesia memiliki segala kondisi yang diperlukan untuk menjadi tempat investasi.
"Kita punya segala yang diperlukan investasi, seperti infrastruktur yang terus berkembang selama lima tahun terakhir, simplifikasi dan deregulasi peraturan, ease of doing business yang meningkat. Indonesia juga merupakan pasar yang besar," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Selain itu, tambah dia, fundamental ekonomi Indonesia, dimana stabilitas makro dan kebijakan yang prudent diterapkan terus-menerus. "Ditambah reputasi kemudahan tempat berbisnis dan iklim ivestasi di Indonesia. Kita juga secara agresif mengkomunikasikan kebijakan ini," paparnya.
Ia percaya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 ini masih dapat tumbuh di kisaran 5,3% dari dampak global perang dagang ini. Namun, dengan berbagai risiko yang harus dihadapi seperti menurunnya ekspor, impor, dan harga komoditas, Indonesia menargetkan pertumbuhan yang lebih moderat di kisaran 5,17% hingga 5,2%.
"Kita masih menargetkan pertumbuhan 5,3%. Pada kuartal pertama, kita tumbuh 5,07% yang disumbangkan dari kombinasi dampak seasonal dan mendekati Pemilu di bulan April. Kita melihat dampak perang dagang dan pelemahan global pada ekspor yang negatif, jadi ada kontraksi ekspor di kuartal pertama. Hal itu menciptakan dinamika pada sisi impor yang juga menurun seperti juga harga komoditas. Risiko ini yang membuat proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini menjadi 5,17% hingga 5,2%," tandasnya.
"Kita punya segala yang diperlukan investasi, seperti infrastruktur yang terus berkembang selama lima tahun terakhir, simplifikasi dan deregulasi peraturan, ease of doing business yang meningkat. Indonesia juga merupakan pasar yang besar," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Selain itu, tambah dia, fundamental ekonomi Indonesia, dimana stabilitas makro dan kebijakan yang prudent diterapkan terus-menerus. "Ditambah reputasi kemudahan tempat berbisnis dan iklim ivestasi di Indonesia. Kita juga secara agresif mengkomunikasikan kebijakan ini," paparnya.
Ia percaya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 ini masih dapat tumbuh di kisaran 5,3% dari dampak global perang dagang ini. Namun, dengan berbagai risiko yang harus dihadapi seperti menurunnya ekspor, impor, dan harga komoditas, Indonesia menargetkan pertumbuhan yang lebih moderat di kisaran 5,17% hingga 5,2%.
"Kita masih menargetkan pertumbuhan 5,3%. Pada kuartal pertama, kita tumbuh 5,07% yang disumbangkan dari kombinasi dampak seasonal dan mendekati Pemilu di bulan April. Kita melihat dampak perang dagang dan pelemahan global pada ekspor yang negatif, jadi ada kontraksi ekspor di kuartal pertama. Hal itu menciptakan dinamika pada sisi impor yang juga menurun seperti juga harga komoditas. Risiko ini yang membuat proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini menjadi 5,17% hingga 5,2%," tandasnya.
(ven)