Pelemahan Mata Uang China Telah Diantisipasi BI

Kamis, 22 Agustus 2019 - 18:01 WIB
Pelemahan Mata Uang China Telah Diantisipasi BI
Pelemahan Mata Uang China Telah Diantisipasi BI
A A A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku telah mengantisipasi pelemahan mata uang China yakni Yuan, yang belakangan terus merosot. Bahkan pada sesi perdagangan hari ini, Yuan jatuh ke level terendah dalam 11 tahun saat berhadapan dengan dolar Amerika Serikat (USD).

Begitupun dengan kurs Yuan saat melawan Rupiah, dimana hari ini melemah 0,21% ke level Rp 2.014,52 pada pukul 17:50 WIB di pasar spot, dilansir data Refinitiv. Menurut Perry Warjiyo menyebutkan, pelemahan Yuan masih diakibatkan perang perdagangan antara China dan Amerika Serikat masih terus berlanjut.

"Kalau kami, pahami betul reaksi Tiongkok yang akan terus melanjutkan perundingan untuk mengantisipasi perang dagang ini. China mengandalkan kebijakan akomodatif, untuk itu kita akan terus berada dalam pasar dalam menjaga dan menstabilkan ekonomi Indonesia," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Sambung dia menekankan, pelemahan Yuan sejauh ini masih berdampak kecil terhadap kondisi nasional. Meski begitu, Perry menegaskan bakal terus mewaspadai gejolak ekonomi global di antara perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia yang tetap menjadi masalah utama.

"Terjadi peningkatan resiko di pasar, langkah-langkah preventif tetap menjaga stabilitas dan ruang terbuka untuk stimulus pertumbuhan ekonomi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Dan itu mengarah, kami akan melakukan bauran kebijakan makro prudenstial dan pendalaman pasar serta menjaga monentumnya," jelasnya

Selain itu Ia juga menyoroti Perekonomian AS yang tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan juga investasi nonresidensial. Pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih rendah dipengaruhi penurunan kinerja sektor eksternal serta permintaan domestik. Pelemahan ekonomi global terus menekan harga komoditas, termasuk harga minyak.

"Dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas," ujar Perry.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3935 seconds (0.1#10.140)