CSIS: Kontribusi Ekonomi Digital Puluhan Triliun Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Center for International and Strategic Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics mengumumkan hasil riset yang menyebutkan sumbangan ekonomi digital mencapai puluhan triliun rupiah.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Yose Rizal mengatakan, teknologi digital Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi landasan pembangunan ekonomi inklusif di Indonesia.
"Penerima manfaat terbesar dari perkembangan ekonomi digital adalah dunia usaha, terutama UKM, dan konsumen. Formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/7/2019).
Menurut Yose, studi yang dilakukan yakni dengan menghitung kontribusi teknologi Grab, sebagai salah satu pelaku paling inovatif teknologi digital, terhadap perekonomian Indonesia. Studi ini tidak hanya mengungkapkan berbagai manfaat yang didapatkan oleh mitra Grab, seperti mitra pengemudi maupun mitra usaha, tetapi juga manfaat bagi pelanggan pengguna jasa.
Riset menemukan bahwa teknologi Grab berkontribusi sekitar Rp46,14 triliun dalam surplus konsumen untuk wilayah Jabodetabek pada 2018. Surplus konsumen yang diperoleh konsumen GrabBike adalah Rp5,73 triliun, sementara GrabCar berkontribusi sebesar Rp40,41 triliun.
Sebelumnya, riset Tenggara Strategics dan CSIS yang hasilnya dipublikasi pada 11 April 2019, menyimpulkan kehadiran Grab telah memberi kontribusi Rp48,9 triliun terhadap perekonomian Indonesia melalui pendapatan para pengemudi GrabBike dan GrabCar, mitra GrabFood, dan agen Kudo individual.
Dengan menawarkan peluang pendapatan kepada sekitar 300.000 pengemudi dan 40.000 agen Kudo individual yang sebelumnya menganggur, diperkirakan input ekonomi Grab mencapai Rp16,4 triliun pada 2018.
"Penghitungan surplus konsumen dengan menggunakan analisis big data ini pertama kali dilakukan di Asia Tenggara," ujar Yose.
Terkait hasil rangkaian penelitian itu, Direktur Eksekutif Tenggara Strategics, Riyadi Suparno, mengatakan hasil studi surplus konsumen Grab dan survei mitra Grab menunjukkan manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan teknologi ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan, baik untuk konsumen dan mitra.
"Perlu studi-studi sejenis untuk mengukur manfaat kehadiran perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia," imbuhnya.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Yose Rizal mengatakan, teknologi digital Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi landasan pembangunan ekonomi inklusif di Indonesia.
"Penerima manfaat terbesar dari perkembangan ekonomi digital adalah dunia usaha, terutama UKM, dan konsumen. Formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/7/2019).
Menurut Yose, studi yang dilakukan yakni dengan menghitung kontribusi teknologi Grab, sebagai salah satu pelaku paling inovatif teknologi digital, terhadap perekonomian Indonesia. Studi ini tidak hanya mengungkapkan berbagai manfaat yang didapatkan oleh mitra Grab, seperti mitra pengemudi maupun mitra usaha, tetapi juga manfaat bagi pelanggan pengguna jasa.
Riset menemukan bahwa teknologi Grab berkontribusi sekitar Rp46,14 triliun dalam surplus konsumen untuk wilayah Jabodetabek pada 2018. Surplus konsumen yang diperoleh konsumen GrabBike adalah Rp5,73 triliun, sementara GrabCar berkontribusi sebesar Rp40,41 triliun.
Sebelumnya, riset Tenggara Strategics dan CSIS yang hasilnya dipublikasi pada 11 April 2019, menyimpulkan kehadiran Grab telah memberi kontribusi Rp48,9 triliun terhadap perekonomian Indonesia melalui pendapatan para pengemudi GrabBike dan GrabCar, mitra GrabFood, dan agen Kudo individual.
Dengan menawarkan peluang pendapatan kepada sekitar 300.000 pengemudi dan 40.000 agen Kudo individual yang sebelumnya menganggur, diperkirakan input ekonomi Grab mencapai Rp16,4 triliun pada 2018.
"Penghitungan surplus konsumen dengan menggunakan analisis big data ini pertama kali dilakukan di Asia Tenggara," ujar Yose.
Terkait hasil rangkaian penelitian itu, Direktur Eksekutif Tenggara Strategics, Riyadi Suparno, mengatakan hasil studi surplus konsumen Grab dan survei mitra Grab menunjukkan manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan teknologi ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan, baik untuk konsumen dan mitra.
"Perlu studi-studi sejenis untuk mengukur manfaat kehadiran perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia," imbuhnya.
(ven)