Persaingan Kian Runcing, Bisnis Hotel di Era Leisure Harus Cepat Adaptasi

Selasa, 20 Agustus 2019 - 19:40 WIB
Persaingan Kian Runcing, Bisnis Hotel di Era Leisure Harus Cepat Adaptasi
Persaingan Kian Runcing, Bisnis Hotel di Era Leisure Harus Cepat Adaptasi
A A A
JAKARTA - Bisnis perhotelan di era leisure economy kian beragam, ditandai banyak ide dan peluang bisnis yang bisa diambil atau dikembangkan, termasuk meniru ide bisnis yang telah berjalan di perusahaan lain.

“Dulu kita masih mengalami lawan yang jelas, supply demand-nya tunggal, pola kerja dan bisnis yang masih linier. Sedangkan di ‘dunia baru’ (era leisure) tempat kita beraktivitas saat ini, justru lawan-lawan kita tidak terlihat,” kata CEO Azana Hotels & Resorts Dicky Sumarsono di Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Di era leisure economy, bisnis hospitality yaitu yang mengedepankan pelayanan dan keramahtamahan kian menjadi arus utama. Maka, pariwisata dan perhotelan pun berkembang lebih pesat dengan beragam inovasinya.

Menurut Dicky, strategi bisnis hotel yang diperlukan di era leisure antara lain menyuntikkan elemen pengalaman, menciptakan momen Wow Experience, dan menciptakan kegembiraan dan makna bagi konsumen.

Selain itu, diferensiasi tercipta jika produk dan layanan memiliki unsur orisinalitas dan otentisitas.

"Berikan panggung pada konsumen, dan ciptakan cerita yang otentik," tukasnya.

Untuk merealisasikan strategi tersebut, kata dia, harus ada korelasi dengan sisi pemasaran. Sebab, konsumen baru semakin berdaya dengan digitalisasi.

Dicky menekankan, semakin cepat hotel bergerak, semakin mudah untuk mengubah tantangan bisnis menjadi kesempatan berbisnis yang baru.

Pelaku industri hotel harus dapat beradaptasi dengan pesaing baru yang memanfaatkan teknologi dalam melayani pelanggan.

Teknologi membuat pengalaman pelanggan menjadi faktor penting dalam menciptakan reputasi sebuah hotel karena pelanggan dapat memberikan umpan balik secara online.

Dia menuturkan, sangat banyak platform yang menjadi fasilitator dalam pemasaran yang dapat merangkul seluruh kalangan.

Jutaan pengguna smartphone kini dimanjakan oleh berbagai aplikasi yang memuat beragam pilihan hotel disertai detilnya, seperti Booking.com, Tripadvisor, Traveloka, Tiket.com, Azanahotel.id. Beragam platform e-commerce ini berlomba-lomba menyajikan pemasaran hotel.

Data Tripadvisor Indonesia memiliki 7,3 juta akomodasi yang bisa diakses. Bahkan pada tahun 2018, telah tersedia sekitar 17.000 hotel di Indonesia yang dapat dijangkau dengan mudah.

Dari masa ke masa, kata Dicky, persaingan bisnis hotel semakin runcing. Ada 3 point yang sangat penting diperhatikan dalam berbisnis hotel, yakni bertahan, bertumbuh, dan berkembang. Untuk meraih ketiganya, pengetahuan dan taktik bisnis harus dimiliki oleh para pelaku bisnis hotel.

“Dengan adanya pergeseran dari konsumsi non leisure menjadi leisure serta menguatnya perekonomian global dan banyaknya pilihan baru tentang smart budget traveling, akan mendorong naiknya tingkat perjalanan di tahun 2019 hingga tahun-tahun ke depan. Semuanya menjadi semakin mudah dan semakin terjangkau untuk dikunjungi,” kata Dicky.

Hal ini berdampak pada okupansi hotel yang akan semakin tinggi. Pasalnya, kebutuhan berlibur bagi keluarga dan kalangan milenial sekarang ini sudah menjadi kebutuhan utama. Apalagi dari sisi pendapatan dan daya beli, juga terus meningkat.

Dicky mengungkapkan, 50 hotel di bawah naungan management Azana okupansi rata-ratanya juga mencapai di atas 80% terutama yang berada di kota-kota kabupaten dan Indonesia timur.

Dia pun optimistis pasar bisnis perhotelan ke depan semakin luas dan semakin besar ceruknya, mulai dari wisatawan, pebisnis, MICE, ditambah dengan kegiatan-kegiatan sosial dan rapat yang dilaksanakan di hotel semakin banyak.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4927 seconds (0.1#10.140)