Harga Minyak Dunia Naik Jelang Libur Kemerdekaan AS

Kamis, 04 Juli 2019 - 10:03 WIB
Harga Minyak Dunia Naik...
Harga Minyak Dunia Naik Jelang Libur Kemerdekaan AS
A A A
NEW YORK - Harga minyak mentah naik lebih tinggi pada penutupan perdagangan Rabu (3/7/2019) atau Kamis WIB, menjelang hari libur Amerika Serikat (AS) pada 4 Juli. Sehari sebelumnya harga anjlok lantaran kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang melampaui keputusan negara-negara eksportir minyak (OPEC) yang memperpanjang pengurangan pasokan hingga Maret 2020.

Bursa saham AS yang menguat dan data yang menunjukkan perusahaan energi AS minggu ini mengurangi operasional rig untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, turut mendukung harga minyak.

Masing-masing indeks saham utama AS mencatat rekor penutupan tertinggi seiring ekspektasi tumbuh bahwa Federal Reserve akan mengambil langkah yang lebih dovish karena serangkaian data memberikan lebih banyak bukti ekonomi yang melambat.

Tercatat untuk harga minyak Brent untuk pengiriman September naik USD1,42 atau 2,3% menjadi USD63,82 per barel. Minyak mentah AS untuk pengiriman Agustus ditutup naik USD1,09 atau 1,9%, menjadi USD57,34 per barel. Pada perdagangan hari Selasa, harga minyak acuan turun lebih dari 4% dibayangi kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Keuntungan berkurang setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 1,1 juta barel dalam sepekan terakhir, jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan analis sekitar 3 juta barel.

“Pasar kecewa dengan penarikan persediaan minyak mentah yang sangat kecil. Satu-satunya tanda kekuatan di pasar adalah penurunan inventaris bensin yang berkelanjutan,” kata presiden Lipow Oil Associates di Houston Andrew Lipow, dikutip dari Reuters, Kamis (4/7/2019).

Sedangkan harga bensin berjangka AS naik sekitar 2,5% menjadi USD1,9167 per galon.

“Kami mengalami koreksi yang cukup tajam kemarin, jadi setelah itu sedikit rebound diharapkan. Secara global, pasar mengkhawatirkan potensi pertumbuhan permintaan minyak,” kata konsultan Petromatrix Olivier Jakob.

Volume perdagangan juga naik tipis menjelang libur hari kemerdekaan AS. Volumenya sekitar 65,2% dari volume perdagangan sesi sebelumnya.

Pada hari Selasa, OPEC dan produsen lain seperti Rusia (sering disebut OPEC+), sepakat untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020.

"Memperpanjang pemotongan enam atau sembilan bulan, tidak masalah jika levelnya tetap sama. Jika Anda benar-benar ingin menargetkan level stok, Anda akan perlu pemangkasan yang lebih dalam, tetapi Arab Saudi telah melampaui target pemangkasannya," kata Jacob.

Analis dari Citi Research dalam catatannya menyebut bahwa perjanjian OPEC+ harus menarik persediaan minyak di babak kedua sehingga mendorong harga minyak.

"Menjaga pemotongan hingga akhir kuartal I bertujuan untuk menghindari minyak masuk ke pasar selama musim sepi untuk permintaan dan refinery," kata mereka.

Namun, tanda-tanda perlambatan ekonomi global yang memukul permintaan minyak membuat investor khawatir setelah indikator manufaktur global kecewa. AS lantas mengancam Eropa dengan tarif yang lebih tinggi.

Defisit perdagangan AS melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan pada Mei. Disamping itu, Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan gaji swasta meningkat jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan para ekonom.

Barclays memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh pada laju paling lambat sejak 2011. Morgan Stanley menurunkan perkiraan harga jangka panjang Brent menjadi USD60 per barel dari USD65 per barel, dan mengatakan pasar minyak secara luas seimbang.

Harga minyak mentah juga tertekan oleh tanda-tanda pemulihan ekspor minyak dari Venezuela pada Juni dan pertumbuhan produksi minyak di Argentina pada Mei.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0990 seconds (0.1#10.140)