Penyaluran Kredit Maybank Capai Rp135,4 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) sepanjang semester I/2019 berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 6,6% menjadi Rp135,4 triliun dari Rp127,1 triliun per 30 Juni 2018.
Sementara itu, kredit perbankan global juga membukukan pertumbuhan yang kuat sebesar 25,6% menjadi Rp37,8 triliun dari Rp30,1 triliun. Capaian itu terutama didukung kredit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi papan atas untuk pembiayaan infrastruktur dan investasi.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Mikro, Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh 1,6% menjadi Rp54,6 triliun, sedangkan kredit CFS Ritel tercatat sebesar Rp43,0 triliun per Juni 2019.
"Bank mengelola turunnya eksposur dari commercial accounts yang menyebabkan peningkatan Non-Performing Loans (NPL) dan telah secara aktif melakukan restrukturisasi," kata Taswin di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Perseroan juga menjaga posisi likuiditas yang kuat dengan simpanan nasabah meningkat 10,1% menjadi Rp125,2 triliun pada Juni 2019.
Rasio Loan-to-Deposit (LDR-Bank saja) berada pada level yang sehat sebesar 92,3% sementara Rasio Liquidity Coverage (LCR Bank) berada pada 165,7% per Juni 2019.
"Angka ini jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%," ungkap dia.
Pendapatan operasional sebelum provisi naik 2,1% menjadi Rp2,0 triliun dibandingkan dengan Rp1,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan operasional terutama didukung peningkatan fee based income, manajemen pengelolaan biaya yang berkelanjutan dan kenaikan pendapatan bunga bersih.
Sementara itu, laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp757 miliar dibandingkan dengan Rp933 miliar pada periode yang sama tahun 2018.
Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan provisi sehubungan Bank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan untuk kredit bisnis yang terdampak kondisi pasar yang terus menantang.
Taswin menambahkan, perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1% menjadi Rp1,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp1 triliun pada Juni 2018.
Peningkatan ini didukung oleh fee global market, bancassurance, administrasi kredit, pemulihan kredit dan layanan lain yang disediakan bank.
Sementara itu, kredit perbankan global juga membukukan pertumbuhan yang kuat sebesar 25,6% menjadi Rp37,8 triliun dari Rp30,1 triliun. Capaian itu terutama didukung kredit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi papan atas untuk pembiayaan infrastruktur dan investasi.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Mikro, Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh 1,6% menjadi Rp54,6 triliun, sedangkan kredit CFS Ritel tercatat sebesar Rp43,0 triliun per Juni 2019.
"Bank mengelola turunnya eksposur dari commercial accounts yang menyebabkan peningkatan Non-Performing Loans (NPL) dan telah secara aktif melakukan restrukturisasi," kata Taswin di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Perseroan juga menjaga posisi likuiditas yang kuat dengan simpanan nasabah meningkat 10,1% menjadi Rp125,2 triliun pada Juni 2019.
Rasio Loan-to-Deposit (LDR-Bank saja) berada pada level yang sehat sebesar 92,3% sementara Rasio Liquidity Coverage (LCR Bank) berada pada 165,7% per Juni 2019.
"Angka ini jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%," ungkap dia.
Pendapatan operasional sebelum provisi naik 2,1% menjadi Rp2,0 triliun dibandingkan dengan Rp1,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan operasional terutama didukung peningkatan fee based income, manajemen pengelolaan biaya yang berkelanjutan dan kenaikan pendapatan bunga bersih.
Sementara itu, laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp757 miliar dibandingkan dengan Rp933 miliar pada periode yang sama tahun 2018.
Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan provisi sehubungan Bank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan untuk kredit bisnis yang terdampak kondisi pasar yang terus menantang.
Taswin menambahkan, perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1% menjadi Rp1,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp1 triliun pada Juni 2018.
Peningkatan ini didukung oleh fee global market, bancassurance, administrasi kredit, pemulihan kredit dan layanan lain yang disediakan bank.
(ind)