Efek Perang Dagang, OJK Catat IHSG Sudah Melemah 2,11%
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat IHSG pada 23 Agustus 2019 melemah sebesar 2,11% (month-to-date/mtd) di level 6.255,6 sementara yield pasar obligasi tercatat meningkat rata-rata sebesar 1,5 bps (mtd).
Hal ini seiring meningkatnya tensi perang dagang AS-China pada bulan Agustus terutama pascadevaluasi Yuan terhadap dolar AS dan meningkatnya flight to safety investor global, sehingga pasar keuangan domestik mengalami koreksi.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK Anto Prabowo mengatakan, negara maju maupun negara berkembang mengambil kebijakan yang lebih akomodatif dan diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun ini.
"Di sisi lain tensi perang dagang AS-China yang semakin meningkat turut pula mendorong meningkatnya volatilitas dan tekanan di pasar keuangan global," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/8/3019).
Dia menambahkan, investor nonresiden membukukan net sell di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp12,6 triliun (mtd).
Namun demikian, secara year-to-date (ytd) IHSG dan pasar SBN masih mencatat kinerja yang positif, dimana IHSG menguat 0,99% dan yield turun 76,5 bps.
"Investor nonresiden juga masih mencatat net buy di pasar saham dan SBN sebesar Rp175,6 triliun secara ytd," jelasnya.
Sementara itu pada Juli 2019 relatif stabil dan naik tipis 0,5% month-to-month (mtm) dengan investor nonresiden membukukan net sell tipis sebesar Rp257 miliar.
Pada periode tersebut, pasar obligasi masih mencatat penurunan yield rata-rata sebesar 20,4 bps dengan investor non residen mencatatkan net buy sebesar Rp24,3 triliun.
Hal ini seiring meningkatnya tensi perang dagang AS-China pada bulan Agustus terutama pascadevaluasi Yuan terhadap dolar AS dan meningkatnya flight to safety investor global, sehingga pasar keuangan domestik mengalami koreksi.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK Anto Prabowo mengatakan, negara maju maupun negara berkembang mengambil kebijakan yang lebih akomodatif dan diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun ini.
"Di sisi lain tensi perang dagang AS-China yang semakin meningkat turut pula mendorong meningkatnya volatilitas dan tekanan di pasar keuangan global," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/8/3019).
Dia menambahkan, investor nonresiden membukukan net sell di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp12,6 triliun (mtd).
Namun demikian, secara year-to-date (ytd) IHSG dan pasar SBN masih mencatat kinerja yang positif, dimana IHSG menguat 0,99% dan yield turun 76,5 bps.
"Investor nonresiden juga masih mencatat net buy di pasar saham dan SBN sebesar Rp175,6 triliun secara ytd," jelasnya.
Sementara itu pada Juli 2019 relatif stabil dan naik tipis 0,5% month-to-month (mtm) dengan investor nonresiden membukukan net sell tipis sebesar Rp257 miliar.
Pada periode tersebut, pasar obligasi masih mencatat penurunan yield rata-rata sebesar 20,4 bps dengan investor non residen mencatatkan net buy sebesar Rp24,3 triliun.
(ind)