Masa Pandemi Membuat Usaha MICE Melakukan Transformasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 benar-benar menabrak setiap sisi kehidupan manusia. Mulai dari sisi kesehatan, kehidupan sosial juga ekonomi.
Interaksi antar manusia harus dilakukan secara online melalui media sosial atau aplikasi video conference. Begitupun dengan dunia industri, pelaku bisnis harus beradaptasi dan mulai bertransisi agar dapat bertahan. Semisal, bisnis makanan dan minuman tidak menerima pembeli yang makan ditempat hanya melayani bawa pulang. Sektor bisnis pun mulai melakukan transformasi.
"Bisnis yang juga bertransformasi karena terdampak langsung oleh konsep tersebut adalah Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran, atau lazim dikenal dengan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition)," ujar Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D., Wakil Rektor I Bidang Pembelajaran Universitas Prasetiya Mulya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Pelaku usaha menyebut pembatalan event MICE mencapai hampir 50% di paruh pertama 2020. Penyelenggara event terpaksa harus putar otak untuk menyusun strategi baru. Baca Juga: Dihadang Corona, Industri Pameran Gagal Lepas Landas di 2020
"Dengan kondisi seperti sekarang ini, dibutuhkan para profesional maupun entrepreneur yang mumpuni secara pengetahuan (knowledge) maupun kemampuan (skills)," katanya.
Karena itu, lanjut dia, Universitas Prasetiya Mulya membekali mahasiswanya dengan kurikulum yang modern dan terupdate, creative forces tidak hanya akan siap bekerja, tapi siap beradaptasi dengan perkembangan dunia event.
"Misal, memanfaatkan media online seperti e-seminar dan live stream music untuk memastikan dunia event tetap aktif di masa pandemi," tuturnya.
Dalam upaya mempertahankan agar tidak tenggelam dalam terpaan gelombang besar seperti pandemi, perusahaan membutuhkan seseorang yang mampu memberikan alternatif atau masukan yang strategis.
"Peran ini dapat dimainkan oleh seorang akuntan. Dia bukan cuma dituntut untuk mencatat informasi finansial dan non-finansial perusahaan, tetapi juga berperan sebagai Business Partner yang mampu menganalisis lalu menerjemahkan informasi menjadi keputusan bisnis yang strategis," kata Agus.
Interaksi antar manusia harus dilakukan secara online melalui media sosial atau aplikasi video conference. Begitupun dengan dunia industri, pelaku bisnis harus beradaptasi dan mulai bertransisi agar dapat bertahan. Semisal, bisnis makanan dan minuman tidak menerima pembeli yang makan ditempat hanya melayani bawa pulang. Sektor bisnis pun mulai melakukan transformasi.
"Bisnis yang juga bertransformasi karena terdampak langsung oleh konsep tersebut adalah Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran, atau lazim dikenal dengan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition)," ujar Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D., Wakil Rektor I Bidang Pembelajaran Universitas Prasetiya Mulya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Pelaku usaha menyebut pembatalan event MICE mencapai hampir 50% di paruh pertama 2020. Penyelenggara event terpaksa harus putar otak untuk menyusun strategi baru. Baca Juga: Dihadang Corona, Industri Pameran Gagal Lepas Landas di 2020
"Dengan kondisi seperti sekarang ini, dibutuhkan para profesional maupun entrepreneur yang mumpuni secara pengetahuan (knowledge) maupun kemampuan (skills)," katanya.
Karena itu, lanjut dia, Universitas Prasetiya Mulya membekali mahasiswanya dengan kurikulum yang modern dan terupdate, creative forces tidak hanya akan siap bekerja, tapi siap beradaptasi dengan perkembangan dunia event.
"Misal, memanfaatkan media online seperti e-seminar dan live stream music untuk memastikan dunia event tetap aktif di masa pandemi," tuturnya.
Dalam upaya mempertahankan agar tidak tenggelam dalam terpaan gelombang besar seperti pandemi, perusahaan membutuhkan seseorang yang mampu memberikan alternatif atau masukan yang strategis.
"Peran ini dapat dimainkan oleh seorang akuntan. Dia bukan cuma dituntut untuk mencatat informasi finansial dan non-finansial perusahaan, tetapi juga berperan sebagai Business Partner yang mampu menganalisis lalu menerjemahkan informasi menjadi keputusan bisnis yang strategis," kata Agus.
(bon)