Lakukan IPO, Arkha Jayanti Persada Lepas 500 Juta Lembar Saham
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan teknik dan manufaktur alat berat dan konstruksi baja, PT Arkha Jayanti Persada Tbk hari ini meresmikan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan menjadi emiten ke-29 yang melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Sehingga total keseluruhan perusahaan tercatat di BEI menjadi 647 emiten.
Perseroan melepas 500 juta lembar saham atau setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Dengan harga penawaran Rp236 per saham, maka emiten berkode ARKA ini menargetkan meraup dana dari pasar modal sebesar Rp118 miliar.
Direktur Utama Arkha Jayanti Persada, Dwi Hartanto, mengatakan langkah yang diambil untuk masuk Bursa Efek Indonesia merupakan langkah strategis yang sudah direncanakan oleh perseroan untuk meningkatkan penjualan perseroan.
"Jadi ini langkah kami untuk memperluas pasar," ujar Dwi di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Manajemen ARKA menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Pada penawaran umum, saham ARKA mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 1,84 kali dari total saham yang ditawarkan atau sebesar 85,11 kali dari penawaran terpusat pada 1-5 Juli 2019.
Dalam debut perdananya, saham ARKA langsung menyentuh titik auto-rejection atas atau menguat hingga 50% ke level Rp354 dari harga penawaran senilai Rp236 per saham.
Kenaikan harga saham ARKA di awal perdagangan tersebut ditopang oleh frekuensi transaksi sebanyak tiga kali dengan volume transaksi sebanyak 116 lot. Sehingga, nilai transaksi emiten ke-30 di 2019 ini mencapai senilai Rp4,11 juta untuk sepanjang perdagangan hari ini.
Sebelum IPO, saham ARKA dimiliki oleh PT Arkha Tanto Prima (69,75%), PT JAF Asia Investment (30,17%) dan Dwi Hartanto (0,08%).
Rencananya, sebesar 70% dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja, berupa bahan baku dan bahan pembantu. Sedangkan, sisanya akan digunakan untuk membayar utang ke supplier.
Perseroan melepas 500 juta lembar saham atau setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Dengan harga penawaran Rp236 per saham, maka emiten berkode ARKA ini menargetkan meraup dana dari pasar modal sebesar Rp118 miliar.
Direktur Utama Arkha Jayanti Persada, Dwi Hartanto, mengatakan langkah yang diambil untuk masuk Bursa Efek Indonesia merupakan langkah strategis yang sudah direncanakan oleh perseroan untuk meningkatkan penjualan perseroan.
"Jadi ini langkah kami untuk memperluas pasar," ujar Dwi di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Manajemen ARKA menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Pada penawaran umum, saham ARKA mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 1,84 kali dari total saham yang ditawarkan atau sebesar 85,11 kali dari penawaran terpusat pada 1-5 Juli 2019.
Dalam debut perdananya, saham ARKA langsung menyentuh titik auto-rejection atas atau menguat hingga 50% ke level Rp354 dari harga penawaran senilai Rp236 per saham.
Kenaikan harga saham ARKA di awal perdagangan tersebut ditopang oleh frekuensi transaksi sebanyak tiga kali dengan volume transaksi sebanyak 116 lot. Sehingga, nilai transaksi emiten ke-30 di 2019 ini mencapai senilai Rp4,11 juta untuk sepanjang perdagangan hari ini.
Sebelum IPO, saham ARKA dimiliki oleh PT Arkha Tanto Prima (69,75%), PT JAF Asia Investment (30,17%) dan Dwi Hartanto (0,08%).
Rencananya, sebesar 70% dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja, berupa bahan baku dan bahan pembantu. Sedangkan, sisanya akan digunakan untuk membayar utang ke supplier.
(ven)