Pertamina Fokus Atasi Dampak Tumpahan Minyak

Kamis, 25 Juli 2019 - 17:58 WIB
Pertamina Fokus Atasi Dampak Tumpahan Minyak
Pertamina Fokus Atasi Dampak Tumpahan Minyak
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) saat ini tengah fokus mengatasi dampak pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak dan gelembung gas dari insiden kebocoran di sumur YYA-1 di Lapangan YY Blok Offshore North West Java (ONWJ). Untuk selanjutnya Pertamina juga melakukan evaluasi dalam enam bulan ke depan terkait kelanjutan proyek tersebut.

"Kami sudah perintahkan kepada tim perencanaan evaluasi, itu sudah dilakukan. Harapannya kami punya waktu enam bulan ke depan untuk melihat opportunity-nya," ujar Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu, di Jakarta, Kamis (24/7/2019).

Terkait penanganan, Pertamina telah mengerahkan 27 kapal dan oil boom atau alat penghalang minyak yang mengambang di laut dan dispersant disekitar anjungan YYA dan titik-titik yang terindikasi terdapat tumpahan minyak (oil spill) di laut. Menurut dia Pertamina terus melakukan upaya maksimal dalam penanganan pembersihan pantai yang terdampak insiden tersebut.

Pertamina juga telah menerjunkan Emergency Response Tim PHE ONWJ bersama-sama masyarakat membersihkan ceceran minyak mentah di sebagian wilayah pantai. Sebelumnya, lebih dari 200 personil dikerahkan untuk secara intensif menyisir pantai sepanjang 6,2 km di lima wilayah yaitu Tirtasari, Sedari, Tanjungsari, Cemara Jaya dan Karangsari.

Tak hanya itu, Pertamina juga terus melakukan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak seperti SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Kementerian Perhubungan Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya.

"Kami bersama pihak terkait telah melakukan peninjauan untuk memonitor situasi terkini dan bekerjasama dengan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) untuk berperan aktif memberikan sosialisasi kepada masyarakat disepanjang pantai terdampak," imbuh Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah mengungkapkan bahwa terdapat delapan desa yang terimbas tumpahan minyak. Menurut dia delapan desa tersebut tersebar Bekasi dua desa dan enam desa di kerawang. Sampai saat ini, imbuhnya, berbagai upaya terus dilakukan untuk membersihkan tumpahan minyak khususnya di wilayah terdampak.

"Sampai 24 Juli kemarin itu sudah delapan desa yang terimbas dari tumpahan minyak. Delapan itu tersebar ada dua desa di Bekasi dan enam desa di Karawang," ungkapnya.

Di sisi lain, Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman memperkirakan produksi Lapangan YY akan mundur setelah kejadian tersebut. Pasalnya Pertamina perlu mengulang pengeboran sumur sehingga produksinya tidak sesuai target. Sumur pengembangan di lapangan YY yang tahun ini diharapkan bisa berproduksi sebesar 4.600 barel per hari bergeser menjadi tahun depan. "Jadi hitungan-hitungan kami, kalau kami sudah kill sumurnya maka kami akan ulang lagi," ujarnya.

Dia mengatakan, insiden serupa pernah dialami Petronas. Adapun proses penangangannnya membutuhkan waktu selama delapan bulan. Namun pihaknya berharap penanganan sumur YYA-1 dapat dilakukan lebih cepat.

Diketahui, proyek YY masih dalam tahap pengerjaan dam ditargetkan beroperasi pada September 2019. Proyek dengan nilai investasi USD56 juta tersebut diproyeksikan memproduksi minyak sebesar 4.605 bph dan gas 25,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8664 seconds (0.1#10.140)