Indonesia, Malaysia dan Thailand Bahas Perkembangan Sektor Transportasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Sekretariat Jenderal Pusat Fasilitasi Kemitraan dan Kelembagaan Internasional menjadi tuan rumah pertemuan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang ke-11 atau The-11th IMT-GT Working Group on Transport, Infrastructure and ICT Connectivity yang diselenggarakan di Palembang, 19-20 Juli 2019.
"Pertemuan ketiga negara tersebut membahas dan memonitor perkembangan sektor transportasi, infrastruktur dan teknologi Informasi terkait konektivitas di ketiga negara yang sedang berjalan dan telah dimasukkan ke dalam IMT-GT Implementation Blueprint 2017-2021," Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Hengki Angkasawan di Jakarta, Minggu (21/7/2019).
Adapun hal-hal yang dibahas dalam pertemuan antara lain, perkembangan proyek-proyek infrastruktur transportasi dalam daftar PCPs dari masing-masing negara baik untuk proyek yang telah selesai maupun proyek yang masih dalam proses penyelesaian, seperti, pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung Tahap I dan Pelabuhan Belawan Tahap II yang telah selesai dikerjakan.
Kedua, pembahasan terkait rencana operasional kapal Roro Dumai - Malaka yang diharapkan akan beroperasi pada akhir tahun 2020. Terkait hal tersebut, Indonesia dan Malaysia telah menyepakati untuk membentuk Sub-Committee pada 4 April 2019 lalu, dan akan dijadwalkan pertemuan pertama Sub-Committee di Indonesia pada September 2019 yang akan diselenggarakan oleh Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub.
Terkait kesiapan sarana dan prasarana transportasinya, Indonesia menyediakan 1 unit kapal feri untuk mengakomodasi operasionalisasi Dumai - Melaka, KMP Belanak, milik PT. ASDP Ferry (Persero) dan dijadwalkan untuk uji coba bersandar di pelabuhan pada September 2019.
Sementara, Pelabuhan Feri Bandar Sri Junjungan di Dumai, Riau sedang dalam pengembangan dan dijadwalkan siap awal 2020. Pengembangan yang dilakukan termasuk fasilitas CIQ, area parkir, pembangunan dolphin tambahan dan jembatan bergerak (moveble bridge).
Ketiga, pembahasan terkait pengembangan potensi konektivitas laut dan udara antara Kuala Lumpur-Banda Aceh-Port Blair (Andaman), India. Inisiatif ini bertujuan untuk pemanfaatan peluang pengembangan konektivitas Aceh-Andaman dan Nicobar, India secara lebih luas, yaitu dengan menyelaraskan konektivitas tersebut dengan kerja sama dengan Malaysia dan Thailand.
Secara geografis, antara Andaman dan Aceh serta wilayah Malaysia dan Thailand yang bertetangga memiliki jarak yang sangat dekat sehingga dapat menguntungkan wilayah tersebut apabila dapat terwujud air connectivity yang mencakup commercial dan cargo flight,dan maritime connectivity dan diharapkan nantinya dapat berdampak pula pada business connectivity.
Keempat, pembahasan terkait pembentukan koridor terkait kapal cruise antara tiga negara dengan rute : Phuket-Krabi-Langkawi-Port Klang-Penang-Tg. Batu-Tg. Gudang-Kuala Tanjung-Sabang.
Kelima, Implementasi Protocol to Amend the MoU on Air Linkages. Melalui implementasi tersebut diharapkan dapat menarik maskapai penerbangan dari masing-masing negara anggota untuk terbang dalam point-point IMT-GT yang telah ditambah dan dengan dukungan untuk Full 5th Freedom Traffic Rights serta codeshare domestik.
Keenam, Pembahasan terkait pengembangan dan kerja sama e-commerce pada Sub Working Group on ICT Connectivity (SWGICT). Pada 22 September 2018 telah dilaksanakan Workshop untuk pengembangan smart city di ketiga negara dan kedepan akan diselenggarakan workshop lanjutan terkait E-Commerce Platform.
Pertemuan IMT-GT dilakukan secara reguler setiap tahun dan secara bergantian per tiga tahun sekali dipilih satu negara untuk menjadi tuan rumah. Sejak tahun 2017 Indonesia c.q. Kementerian Perhubungan melalui Kepala Pusat Fasilitasi Kemitraan Kelembagaan International telah menjadi Chairman pada pertemuan tersebut. Selama menjadi Chairman sejak 2017, Indonesia secara aktif menyuarakan kepentingan Infonesia dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Malaysia, Thailand, Centre for IMT-GT (CIMT), dan Indonesia yang terdiri atas wakil dari unit kerja di Kemeterian Perhubungan yang terkait (Ditjen Perhubungan Dara, Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen Perhubungan Udara, dan Ditjen Perkeretaapian), Kementerian yang terkait (Kementerian Kominfo, Kemenko Bidang Perekonomian, dan Kementerian Luar Negeri, serta Pemerintah Daerah (Pemprov Riau, Pemkot Dumai, dan Pemprov Sumatera Selatan).
Dalam kerja sama sub regional IMT-GT tersebut telah disusun program kegiatan dalam IMT-GT Physical Connectivity Projects (PCPs) yang terdiri atas proyek-proyek infrastruktur darat (terminal dan jalan), laut (pelabuhan), udara (bandara), dan perkeretaapian di wilayah Indonesia yang termasuk ke dalam wilayah IMT-GT.
Pada pertemuan ini posisi Indonesia sebagai Chairman berakhir dan akan digantikan oleh Malaysia selama 3 (tiga) tahun ke depan yang akan dimulai pada Pertemuan berikutnya yang akan diselenggarakan di Malaysia pada tahun 2020.
"Pertemuan ketiga negara tersebut membahas dan memonitor perkembangan sektor transportasi, infrastruktur dan teknologi Informasi terkait konektivitas di ketiga negara yang sedang berjalan dan telah dimasukkan ke dalam IMT-GT Implementation Blueprint 2017-2021," Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Hengki Angkasawan di Jakarta, Minggu (21/7/2019).
Adapun hal-hal yang dibahas dalam pertemuan antara lain, perkembangan proyek-proyek infrastruktur transportasi dalam daftar PCPs dari masing-masing negara baik untuk proyek yang telah selesai maupun proyek yang masih dalam proses penyelesaian, seperti, pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung Tahap I dan Pelabuhan Belawan Tahap II yang telah selesai dikerjakan.
Kedua, pembahasan terkait rencana operasional kapal Roro Dumai - Malaka yang diharapkan akan beroperasi pada akhir tahun 2020. Terkait hal tersebut, Indonesia dan Malaysia telah menyepakati untuk membentuk Sub-Committee pada 4 April 2019 lalu, dan akan dijadwalkan pertemuan pertama Sub-Committee di Indonesia pada September 2019 yang akan diselenggarakan oleh Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub.
Terkait kesiapan sarana dan prasarana transportasinya, Indonesia menyediakan 1 unit kapal feri untuk mengakomodasi operasionalisasi Dumai - Melaka, KMP Belanak, milik PT. ASDP Ferry (Persero) dan dijadwalkan untuk uji coba bersandar di pelabuhan pada September 2019.
Sementara, Pelabuhan Feri Bandar Sri Junjungan di Dumai, Riau sedang dalam pengembangan dan dijadwalkan siap awal 2020. Pengembangan yang dilakukan termasuk fasilitas CIQ, area parkir, pembangunan dolphin tambahan dan jembatan bergerak (moveble bridge).
Ketiga, pembahasan terkait pengembangan potensi konektivitas laut dan udara antara Kuala Lumpur-Banda Aceh-Port Blair (Andaman), India. Inisiatif ini bertujuan untuk pemanfaatan peluang pengembangan konektivitas Aceh-Andaman dan Nicobar, India secara lebih luas, yaitu dengan menyelaraskan konektivitas tersebut dengan kerja sama dengan Malaysia dan Thailand.
Secara geografis, antara Andaman dan Aceh serta wilayah Malaysia dan Thailand yang bertetangga memiliki jarak yang sangat dekat sehingga dapat menguntungkan wilayah tersebut apabila dapat terwujud air connectivity yang mencakup commercial dan cargo flight,dan maritime connectivity dan diharapkan nantinya dapat berdampak pula pada business connectivity.
Keempat, pembahasan terkait pembentukan koridor terkait kapal cruise antara tiga negara dengan rute : Phuket-Krabi-Langkawi-Port Klang-Penang-Tg. Batu-Tg. Gudang-Kuala Tanjung-Sabang.
Kelima, Implementasi Protocol to Amend the MoU on Air Linkages. Melalui implementasi tersebut diharapkan dapat menarik maskapai penerbangan dari masing-masing negara anggota untuk terbang dalam point-point IMT-GT yang telah ditambah dan dengan dukungan untuk Full 5th Freedom Traffic Rights serta codeshare domestik.
Keenam, Pembahasan terkait pengembangan dan kerja sama e-commerce pada Sub Working Group on ICT Connectivity (SWGICT). Pada 22 September 2018 telah dilaksanakan Workshop untuk pengembangan smart city di ketiga negara dan kedepan akan diselenggarakan workshop lanjutan terkait E-Commerce Platform.
Pertemuan IMT-GT dilakukan secara reguler setiap tahun dan secara bergantian per tiga tahun sekali dipilih satu negara untuk menjadi tuan rumah. Sejak tahun 2017 Indonesia c.q. Kementerian Perhubungan melalui Kepala Pusat Fasilitasi Kemitraan Kelembagaan International telah menjadi Chairman pada pertemuan tersebut. Selama menjadi Chairman sejak 2017, Indonesia secara aktif menyuarakan kepentingan Infonesia dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Malaysia, Thailand, Centre for IMT-GT (CIMT), dan Indonesia yang terdiri atas wakil dari unit kerja di Kemeterian Perhubungan yang terkait (Ditjen Perhubungan Dara, Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen Perhubungan Udara, dan Ditjen Perkeretaapian), Kementerian yang terkait (Kementerian Kominfo, Kemenko Bidang Perekonomian, dan Kementerian Luar Negeri, serta Pemerintah Daerah (Pemprov Riau, Pemkot Dumai, dan Pemprov Sumatera Selatan).
Dalam kerja sama sub regional IMT-GT tersebut telah disusun program kegiatan dalam IMT-GT Physical Connectivity Projects (PCPs) yang terdiri atas proyek-proyek infrastruktur darat (terminal dan jalan), laut (pelabuhan), udara (bandara), dan perkeretaapian di wilayah Indonesia yang termasuk ke dalam wilayah IMT-GT.
Pada pertemuan ini posisi Indonesia sebagai Chairman berakhir dan akan digantikan oleh Malaysia selama 3 (tiga) tahun ke depan yang akan dimulai pada Pertemuan berikutnya yang akan diselenggarakan di Malaysia pada tahun 2020.
(akr)