Industri MICE Dijadikan Sektor Unggulan Hingga 2024

Senin, 22 Juli 2019 - 21:44 WIB
Industri MICE Dijadikan...
Industri MICE Dijadikan Sektor Unggulan Hingga 2024
A A A
JAKARTA - Pemerintah akan mengoptimalkan industri Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran atau dikenal dengan MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition) sebagai salah satu unggulan penopang target kunjungan 26 juta wisatawan mancanegara (wisman) lima tahun mendatang.

Direktur Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Leonardo AA. Teguh Sambodo mengatakan, ke depan pariwisata berperan sebagai sumber pendapatan baru bagi negara, salah satu sumber devisa, dan "obat" menurunkan defisit transaksi berjalan.

Maka, kata dia, lima tahun ke depan fokus dari pariwisata adalah pendapatan devisa, yang diharapkan mencapai USD28 miliar atau melampaui devisa minyak sawit (CPO). Devisa tersebut diharapkan dari kunjungan wisman yang ditargetkan sebanyak 26 juta wisman.

"Bappenas telah menyiapkan Repelita sampai 2024. Salah satu misi mencapai kunjungan wisman yang lebih tinggi adalah melalui industri MICE. Maka, kita menempatkan MICE menjadi salah satu sektor unggulan atau jenis pariwisata unggulan untuk lima tahun ke depan," ujarnya di sela Indonesia Business Event Forum (IBEF) ke-7 yang diselenggarakan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (19/7/2019).

Menurut Teguh, salah satu pertimbangan dalam menjadikan MICE sebagai prioritas adalah besarnya dampak ekonomi dari kegiatan ini.

Berdasarkan kajian dari Oxford Economics 2018, berkaitan dengan dampak ekonomi dari bisnis event, bahwasanya potensi MICE sangat besar. Bukan hanya dari perputaran uang dan bisnis eventnya saja, melainkan juga dampaknya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

Dari analisis Oxford Economics 2018, dampak ekonomi sektor bisnis event di Indonesia menempati urutan ke-17, mengalahkan Thailand yang ada di posisi ke-22.

Jika dirinci, dampak ekonominya mencakup direct spending sebesar USD6,3 miliar, direct GDP USD3,9 miliar, rata-rata pengeluaran per peserta UD296, jumlah partisipan 21,4 juta, dan membuka lapangan pekerjaan bagi 104.000 orang.

Angka-angka tersebut bisa jadi lebih besar. Pasalnya, masih banyak area-area yang dapat dioptimalkan melalui kolaborasi pemerintah, pelaku industri MICE dan pelaku bisnis atau perusahaan sektor lainnya.

Teguh menuturkan dampak positif lainnya dari MICE adalah memperkuat nation branding atau promosi Indonesia secara internasional. Ini sudah terbukti saat Indonesia yaitu Bali jadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF–Bank Dunia tahun lalu.

Hasil kajian Bappenas, Bank Indonesia dan beberapa kementerian lain menyebut dampak langsung dari penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia terhadap perekonomian Bali mencapai Rp5,492 triliun. Ini terdiri dari Rp3,05 triliun untuk investasi infrastruktur, dan Rp582 miliar pengeluaran peserta atau delegasi peserta pertemuan.

“Jadi MICE ini pun dapat sekaligus mendorong perbaikan lingkungan, layanan dan aksesbilitas di suatu daerah. Semakin banyak event internasional, maka pemerintah akan habis-habisan berinvestasi untuk membangun infrastrukturnya. Contohnya, tahun 2021 kita akan menyelenggarakan event MotoGP di Mandalika. Artinya, ada sarana infrastruktur dan MICE yang akan dilengkapi,” tuturnya.

Teguh menambahkan, MICE juga akan ditawarkan sebagai diversifikasi dari produk wisata. Sehingga, dapat mengurangi dampak musiman dari kunjungan wisman. Artinya, saat musim sepi atau low season turis bisa diisi aktivitas MICE.

“Ini juga sebagai salah satu alternatif untuk merefresh dari kejenuhan untuk jenis atraksi yang bisa kita tawarkan. Jadi, lebih banyak diversifikasi dan kita bisa mengombinasikan berbagai macam atraksi menjadi paket menarik,” tukasnya.

Ketua Umum Asperapi Hosea Andreas Runkat meyakini industri MICE Indonesia mampu bersaing dan memiliki bargaining power yang kuat di luar negeri. Terbukti, belum lama ini Indonesia Convention & Exhibition Bureau (Inaceb) menang bidding di Brisbane, Australia.

“Ini menjadi bukti dan saya yakin ke depan akan banyak event, baik konferensi maupun pameran skala internasional, yang kita datangkan ke Indonesia. Tapi, ini sulit terwujud kalau tidak ada sinergi,” tukasnya.

Andreas melanjutkan, pada ajang IBEF 2019 disuguhkan informasi terkait kemajuan industri MICE di dunia.

Menurutnya, industri MICE, khususnya pameran, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah, mutu pameran, maupun perusahaan penyelenggaranya.

“Jadi, tidak hanya berkembang di Jakarta tapi merambah ke pelosok daerah sampai ke wilayah Indonesia Timur,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (Jabar) Mohammad Arifin Sudjayana mengutarakan ambisi Jabar untuk mengembangkan industri MICE di Tanah Parahyangan.

Pemprof Jabar pun akan membagi dua skala pembangunan fisik dan fasilitas MICE. Untuk skala lokal, tersedia lahan seluas empat hektar di pusat kota Bandung, yaitu di Surapati.

Sedangkan untuk skala regional dan internasional, Pemprov Jabar akan membangun fasilitas MICE yang terintegrasi dengan fasilitas lain yang dapat menjadi ikon destinasi leisure.

“Jawa Barat sedang membangun West Java Exhibition & Convention Center di kawasan Tegalluar, Gedebage, Kota Bandung," sebutnya.

Lokasi tersebut, ungkapnya, merupakan simpul jaringan dari rencana transportasi kereta cepat Jakarta-Bandung dan rencana pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Di kawasan ini juga bakal berdiri pusat perbelanjaan modern, stadion, masjid terapung seluas 10 hektar di atas danau yang diprediksi rampung pada tahun depan.

“Jadi, satu kawasan di Tegalluar, Gedebage, itu akan menjadi destinasi terakhir yang kemudian kereta cepatnya juga akan tersambung ke LRT Bandung Raya,” ucapnya.

Dia menambahkan, belum lama ini gubernur Jabar juga berkunjung ke Dubai untuk melihat Landmark, Lulu, Fakih dan Dubai Inc.

“Tujuannya untuk menyinergikan supaya West Java Exhibition & Convention Center bisa terkoneksi juga dengan grup-grup perusahaan di Dubai tersebut,” pungkasnya.
(ind)
Berita Terkait
Masa Pandemi Membuat...
Masa Pandemi Membuat Usaha MICE Melakukan Transformasi
Industri MICE dan Special...
Industri MICE dan Special Event Semakin Cerah, Ini Alasannya
Pameran Marvel Terbesar...
Pameran Marvel Terbesar Digelar di Jakarta Mulai 21 Mei, Segini Harga Tiketnya
Kerugian Industri MICE...
Kerugian Industri MICE Hampir Rp7 T, Kemenparekraf Usul Beralih ke Online
Akses JCC Ditutup, Eks...
Akses JCC Ditutup, Eks Pengelola JCC Tetap Lanjutkan Proses Hukum
Berburu Merchandise...
Berburu Merchandise Marvel, dari Gantungan Kunci Rp50 Ribu hingga Figurin Rp12 Juta
Berita Terkini
IHSG Parkir di Zona...
IHSG Parkir di Zona Merah, Dibebani Kinerja Sektor Keuangan
35 menit yang lalu
6 Produk Buatan China...
6 Produk Buatan China yang Laris Manis Dijual di Amerika Serikat
50 menit yang lalu
Berkat Klasterkuhidupku...
Berkat Klasterkuhidupku BRI, Usaha Tenun Ulos Ini Berhasil Meraih Sukses
1 jam yang lalu
BI: Penjualan Ritel...
BI: Penjualan Ritel Maret 2025 Naik Ditopang Efek Lebaran
2 jam yang lalu
Kembali Raih PROPER,...
Kembali Raih PROPER, GRP Tegaskan Peran Aktif dalam Industri Hijau
3 jam yang lalu
Libur Panjang Paskah,...
Libur Panjang Paskah, KAI Siapkan 821 Ribu Tempat Duduk untuk KA Jarak Jauh
3 jam yang lalu
Infografis
Persaingan Top Skor...
Persaingan Top Skor Liga Champions 2024/2025 Makin Sengit
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved