Trump Ingin Perusahaan AS Tinggalkan China, Pebisnis Cari Peluang

Senin, 26 Agustus 2019 - 15:17 WIB
Trump Ingin Perusahaan...
Trump Ingin Perusahaan AS Tinggalkan China, Pebisnis Cari Peluang
A A A
BEIJING - Ketika perang dagang antara dua ekonomi besar dunia semakin memanas, perusahaan-perusahaan asal Amerika Serikat (AS) menghadapi lingkungan yang semakin kompleks di China. Seperti diketahui pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump dalam tweeted-nya memperintahkan perusahaan AS untuk segera mencari alternatif dari China.

"Dengan ini diperintahkan untuk segera mulai mencari alternatif dari China, termasuk membawa perusahaan Anda pulang ke rumah dan membuat produk Anda di AS," ujar Trump melalui Twitter. Tidak jelas apakah hal tersebut bakal berada di bawah otoritas tertentu atau bagaimana presiden dapat melaksanakan perintah tersebut.

"Negara kami telah kehilangan triliunan dolar secara bodoh dengan China selama bertahun-tahun. Mereka telah mencuri Kekayaan Intelektual kami dengan nilai Ratusan Miliaran Dolar per tahun, & mereka ingin melanjutkannya. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi! Kami tidak membutuhkan China dan, sejujurnya, akan jauh lebih baik tanpa mereka," sambung Trump

Lebih lanjut Ia juga menyatakan, sejumlah besar uang yang dihasilkan telah dicuri oleh China dari Amerika Serikat, tahun demi tahun, selama beberapa dekade, dan Trump menekankan hal itu harus berhenti dengan memerintahkan perusahaan besar Amerika mecari alternatif dari China. Saat perusahaan AS hadapi situasi kompleks, sementara itu perusahaan asal China mencari cara untuk beradaptasi agar dapat memberikan peluang baru bagi bisnis.

Sebelumnya China mengumumkan rencana untuk mengenakan bea tambahan atas produk asal Amerika senilai USD75 miliar pada tanggal 1 September dan 15 Desember. Sebagai tanggapan, Presiden AS Donald Trump kemudian mentweeted pemerintahannya juga akan menaikkan tarif USD550 miliar dari impor China. Pengumuman tarif baru dalam beberapa hari terakhir, pada dasarnya membuat semua barang China yang diekspor ke AS akan terkena bea.

Meskipun itu menambah beban pada perusahaan China, yang sudah menghadapi tekanan dari perlambatan ekonomi domestik. Data dan analisis lainnya menunjukkan bisnis di daratan China menemukan cara untuk tetap berdiri tangguh, bahkan jika itu kadang-kadang berarti menekan biaya. "Saya memperkirakan ketegangan dagang China-AS akan berlangsung jangka panjang," kata Wei Jianguo, mantan wakil menteri di Kementerian Perdagangan.

Dia mengatakan kepada CNBC bahwa untuk sementara pihak China menunggu kesepakatan perdagangan yang adil dan setara, dimana Beijing telah membuat persiapan untuk menghadapi dampak negatif dari ketegangan perdagangan yang semakin meruncing.

Lebih lanjut Wei Jianguo menguraikan empat cara di mana China memperkuat bisnisnya sendiri. Pertama, yakni meningkatkan dukungan pemerintah. Kedua, dengan membuka saluran ke pasar internasional lainnya melalui program-program seperti zona perdagangan bebas dan Belt and Road Initiative - proyek infrastruktur besar-besaran yang dipimpin Beijing.

Cara ketiga, adalah mengembangkan lingkungan operasi berkualitas tinggi untuk perusahaan milik negara dan asing; dan terakhir menerapkan kebijakan seperti pemotongan pajak dan biaya. Seperti diketahui hal itu menyusul dua ekonomi terbesar dunia telah terlibat dalam konflik perdagangan yang meningkat selama lebih dari setahun.

Perselisihan awalnya hanya fokus pada defisit perdagangan AS dengan China yang membesar, namun telah meluas dengan adanya keluhan termasuk akses asing yang tidak merata ke pasar China yang besar. Ditambah transfer teknologi secara paksa untuk membuat perang dagang makin panas.

Dampak Bagi Bisnis China

Tarif balasan terbaru menandai kemunduran dari perjanjian antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan mereka pada akhir Juni, ketika sepakat untuk tidak memungut bea atas produk dari masing-masing negara.

"Pelanggaran itu dan gerakan terbatas dari AS dalam pembatasan terhadap Huawei, berarti bahwa Xi telah secara efektif menyerah pada upaya untuk menjilat Trump," ujar Michael Hirson, selaku kepala praktik, Cina dan Asia Timur Laut, di perusahaan konsultan Grup Eurasia, katanya dalam catatan.

"Para pemimpin China kemungkinan belum membuat keputusan pasti untuk mengesampingkan kesepakatan perdagangan dengan Trump sampai setelah pemilihan AS. Namun, mereka semakin skeptis tentang kelayakan Trump sebagai mitra negosiasi dan tidak lagi mau membuat konsesi yang signifikan untuk menenangkannya," ucap Hirson.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8014 seconds (0.1#10.140)