Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Jadi 5,5%
A
A
A
JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis point menjadi 5,5%, dari sebelumnya 5,75%. Selain itu, BI juga memutuskan menurunkan suku bunga deposit facility di angka 4,75% dan lending facility di 6,25%.
"Dengan mempertimbangkan kondisi global, RDG pada tanggal 17 sampai 18 Agustus 2019 memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps yang akomodatif," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Perry menjelaskan, keputusan bank sentral menurunkan suku bunga dikarenakan sejalan dengan inflasi yang sudah rendah.
"Perkirakan inflasi kedepan dan momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Dan penurunan ini karena ekonomi Indonesia terkendali berkat kebijakan makrofundamental," katanya.
Perry menambahkan, strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian.
Kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini demi memperkuat ketahanan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) lewat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
"Kedepannya, BI akan melanjutkan bauran kebijakan akomodatif agar tetap menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, dengan memperkuat ekonomi dan bekerja sama dengan pihak pemerintah lainnya," jelasnya.
"Dengan mempertimbangkan kondisi global, RDG pada tanggal 17 sampai 18 Agustus 2019 memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps yang akomodatif," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Perry menjelaskan, keputusan bank sentral menurunkan suku bunga dikarenakan sejalan dengan inflasi yang sudah rendah.
"Perkirakan inflasi kedepan dan momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Dan penurunan ini karena ekonomi Indonesia terkendali berkat kebijakan makrofundamental," katanya.
Perry menambahkan, strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian.
Kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini demi memperkuat ketahanan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) lewat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
"Kedepannya, BI akan melanjutkan bauran kebijakan akomodatif agar tetap menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, dengan memperkuat ekonomi dan bekerja sama dengan pihak pemerintah lainnya," jelasnya.
(ven)