Pasar Tenaga Kerja AS Beri Kejutan di Bulan Juni 2019
A
A
A
NEW YORK - Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) memberikan kejutan pada bulan Juni 2019, dimana menciptakan kesempatan kerja lebih besar dari yang diharapkan berdasarkan laporan terbaru dari Biro Statistik Ketenagakerjaan. Menurut data resmi tercatat ada tambahan 224.000 pekerjaan pada bulan Juni, atau lebih tinggi dari prediksi ekonom pada angka 160.000.
Seperti dilansir BBC, Jumat (4/7/2019) kinerja positif tersebut juga menjadi rebound dari jumlah pekerjaan yang relatif mendatar pada bulan Mei, sebelumnya. Sektor jasa profesional dan bisnis menjadi kontributor terbesar untuk pasar ketenagakerjaan AS dengan tambahan 51.000. Sejumlah besar pekerjaan juga diciptakan pada sektor kesehatan, transportasi, dan perumahan atau properti.
Meskipun lapangan kerja yang tercipta lebih kuat, upah juga mengalami peningkatan 0,2% pada bulan Juni untuk menjaga tingkat tahunan sebesar 3,1%. Seperti diketahui data terbaru sektor tenaga kerja AS telah menjadi perhatian utama para pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir, pasalnya diperkirakan ekonom bisa mempengaruhi keputusan tingkat suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Beberapa bertaruh bahwa The Fed mungkin bakal menurunkan suku bunga dalam pertemuan berikutnya yang dijadwalkan dimulai 30 Juli, mendatang. Bulan lalu The Fed mengindikasikan bahwa suku bunga mungkin akan turun karena inflasi yang lemah dan dampak perang perdagangan antara AS dan China.
"Ini adalah angka (data tenaga kerja AS) yang baik, tetapi penurunan suku bunga pada bulan Juli masih tidak bisa dihindari," kata Luke Bartholomew, ahli strategi investasi di Aberdeen Standard Investments.
"Pertumbuhan ketenagakerjaan tetap menjadi titik terang di tengah sekumpulan data AS yang cukup beragam. Namun saat ini pasar telah mengharapkan pemangkasan sehingga akan jatuh bangun, jika mereka tidak mendapatkannya," jelasnya.
Selanjutnya Andrew Hunter selaku ekonom senior AS dari Capital Economics juga berpikir bank sentral akan menurunkan suku bunga, setidaknya sampai September. "Pertumbuhan lapangan kerja masih terus berangsur-angsur lebih rendah tetapi dengan pasar saham membuat rekor baru dan pembicaraan perdagangan kembali bergulir (setidaknya untuk saat ini), data mendukung pandangan kami bahwa pejabat Fed lebih cenderung menunggu sampai September sebelum melonggarkan kebijakan," katanya.
Seperti dilansir BBC, Jumat (4/7/2019) kinerja positif tersebut juga menjadi rebound dari jumlah pekerjaan yang relatif mendatar pada bulan Mei, sebelumnya. Sektor jasa profesional dan bisnis menjadi kontributor terbesar untuk pasar ketenagakerjaan AS dengan tambahan 51.000. Sejumlah besar pekerjaan juga diciptakan pada sektor kesehatan, transportasi, dan perumahan atau properti.
Meskipun lapangan kerja yang tercipta lebih kuat, upah juga mengalami peningkatan 0,2% pada bulan Juni untuk menjaga tingkat tahunan sebesar 3,1%. Seperti diketahui data terbaru sektor tenaga kerja AS telah menjadi perhatian utama para pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir, pasalnya diperkirakan ekonom bisa mempengaruhi keputusan tingkat suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Beberapa bertaruh bahwa The Fed mungkin bakal menurunkan suku bunga dalam pertemuan berikutnya yang dijadwalkan dimulai 30 Juli, mendatang. Bulan lalu The Fed mengindikasikan bahwa suku bunga mungkin akan turun karena inflasi yang lemah dan dampak perang perdagangan antara AS dan China.
"Ini adalah angka (data tenaga kerja AS) yang baik, tetapi penurunan suku bunga pada bulan Juli masih tidak bisa dihindari," kata Luke Bartholomew, ahli strategi investasi di Aberdeen Standard Investments.
"Pertumbuhan ketenagakerjaan tetap menjadi titik terang di tengah sekumpulan data AS yang cukup beragam. Namun saat ini pasar telah mengharapkan pemangkasan sehingga akan jatuh bangun, jika mereka tidak mendapatkannya," jelasnya.
Selanjutnya Andrew Hunter selaku ekonom senior AS dari Capital Economics juga berpikir bank sentral akan menurunkan suku bunga, setidaknya sampai September. "Pertumbuhan lapangan kerja masih terus berangsur-angsur lebih rendah tetapi dengan pasar saham membuat rekor baru dan pembicaraan perdagangan kembali bergulir (setidaknya untuk saat ini), data mendukung pandangan kami bahwa pejabat Fed lebih cenderung menunggu sampai September sebelum melonggarkan kebijakan," katanya.
(akr)