Indef Tekankan Pentingnya Investasi dan Asuransi bagi Generasi Milenial
A
A
A
JAKARTA - Generasi milenial, yang lahir pada periode 1980-2000, tumbuh di lingkup yang serba ada dan serba mudah dengan ketersediaan teknologi informasi.
Mereka merupakan generasi yang cenderung konsumtif dan mudah terpengaruh oleh gaya hidup para vlogger maupun seleb media sosial. Namun di sektor keuangan, generasi ini sudah mulai berani mengambil risiko.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyarankan agar para milenial memahami risiko diri masing-masing dalam memilih jenis investasi.
Dia menjabarkan, ada dua jenis investasi yang perlu dikenali yaitu jangka pendek (risiko rendah) dan jangka panjang (risiko tinggi).
Investasi jangka pendek terdiri dari tabungan dan deposito, sementara investasi jangka panjang terdiri dari obligasi pemerintah, reksa dana, dan saham.
"Saya tidak menyarankan saham, karena saham itu high risk dan high retain, kecuali kalau mereka sudah memperhitungkan bahwa mereka tergolong high risk," ujar Aviliani di Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor ritel usia milenial (21-30 tahun) mendominasi pasar modal Indonesia sebesar 39%, setara dengan 635.000 investor di 2018.
Angka ini meningkat drastis dari total di tahun 2017 sebesar 288.000 investor milenial.
"Saya juga menekankan pentingnya berinvestasi disertai dengan asuransi," tambahnya.
Aviliani menjelaskan bahwa asuransi memberikan proteksi terhadap diri sendiri dan keluarga, juga mencegah harta habis karena gangguan kesehatan.
"Asuransi sekarang juga merupakan salah satu instrumen investasi, yaitu di reksadana dan saham. Selain itu, asuransi juga mencegah dari keborosan dan menjaga nilai uang dari inflasi," pungkasnya.
Mereka merupakan generasi yang cenderung konsumtif dan mudah terpengaruh oleh gaya hidup para vlogger maupun seleb media sosial. Namun di sektor keuangan, generasi ini sudah mulai berani mengambil risiko.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyarankan agar para milenial memahami risiko diri masing-masing dalam memilih jenis investasi.
Dia menjabarkan, ada dua jenis investasi yang perlu dikenali yaitu jangka pendek (risiko rendah) dan jangka panjang (risiko tinggi).
Investasi jangka pendek terdiri dari tabungan dan deposito, sementara investasi jangka panjang terdiri dari obligasi pemerintah, reksa dana, dan saham.
"Saya tidak menyarankan saham, karena saham itu high risk dan high retain, kecuali kalau mereka sudah memperhitungkan bahwa mereka tergolong high risk," ujar Aviliani di Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor ritel usia milenial (21-30 tahun) mendominasi pasar modal Indonesia sebesar 39%, setara dengan 635.000 investor di 2018.
Angka ini meningkat drastis dari total di tahun 2017 sebesar 288.000 investor milenial.
"Saya juga menekankan pentingnya berinvestasi disertai dengan asuransi," tambahnya.
Aviliani menjelaskan bahwa asuransi memberikan proteksi terhadap diri sendiri dan keluarga, juga mencegah harta habis karena gangguan kesehatan.
"Asuransi sekarang juga merupakan salah satu instrumen investasi, yaitu di reksadana dan saham. Selain itu, asuransi juga mencegah dari keborosan dan menjaga nilai uang dari inflasi," pungkasnya.
(ind)