Anyaman Purun dari Kalimantan Selatan Pikat Festival Indonesia 2019 di Oslo

Senin, 08 Juli 2019 - 12:02 WIB
Anyaman Purun dari Kalimantan...
Anyaman Purun dari Kalimantan Selatan Pikat Festival Indonesia 2019 di Oslo
A A A
JAKARTA - Warga Desa Jarenang di Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, memiliki mata pencaharian lain selain mencari ikan dan buruh pabrik sawit, yakni pengrajin anyaman dari purin (lepironia articulata).

Salah satu pengrajin anyaman purun adalah Arbaini, 41 tahun. Arbaini mencari purun di sekitar tempat tinggalnya untuk dijadikan tikar anyaman, bakul maupun tas, yang dijual secara langsung.

Anyaman purun dari Kalimantan Selatan ini, menarik banyak pihak karena ramah lingkungan yang berasal dari ekosistem gambut. Karena itu, Badan Restorasi Gambut (BRG) mengajak Arbaini untuk hadir dan berpartisipasi di acara Festival Indonesia 2019 yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Oslo, Norwegia pada 29-30 Juni 2019.

Sebagai perwakilan dari para pengrajin purun yang telah menjadi tradisi di hampir seluruh Kabupaten di Kalimantan Selatan, Arbaini melakukan demo cara menganyam purun menjadi sebuah kerajinan tangan yang berkualitas di booth BRG.

Festival Indonesia 2019 di Oslo, merupakan acara yang baru pertama kali digelar, menampilkan pameran kebudayaan, perdagangan dan pariwisata, yang utamanya menekankan pada produk alami olahan ekosistem gambut dan hutan Indonesia.

Berbagai hal sehubungan dengan gambut dipamerkan oleh BRG di Oslo, dengan tujuan memperkenalkan dan mempromosikan potensi ekosistem gambut kepada dunia, khususnya kepada warga Norwegia.

Selain produk kerajinan anyaman yang ramah lingkungan, di pamerkan pula produk makanan sehat yang diolah pemuda dari Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin di Sumatra Selatan, serta kain Sasirangan dari Kabupaten Hulu Sungai Utaram Kalimantan Selatan, dengan proses pewarnaan alami.

Kalimantan Selatan adalah provinsi yang memiliki luas lahan gambut seluas 103.556 hektar. Sebanyak 56.468 hektar diantaranya telah mengalami kerusakan. Provinsi ini tersohor dengan pengembangan produk kerajinan anyam lokal yang terbuat dari tanaman purun. Purun merupakan jenis tumbuhan rumput yang hidup liar dan endemik di ekosistem gambut.

Sejak tahun 2017, BRG telah mendampingi dan melatih masyarakat desa yang berada di area target restorasi gambut, untuk mengembangkan anyaman purun tradisional mereka menjadi produk fashion.

Pengembangan kerajinan purun membantu pemberdayaan ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Sebelum mendapatkan pelatihan dari Badan Restorasi Gambut, para pengrajin dan penganyam purun, tidak mampu mencapai hasil maksimal. Dalam satu hari, mereka hanya menghasilkan lima buah tikar yang kalau dijual hanya mendapatkan Rp20.000 per anyaman.

"Kami dari kelompok pengrajin ingin pula kerajinan dari purun ini bisa jadi sumber penghasilan tetap. Kami ingin supaya hasil purun bisa dijual ke luar negeri," kata Arbaini dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (8/7/2019).

Agar dapat terus memberdayakan kelompok pengrajin purun dari ekosistem gambut ini, Badan Restorasi Gambut menjalin kerjasama dengan designer Merdi Sihombing dari Eco-fesyen. Para pengrajin diundang mengikuti lokakarya pengembangan kerajinan anyaman dan kain sasirangan alami, menggunakan tanaman dan buah-buahan yang berada disekitar lahan gambut.

"Dengan adanya pelatihan dari pak Merdi, kerajinan ini berkembang. Sebelumnya, kami hanya bikin tikar, tas dan dompet biasa tapi sekarang sudah bisa buat tas dan dompet yang lebih bagus lagi. Harapan kami supaya pengrajin semakin maju dan ekonomi di rumah tangga lebih baik," papar Arbaini.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1507 seconds (0.1#10.140)