Tingkatkan Rasio Elektrifikasi Pulau Terpencil, PLN Pakai Listrik Tenaga Surya
A
A
A
NUSA TENGGARA TIMUR - PT PLN (Persero) tengah menyiapkan suplai listrik di sejumlah pulau terpencil. Salah satunya Kabupaten Manggarai Barat, dimana terdapat empat titik yang disiapkan yakni Kecamatan Komodo, pertama Desa Seraya Maranu (Pulau Seraya Besar), lalu Desa Papagarang (Pulau Papagarang), Desa Pasir putih (Pulu Messa) dan untuk Kecamatan Boleng, Desa Batu Tiga (Pulau Boleng).
Saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal 190kWp sudah bisa dialirkan untuk 162 KK di desa Seraya Maranu Pulau Seraya Besar, sementara lainnya masih dalam proses pembangunan. Suplai listrik di pulau-pulau tersebut menggunakan PLTS (Sel fotovoltaik tenaga surya, Inverter PV, Inverter bidirectional dan Baterai) yang akan beroperasi 24jam, dengan semua material diangkut melalui kapal dari Jakarta-Labuan Bajo dan lanjut ke Pulau Seraya.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Ignatius Rendroyoko menyampaikan, sumber pembangkit listrik ini menunjukan PLN hadir melayani hingga pelosok negeri, sekaligus upaya percepatan program Peningkatan Rasio Elektrifikasi (RE). Ditambah serta peningkatan pembangunan pembangkit listrik EBT (Energi Baru Terbarukan).
"Kehadiran PLTS komunal ini untuk mempercepat melayani listrik di desa yang belum berlistrik atau di kepulauan/terisolir dan nantinya meteran yang dipakai masyarakat adalah kWh Limiter yang bisa digunakan semua energi merata dipakai oleh masyarakat," ungkapnya
Sementara Kepala Desa Seraya Maranu, Sutirman mengucapkan terima kasih kepada PLN, lantaran Listrik (PLN) sangat berperan besar dalam membantu terutama di daerah 3T khususnya Desa seraya Marannu.
"Dengan adanya listrik PLN, kedepannya penerangan dan produk masyarakat Desa bisa bersaing secara nasional dan tidak menutup kemungkinan bisa Go internasional. Saya yakin, kedepanya akan banyak UKM-UKM yang akan bermunculan, dampak postif dari masuknya listrik kedesa kami, karena tehknologi dalam bentuk apapun membutuhkan listrik," ujarnya
Lanjut dia, meski dipulau terpencil mulai sekarang masyarakat dan generasi penerus bisa siap bersaing sehingga bisa Merdeka dari Kemiskinan, Merdeka dari Gaptek, dan bisa berbuat banyak untuk bangsa dan Negeri ini.
Sebelumnya, Desa Pasir putih (pulau Rinca) dan Desa Komodo (Pulau Komodo) sudah berhasil dinyalakan pada januari 2017 lalu, aparat desa kepulauan lainnya terlihat aktif untuk menjalin komunikasi terkait pelayanan listrik di desanya, mulai dari proses survey pembebasan tanah untuk lokasi pembanguann PLTS sampai listrik menyala.
Diketahui selama ini masyarakat harus beli (bahan bakar minyak) BBM 50 liter per bulan (Rp6.450 x 50 = Rp322.500 ) untuk menghidupkan genset sebulan itu pun nyalanya hanya jam 18.00 sore sampai dengan jam 22.00 wita malam. Sedangkan dengan Token listrik cukup 100.000 sebulan dan menyala 24jam, perbandingannya 1 : 3,2 lebih hemat dengan listrik PLN.
Rendroyoko berharap, kerinduan akan listrik warga desa sangat besar, semoga dengan adanya PLTS ini warga bisa menyambung menjadi pelanggan PLN dan bisa memanfaatkan listrik secara bijak. Hingga akhirnya bisa mendorong perekonomian setempat seperti Potensi resort, dan usaha perikanan bisa awetkan ikan pakai freezer.
Saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal 190kWp sudah bisa dialirkan untuk 162 KK di desa Seraya Maranu Pulau Seraya Besar, sementara lainnya masih dalam proses pembangunan. Suplai listrik di pulau-pulau tersebut menggunakan PLTS (Sel fotovoltaik tenaga surya, Inverter PV, Inverter bidirectional dan Baterai) yang akan beroperasi 24jam, dengan semua material diangkut melalui kapal dari Jakarta-Labuan Bajo dan lanjut ke Pulau Seraya.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Ignatius Rendroyoko menyampaikan, sumber pembangkit listrik ini menunjukan PLN hadir melayani hingga pelosok negeri, sekaligus upaya percepatan program Peningkatan Rasio Elektrifikasi (RE). Ditambah serta peningkatan pembangunan pembangkit listrik EBT (Energi Baru Terbarukan).
"Kehadiran PLTS komunal ini untuk mempercepat melayani listrik di desa yang belum berlistrik atau di kepulauan/terisolir dan nantinya meteran yang dipakai masyarakat adalah kWh Limiter yang bisa digunakan semua energi merata dipakai oleh masyarakat," ungkapnya
Sementara Kepala Desa Seraya Maranu, Sutirman mengucapkan terima kasih kepada PLN, lantaran Listrik (PLN) sangat berperan besar dalam membantu terutama di daerah 3T khususnya Desa seraya Marannu.
"Dengan adanya listrik PLN, kedepannya penerangan dan produk masyarakat Desa bisa bersaing secara nasional dan tidak menutup kemungkinan bisa Go internasional. Saya yakin, kedepanya akan banyak UKM-UKM yang akan bermunculan, dampak postif dari masuknya listrik kedesa kami, karena tehknologi dalam bentuk apapun membutuhkan listrik," ujarnya
Lanjut dia, meski dipulau terpencil mulai sekarang masyarakat dan generasi penerus bisa siap bersaing sehingga bisa Merdeka dari Kemiskinan, Merdeka dari Gaptek, dan bisa berbuat banyak untuk bangsa dan Negeri ini.
Sebelumnya, Desa Pasir putih (pulau Rinca) dan Desa Komodo (Pulau Komodo) sudah berhasil dinyalakan pada januari 2017 lalu, aparat desa kepulauan lainnya terlihat aktif untuk menjalin komunikasi terkait pelayanan listrik di desanya, mulai dari proses survey pembebasan tanah untuk lokasi pembanguann PLTS sampai listrik menyala.
Diketahui selama ini masyarakat harus beli (bahan bakar minyak) BBM 50 liter per bulan (Rp6.450 x 50 = Rp322.500 ) untuk menghidupkan genset sebulan itu pun nyalanya hanya jam 18.00 sore sampai dengan jam 22.00 wita malam. Sedangkan dengan Token listrik cukup 100.000 sebulan dan menyala 24jam, perbandingannya 1 : 3,2 lebih hemat dengan listrik PLN.
Rendroyoko berharap, kerinduan akan listrik warga desa sangat besar, semoga dengan adanya PLTS ini warga bisa menyambung menjadi pelanggan PLN dan bisa memanfaatkan listrik secara bijak. Hingga akhirnya bisa mendorong perekonomian setempat seperti Potensi resort, dan usaha perikanan bisa awetkan ikan pakai freezer.
(akr)