Yuan China Ambruk ke Posisi Terendah 11 Tahun, Kurs Rupiah Dibuka Loyo
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan, Senin (26/8/2019) dibuka loyo saat Yuan China ambruk hingga menyentuh posisi terendah dalam 11 tahun. Kembalinya rupiah ke zona merah seiring memanasnya perang dagang China dan Amerika Serikat untuk membuat mata uang negara berkembang tertekan.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini balik merosot cukup dalam hingga ke posisi Rp14.261/USD. Kondisi tersebut memperlihatkan rupiah tak berdaya dibandingkan sebelumnya Rp14.249/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah dibuka menyusut menjadi Rp14.250/USD atau tidak lebih baik dari Jumat kemarin Rp14.210/USD. Pergerakan harian rupiah pada perdagangan Senin, berada pada kisaran Rp14.210 hingga Rp14.270/USD.
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga berbalik memerah ke level Rp14.256/USD untuk memperlihatkan tren negatif kembali terjadi dibandingkan dari sesi penutupan akhir pekan kemarin Rp14.215/USD. Rupiah hari ini bergerak di antara Rp14.245-Rp14.270/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah cenderung bergerak stabil dalam kisaran level Rp14.232/USD. Kondisi tersebut memperlihatkan rupiah masih rentan dan bakal terus fluktuatif seiring ketidakpastian global.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters hari ini, Yuan China mencapai level terendah 11 tahun dalam perdagangan onshore dan offshore. Hal ini setelah tensi perang perdagangan AS-China yang memanas menghancurkan kepercayaan investor dan menggelapkan prospek ekonomi global.
Sementara mata uang Yen Jepang, yang sering dibeli saat ketidakpastian mencuat dinilai sebagai tempat yang aman, mengupas kenaikan awal versus dolar karena penjualan importir Jepang. Akan tetapi Yen tetap menguat terhadap mata uang lain sebagai tanda berkurangnya selera risiko.
Pada pasar onshore China, yuan turun menjadi 7,1500 per dolar, terendah sejak Februari 2008. Sedangkan padax pasar offshor, Yuan merosot menjadi 7,1850 atau terlemah sejak perdagangan mata uang internasional dimulai pada 2010.
Sedangkan Yen Jepang melonjak pada awal perdagangan Asia menjadi 104,46 per dolar, tertinggi sejak flash crash Januari ini. Tetapi kemudian sedikit tertekan menjadi hanya sedikit lebih tinggi pada posisi 105,26.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini balik merosot cukup dalam hingga ke posisi Rp14.261/USD. Kondisi tersebut memperlihatkan rupiah tak berdaya dibandingkan sebelumnya Rp14.249/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah dibuka menyusut menjadi Rp14.250/USD atau tidak lebih baik dari Jumat kemarin Rp14.210/USD. Pergerakan harian rupiah pada perdagangan Senin, berada pada kisaran Rp14.210 hingga Rp14.270/USD.
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga berbalik memerah ke level Rp14.256/USD untuk memperlihatkan tren negatif kembali terjadi dibandingkan dari sesi penutupan akhir pekan kemarin Rp14.215/USD. Rupiah hari ini bergerak di antara Rp14.245-Rp14.270/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah cenderung bergerak stabil dalam kisaran level Rp14.232/USD. Kondisi tersebut memperlihatkan rupiah masih rentan dan bakal terus fluktuatif seiring ketidakpastian global.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters hari ini, Yuan China mencapai level terendah 11 tahun dalam perdagangan onshore dan offshore. Hal ini setelah tensi perang perdagangan AS-China yang memanas menghancurkan kepercayaan investor dan menggelapkan prospek ekonomi global.
Sementara mata uang Yen Jepang, yang sering dibeli saat ketidakpastian mencuat dinilai sebagai tempat yang aman, mengupas kenaikan awal versus dolar karena penjualan importir Jepang. Akan tetapi Yen tetap menguat terhadap mata uang lain sebagai tanda berkurangnya selera risiko.
Pada pasar onshore China, yuan turun menjadi 7,1500 per dolar, terendah sejak Februari 2008. Sedangkan padax pasar offshor, Yuan merosot menjadi 7,1850 atau terlemah sejak perdagangan mata uang internasional dimulai pada 2010.
Sedangkan Yen Jepang melonjak pada awal perdagangan Asia menjadi 104,46 per dolar, tertinggi sejak flash crash Januari ini. Tetapi kemudian sedikit tertekan menjadi hanya sedikit lebih tinggi pada posisi 105,26.
(akr)