Pertamina Kalahkan Alibaba-Facebook
A
A
A
NEW YORK - PT Pertamina menampilkan kinerja yang mengesankan pada tahun ini. Perusahaan yang didirikan pada 1968 itu menjadi satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang masuk daftar Fortune Global 500.
Pertamina berada di posisi ke-175, naik sebanyak 78 peringkat dibanding setahun sebelumnya. Capaian yang diraih Pertamina mengalah kan perusahaan kaliber dunia seperti Alibaba dan Facebook yang masing-masing berada di urutan ke-182, naik 118 peringkat dan ke-184, naik 90 peringkat.
Pendapatan Alibaba pada tahun ini juga melambung sebesar 48,7% atau menjadi USD56.147 juta (Rp785,1 triliun), sedangkan Facebook USD55.838 juta (Rp780,8 triliun). Seperti dilansir Fortune, aset Pertamina ditak sir mencapai USD64.718 juta (Rp904,9 triliun).
Pertamina mengalami kenaikan pendapatan sebesar 34,9% atau menjadi USD57.308 juta (Rp801,3 triliun) dalam 12 bulan terakhir. Namun, keuntungan yang diraih menurun sebesar 0,5% atau menjadi USD2.526 juta (Rp35,3 triliun). Pertamina merupakan perusahaan ke-18 dengan ke naikan peringkat terbesar di dalam Fortune Global 500 pada tahun ini.
“Pada tahun lalu Pertamina berada di urutan ke-253. Pertamina telah berada di dalam Fortune Global 500 selama tujuh tahun dan menjadi salah satu perusahaan energi terbesar di dunia,” ungkap Fortune .
Pertamina juga kembali berada di depan Alibaba dan Facebook yang masing-masing berada diurutan ke-182, naik 118 peringkat dan ke-184, naik 90 peringkat. Pendapatan Alibaba pada tahun ini juga melambung se besar 48,7% atau menjadi USD56.147 juta (Rp785,1 tri liun), sedangkan Facebook USD55.838 juta (Rp780,8 triliun).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, keberhasilan Pertamina masuk daftar Top 500 Fortune Global merupakan kerja nyata BUMN dalam melayani kebutuhan masyarakat, terutama di sektor energi.
Capaian ini juga menun jukkan Pertamina mampu bersaing dengan perusahaan terbesar dunia. Kinerja inilah yang diapresiasi dunia internasional. “Saya ucapkan selamat untuk Pertamina masuk daftar Top 500 Fortune Global,” ujar Menteri BUMN Rini Soemarno melalui keterangan resminya di Jakarta kemarin.
Dari pihak Pertamina, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman bersyukur dengan apresiasi yang diberikan pada perseroan. Dia mengatakan, pencapaian ini berkat dukungan positif dari berbagai pihak, baik manaje men maupun pekerja, pemerintah, masyarakat, serta stakeholder lain.
Dia menandaskan, apa yang diraih tersebut membuktikan Pertamina diakui sejajar dengan world class company lain. “Adalah suatu kebanggaan Pertamina berada di peringkat TOP 175 daftar Fortune Global 500. Kebanggaan ini juga untuk Indonesia karena Pertamina telah terbukti mampu bersaing di kancah dunia. Harus disyukuri dan menjadi tantangan kami ke depan untuk dapat terus tumbuh dan memberikan manfaat seluas-luasnya untuk masyarakat dan negara” ucap Fajriyah. Sebagai informasi, pada 2018 Pertamina membukukan pendapatan USD 57,933 miliar atau meningkat hingga 34,9% dari 2017.
Untuk laba bersih, Pertamina berhasil meraup USD2,526 miliar dengan aset mencapai USD64,7 miliar dan 31.569 karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Menurut Fajriyah, pertumbuhan Pertamina tidak ter lepas dari konsistensi Perta mina untuk terus meningkatkan perannya dalam memastikan availability, accessibility, affordability, acceptability, dan sustainability energi nasional.
“Terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan seluruh masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada Pertamina un tuk menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Pertamina menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan dunia,” katanya.
Pemeringkatan Fortune Global 500 adalah ajang tahunan yang dilakukan majalah Fortune sejak 1955. Berawal dari daftar 500 perusahaan terbesar di AS dari berbagai sektor industri dan bisnis, pemeringkatan kini dilakukan berdasar 12 indikator. Tolok ukur utamanya adalah besaran pendapatan termasuk pendapatan anak perusahaan (consolidated gross revenue).Indikator lain adalah penyertaan modal pemegang saham, kapitalisasi pasar, keuntungan, jumlah karyawan, dan sejak 1990 indikator ne gara asal perusahaan juga dipertimbangkan dalam Fortune Global 500. Kali ini posisi teratas Fortune Global 500 diduduki Walmart denganpendapatanUSD514.405 juta (Rp7.193,3 triliun), naik sebesar 2,8%. Meski tinggi, Walmart mengalami penurunan keuntungan 32,4%.
Sebaliknya, Amazon (13) mengalami kenaik - an ke untungan sebesar 232,1% de nganpendapatanUSD232.887 juta (Rp3.256 triliun). Di belakang Walmart, ter da - pat Sinopec Group (USD414.649 juta), Royal Dutch Shell (USD396.556), China National Petroleum (USD392.976), State Grid (USD387.056), SaudiAramco (USD355.905), BP(USD303.738), Exxon Mobil (USD290.212), Volkswagen Group (USD278.341), dan Toyota Motor (USD272.612).
Dari daftar Fortune Global 500 terdapat sejumlah perusahaan yang mengalami penurunan peringkat akibat melemahnya kinerja. LG Electronics misalnya harus turun sebanyak tujuh peringkat ke posisi 185 setelah mengalami penurunan keuntungan sebesar 26,2% atau menjadi USD1.127 juta (Rp15,7 triliun). Perusahaan lain yang mengalami penurunan terbesar ialah Prudential (-322), Manulife Financial (-177), dan Llyods Banking Group (-164).
China Mendominasi
Kekuatan ekonomi dunia mulai beralih dari Amerika Serikat (AS) menuju China un tuk pertama kali sejak Perang Dunia II berakhir pada 1945. Saat ini AS hanya memiliki 121 perusahaan di dalam daftar perusahaan terbesar berdasarkan pendapatan itu. Ada pun China memiliki 129 perusahaan, termasuk 10 korporasi Taiwan.
Pendapatan perusahaan China mencapai sekitar 25,6% dari total pendapatan 500 perusahaan dunia, lebih rendah dari AS yang mencapai 28,8%. Kendati begitu, China dinilai sebagai kekuatan baru dengan pertumbuhan terbesar.
“Perusahaan China berkembang pesat dan terbakar ambisi yang bergelora,” ungkap Fortune. Presiden China Xi Jinping mengatakan, China akan menjadi negara yang kuat, kaya, dan maju pada 2049. Sebelumnya Henry Luce, pendiri Fortune, memprediksi abad ke-20 akan di kuasai AS.
Kini China berpotensi mendominasi kebudayaan, idealisme, bisnis, politik, ekonomi, dan konsep hak asasi manusia pada abad ke-21. AS dan China juga bersaing secara langsung di bidang teknologi. “Persaingan ini ialah tentang siapa yang akan menguasai teknologi masa depan dan menetapkan standar,” ujar mantan Menteri Keuangan AS Henry Paulson.
China tidak mau kalah dari AS. Mereka mendorong perusahaan baru dengan investasi dan regulasi. Pemerintah AS sebelumnya memasukkan Huawei ke da lam daftar hitam dan melarang perusahaan lokal bertransaksi dengan perusahaan telekomuni kasi terbesar asal China itu. Pemerintah AS menuduh Huawei menjadi alat mata-mata Pemerintah China. Produk nya dapat melakukan sabotase untuk mencuri data. Namun, tuduhan itu ditepis Huawei.
Saat ini China juga sedang gencar melakukan dominasi di bidang kecerdasan buatan (AI), quantum computing, robot, dan kendaraan otonom. Dengan persaingan yang kian ketat hingga terjadi perang dagang, negara lain tidak memiliki pilihan selain memilih teknologi asal AS atau China.(Nanang Wijayanto/ Muh Shamil)
Pertamina berada di posisi ke-175, naik sebanyak 78 peringkat dibanding setahun sebelumnya. Capaian yang diraih Pertamina mengalah kan perusahaan kaliber dunia seperti Alibaba dan Facebook yang masing-masing berada di urutan ke-182, naik 118 peringkat dan ke-184, naik 90 peringkat.
Pendapatan Alibaba pada tahun ini juga melambung sebesar 48,7% atau menjadi USD56.147 juta (Rp785,1 triliun), sedangkan Facebook USD55.838 juta (Rp780,8 triliun). Seperti dilansir Fortune, aset Pertamina ditak sir mencapai USD64.718 juta (Rp904,9 triliun).
Pertamina mengalami kenaikan pendapatan sebesar 34,9% atau menjadi USD57.308 juta (Rp801,3 triliun) dalam 12 bulan terakhir. Namun, keuntungan yang diraih menurun sebesar 0,5% atau menjadi USD2.526 juta (Rp35,3 triliun). Pertamina merupakan perusahaan ke-18 dengan ke naikan peringkat terbesar di dalam Fortune Global 500 pada tahun ini.
“Pada tahun lalu Pertamina berada di urutan ke-253. Pertamina telah berada di dalam Fortune Global 500 selama tujuh tahun dan menjadi salah satu perusahaan energi terbesar di dunia,” ungkap Fortune .
Pertamina juga kembali berada di depan Alibaba dan Facebook yang masing-masing berada diurutan ke-182, naik 118 peringkat dan ke-184, naik 90 peringkat. Pendapatan Alibaba pada tahun ini juga melambung se besar 48,7% atau menjadi USD56.147 juta (Rp785,1 tri liun), sedangkan Facebook USD55.838 juta (Rp780,8 triliun).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, keberhasilan Pertamina masuk daftar Top 500 Fortune Global merupakan kerja nyata BUMN dalam melayani kebutuhan masyarakat, terutama di sektor energi.
Capaian ini juga menun jukkan Pertamina mampu bersaing dengan perusahaan terbesar dunia. Kinerja inilah yang diapresiasi dunia internasional. “Saya ucapkan selamat untuk Pertamina masuk daftar Top 500 Fortune Global,” ujar Menteri BUMN Rini Soemarno melalui keterangan resminya di Jakarta kemarin.
Dari pihak Pertamina, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman bersyukur dengan apresiasi yang diberikan pada perseroan. Dia mengatakan, pencapaian ini berkat dukungan positif dari berbagai pihak, baik manaje men maupun pekerja, pemerintah, masyarakat, serta stakeholder lain.
Dia menandaskan, apa yang diraih tersebut membuktikan Pertamina diakui sejajar dengan world class company lain. “Adalah suatu kebanggaan Pertamina berada di peringkat TOP 175 daftar Fortune Global 500. Kebanggaan ini juga untuk Indonesia karena Pertamina telah terbukti mampu bersaing di kancah dunia. Harus disyukuri dan menjadi tantangan kami ke depan untuk dapat terus tumbuh dan memberikan manfaat seluas-luasnya untuk masyarakat dan negara” ucap Fajriyah. Sebagai informasi, pada 2018 Pertamina membukukan pendapatan USD 57,933 miliar atau meningkat hingga 34,9% dari 2017.
Untuk laba bersih, Pertamina berhasil meraup USD2,526 miliar dengan aset mencapai USD64,7 miliar dan 31.569 karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Menurut Fajriyah, pertumbuhan Pertamina tidak ter lepas dari konsistensi Perta mina untuk terus meningkatkan perannya dalam memastikan availability, accessibility, affordability, acceptability, dan sustainability energi nasional.
“Terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan seluruh masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada Pertamina un tuk menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Pertamina menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan dunia,” katanya.
Pemeringkatan Fortune Global 500 adalah ajang tahunan yang dilakukan majalah Fortune sejak 1955. Berawal dari daftar 500 perusahaan terbesar di AS dari berbagai sektor industri dan bisnis, pemeringkatan kini dilakukan berdasar 12 indikator. Tolok ukur utamanya adalah besaran pendapatan termasuk pendapatan anak perusahaan (consolidated gross revenue).Indikator lain adalah penyertaan modal pemegang saham, kapitalisasi pasar, keuntungan, jumlah karyawan, dan sejak 1990 indikator ne gara asal perusahaan juga dipertimbangkan dalam Fortune Global 500. Kali ini posisi teratas Fortune Global 500 diduduki Walmart denganpendapatanUSD514.405 juta (Rp7.193,3 triliun), naik sebesar 2,8%. Meski tinggi, Walmart mengalami penurunan keuntungan 32,4%.
Sebaliknya, Amazon (13) mengalami kenaik - an ke untungan sebesar 232,1% de nganpendapatanUSD232.887 juta (Rp3.256 triliun). Di belakang Walmart, ter da - pat Sinopec Group (USD414.649 juta), Royal Dutch Shell (USD396.556), China National Petroleum (USD392.976), State Grid (USD387.056), SaudiAramco (USD355.905), BP(USD303.738), Exxon Mobil (USD290.212), Volkswagen Group (USD278.341), dan Toyota Motor (USD272.612).
Dari daftar Fortune Global 500 terdapat sejumlah perusahaan yang mengalami penurunan peringkat akibat melemahnya kinerja. LG Electronics misalnya harus turun sebanyak tujuh peringkat ke posisi 185 setelah mengalami penurunan keuntungan sebesar 26,2% atau menjadi USD1.127 juta (Rp15,7 triliun). Perusahaan lain yang mengalami penurunan terbesar ialah Prudential (-322), Manulife Financial (-177), dan Llyods Banking Group (-164).
China Mendominasi
Kekuatan ekonomi dunia mulai beralih dari Amerika Serikat (AS) menuju China un tuk pertama kali sejak Perang Dunia II berakhir pada 1945. Saat ini AS hanya memiliki 121 perusahaan di dalam daftar perusahaan terbesar berdasarkan pendapatan itu. Ada pun China memiliki 129 perusahaan, termasuk 10 korporasi Taiwan.
Pendapatan perusahaan China mencapai sekitar 25,6% dari total pendapatan 500 perusahaan dunia, lebih rendah dari AS yang mencapai 28,8%. Kendati begitu, China dinilai sebagai kekuatan baru dengan pertumbuhan terbesar.
“Perusahaan China berkembang pesat dan terbakar ambisi yang bergelora,” ungkap Fortune. Presiden China Xi Jinping mengatakan, China akan menjadi negara yang kuat, kaya, dan maju pada 2049. Sebelumnya Henry Luce, pendiri Fortune, memprediksi abad ke-20 akan di kuasai AS.
Kini China berpotensi mendominasi kebudayaan, idealisme, bisnis, politik, ekonomi, dan konsep hak asasi manusia pada abad ke-21. AS dan China juga bersaing secara langsung di bidang teknologi. “Persaingan ini ialah tentang siapa yang akan menguasai teknologi masa depan dan menetapkan standar,” ujar mantan Menteri Keuangan AS Henry Paulson.
China tidak mau kalah dari AS. Mereka mendorong perusahaan baru dengan investasi dan regulasi. Pemerintah AS sebelumnya memasukkan Huawei ke da lam daftar hitam dan melarang perusahaan lokal bertransaksi dengan perusahaan telekomuni kasi terbesar asal China itu. Pemerintah AS menuduh Huawei menjadi alat mata-mata Pemerintah China. Produk nya dapat melakukan sabotase untuk mencuri data. Namun, tuduhan itu ditepis Huawei.
Saat ini China juga sedang gencar melakukan dominasi di bidang kecerdasan buatan (AI), quantum computing, robot, dan kendaraan otonom. Dengan persaingan yang kian ketat hingga terjadi perang dagang, negara lain tidak memiliki pilihan selain memilih teknologi asal AS atau China.(Nanang Wijayanto/ Muh Shamil)
(nfl)