Aktivitas Ekspor-Impor Turun, Laba Bersih Pelindo II Justru Naik 25%
A
A
A
JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau IPC mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,51 triliun pada semester I/2019. Capaian ini meningkat 25% dibandingkan semester I/2018 yang sebesar Rp1,21 triliun.
“Kami berupaya mempertahankan tren kenaikan laba bersih perusahaan yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir, di tengah kondisi ekonomi yang penuh dengan tantangan. Laba bersih ini dicapai dari efisiensi dan cost effectiveness,” kata Direktur Utama IPC Elvyn G Masassya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Meskipun laba bersih mengalami kenaikan, Elvyn mengakui bahwa kinerja dan operasional perusahaan secara umum tidak dapat terlepas dari pengaruh kondisi ekonomi saat ini. Diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statustik (BPS), sepanjang semester I/2019 aktivitas ekspor turun 8,6% dan impor turun 7,6%.
Hal tersebut tercermin pada aktivitas bongkar muat peti kemas yang mengalami penurunan sebesar 1,03% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018, yakni dari 3,38 juta TEUs menjadi 3,35 juta TEUs. Penurunan juga terjadi pada arus kapal mencapai 3,7% dibandingkan semester I/2018, yaitu dari 104,6 juta Gross Ton (GT) menjadi 100,81 juta GT.
Sementara itu arus barang relatif sama, hanya naik tipis 3,4% dari 27,4 juta ton menjadi 28,4 juta ton. Khusus untuk arus penumpang, terjadi kenaikan dari 317.000 menjadi 553.000 penumpang, atau tumbuh sebesar 74%. “Kami optimistis kinerja operasional dan keuangan kembali positif pada semester 2 ini, sesuai dengan pelaksanaan sejumlah upaya bisnis yang diproyeksikan terealisasi sesuai jadwal,” urainya.
Saat ini, lanjut Elvyn, IPC terus mengembangkan digitalisasi untuk efisiensi operasional di lapangan. Dalam waktu dekat IPC akan meluncurkan aplikasi logistik untuk memudahkan pergerakan barang mulai dari dermaga, pergudangan, hingga pendistribusiannya ke luar area pelabuhan.
Aplikasi logistik dengan platform digital ini merupakan bagian dari upaya IPC untuk menjadi trade facilitator. “Kita ingin semua operasional di pelabuhan lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah. Tak ada lagi yang manual. Semuanya berbasis digital dan cashless,” jelas Elvyn.
IPC, kata dia, terus melanjutkan Proyek Strategis Nasional sesuai penugasan dari Pemerintah, termasuk salah satunya mempercepat pembangunan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang direncanakan akan mulai beroperasi pada 2020.
“Kami berupaya mempertahankan tren kenaikan laba bersih perusahaan yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir, di tengah kondisi ekonomi yang penuh dengan tantangan. Laba bersih ini dicapai dari efisiensi dan cost effectiveness,” kata Direktur Utama IPC Elvyn G Masassya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Meskipun laba bersih mengalami kenaikan, Elvyn mengakui bahwa kinerja dan operasional perusahaan secara umum tidak dapat terlepas dari pengaruh kondisi ekonomi saat ini. Diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statustik (BPS), sepanjang semester I/2019 aktivitas ekspor turun 8,6% dan impor turun 7,6%.
Hal tersebut tercermin pada aktivitas bongkar muat peti kemas yang mengalami penurunan sebesar 1,03% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018, yakni dari 3,38 juta TEUs menjadi 3,35 juta TEUs. Penurunan juga terjadi pada arus kapal mencapai 3,7% dibandingkan semester I/2018, yaitu dari 104,6 juta Gross Ton (GT) menjadi 100,81 juta GT.
Sementara itu arus barang relatif sama, hanya naik tipis 3,4% dari 27,4 juta ton menjadi 28,4 juta ton. Khusus untuk arus penumpang, terjadi kenaikan dari 317.000 menjadi 553.000 penumpang, atau tumbuh sebesar 74%. “Kami optimistis kinerja operasional dan keuangan kembali positif pada semester 2 ini, sesuai dengan pelaksanaan sejumlah upaya bisnis yang diproyeksikan terealisasi sesuai jadwal,” urainya.
Saat ini, lanjut Elvyn, IPC terus mengembangkan digitalisasi untuk efisiensi operasional di lapangan. Dalam waktu dekat IPC akan meluncurkan aplikasi logistik untuk memudahkan pergerakan barang mulai dari dermaga, pergudangan, hingga pendistribusiannya ke luar area pelabuhan.
Aplikasi logistik dengan platform digital ini merupakan bagian dari upaya IPC untuk menjadi trade facilitator. “Kita ingin semua operasional di pelabuhan lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah. Tak ada lagi yang manual. Semuanya berbasis digital dan cashless,” jelas Elvyn.
IPC, kata dia, terus melanjutkan Proyek Strategis Nasional sesuai penugasan dari Pemerintah, termasuk salah satunya mempercepat pembangunan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang direncanakan akan mulai beroperasi pada 2020.
(akr)