Smartfren Putuskan Tidak Bagikan Dividen Tahun 2018
A
A
A
JAKARTA - Manajemen PT Smarfren Telecom Tbk (FREN) belum dapat membagikan dividen terhadap perolehan laba tahun 2018. Hal tersebut telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Direktur Smartfren, Antony Susilo, mengatakan tahun ini perseroan akan membangun tambahan Base Transceiver Station (BTS) sebanyak 5.000 BTS baru. Sementara hingga akhir 2018, total BTS perusahaan sebanyak 19.032 BTS. Perseroan masih akan berfokus di beberapa kota besar hingga ke wilayah Indonesia Timur.
Antony mengungkapkan, untuk memuluskan pembanguan BTS, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD200 juta. Hingga saat ini, dana capex telah terserap diatas USD100 juta.
"Porsi pendanaan capex tersebut sebesar 10%-15% dari kas internal perusahaan, dan 85%-90% dari pinjaman bank," ujarnya di kantornya, Kamis (27/6/2019).
Antony membeberkan, pinjaman dana capex berasal dari China Development Bank (CDB), namun pihaknya tidak menutup kemungkinan juga pinjaman akan berasal dari bank lain.
"Sekarang sedang dalam proses fasilitas selanjutnya sebesar dana investasi USD200 juta lebih lah, cuma belum bisa disampaikan, masih diskusi," tuturnya.
Disamping itu, Antony juga mengatakan, perseroan akan menargetkan pelanggan baru sebanyak 30 juta pelanggan.
"Hingga akhir bulan ini, jumlah pelanggan eksisting baru mencapai 17 juta pelanggan, naik dari 12,3 juta di akhir Desember 2018," katanya.
Direktur Smartfren, Antony Susilo, mengatakan tahun ini perseroan akan membangun tambahan Base Transceiver Station (BTS) sebanyak 5.000 BTS baru. Sementara hingga akhir 2018, total BTS perusahaan sebanyak 19.032 BTS. Perseroan masih akan berfokus di beberapa kota besar hingga ke wilayah Indonesia Timur.
Antony mengungkapkan, untuk memuluskan pembanguan BTS, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD200 juta. Hingga saat ini, dana capex telah terserap diatas USD100 juta.
"Porsi pendanaan capex tersebut sebesar 10%-15% dari kas internal perusahaan, dan 85%-90% dari pinjaman bank," ujarnya di kantornya, Kamis (27/6/2019).
Antony membeberkan, pinjaman dana capex berasal dari China Development Bank (CDB), namun pihaknya tidak menutup kemungkinan juga pinjaman akan berasal dari bank lain.
"Sekarang sedang dalam proses fasilitas selanjutnya sebesar dana investasi USD200 juta lebih lah, cuma belum bisa disampaikan, masih diskusi," tuturnya.
Disamping itu, Antony juga mengatakan, perseroan akan menargetkan pelanggan baru sebanyak 30 juta pelanggan.
"Hingga akhir bulan ini, jumlah pelanggan eksisting baru mencapai 17 juta pelanggan, naik dari 12,3 juta di akhir Desember 2018," katanya.
(ven)