Pasar Tumbuh, Kembangkan Bisnis dengan Skema Waralaba
A
A
A
JAKARTA - Pengembangan usaha dengan menggandeng mitra melalui skema waralaba menjadi strategi jitu dalam membangun jaringan bisnis. Langkah inilah yang diterapkan PT Mitra Bugar Bersama (ReFIT Indonesia) dalam mengembangkan usaha.
Founder dan Chief Marketing Officer ReFIT Indonesia, Mela Gunawan, mengemukakan tantangan di industri pusat kebugaran adalah menghadirkan diferensiasi layanan dan produk.
"Industri gym ini sedang sunrise, saya merealisasikan ide affordable gym yang diimplementasikan ke ReFIT Club ini berdasarkan analisa pasar dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi kelas menengah di Indonesia dan tinginya kesadaran kelas menengah terhadap gaya hidup sehat," ujar Mela dalam siaran persnya, Minggu (1/9/2019).
Populasi kelas menengah di Indonesia, menurut kajian McKinsey Mckinsey Global Institute, bakal bertambah sebanyak 135 juta jiwa pada 2030. Angka ini naik 200% dari 45 juta jiwa pada 2012.
Pada tahap awal pengembangan ReFIT Club, Mela mengakui banyak kendala dihadapi. "Misalnya, saya kesulitan mencari lokasi atau kawasan yang cocok, mengedukasi masyarakat tentang affordable gym," katanya.
Namun, Mela merespon kendala ini secara proposional. Dia mencari solusi untuk mengembangkan laju bisnis ReFIT Club. Caranya adalah gencar mengadakan program promosi di media sosial untuk mengerek branding awareness ReFIT Club dan mengadakan berbagai kegiatan hidup sehat untuk mengedukasi masyarakat.
"ReFIT Club ini diarahkan sebagai brand untuk lifestyle gym yang memacu anggota kami memiliki mindset berolahraga di pusat kebugaran," tuturnya.
Dia mengungkapkan strategi pemasaran ReFIT Club mempraktikkan konsep guerilla marketing, yaitu pemasaran berbiaya rendah yang berdampak besar (low cost, high impact) yang mengkreasikan ide-ide kreatif di platform digital serta konvesional.
Strategi pemasaran ini membuka peluang kemitraan selebar-lebarnya. Hasilnya, jumlah cabang ReFIT Club bertambah menjadi enam unit per Agustus 2019. "Tahun ini, cabang ReFIT Club bakal bertambah sekitar 1-2 cabang, yaitu di Bekasi, Jawa Barat dan Cibubur di Jakarta Timur," imbuhnya.
Mela menggarisbawahi nilai investasi di ReFIT Club itu relatif rendah, yakni Rp1,9 miliar per unit, dan mitra bisnis berpeluang memperoleh imbal hasil yang cenderung tinggi karena industri ini memasuki fase prospektif.
"Sebagai indikator, laba bersih di seluruh cabang kami sangat stabil yang rata-rata pertumbuhannya berkisar 27% hingga 35% per bulan dan bisnis kami di zona blue ocean," kata Mela.
Zona "blue ocean" atau Samudera Biru itu umumnya relatif belum ada persaingan usaha yang sengit atau kompetitor sejenis.
Dia mengapresiasi para mitra bisnis yang berinvestasi mengembangkan ReFIT Club sebagai pusat kebugaran yang menyokong gaya hidup sehat dengan harga keanggotaan yang kompetitif yang berkisar Rp300 ribu per bulan dan menyediakan instruktur, peralatan serta fasilitas berstandar internasional.
"Untuk itu, saya membuka peluang kemitraan dengan investor untuk mengembangkan ReFIT Club," tandas Mela, sambil menambahkan ReFIT Club diharapkan dapat membuka 20 cabang pada 2020.
Founder dan Chief Marketing Officer ReFIT Indonesia, Mela Gunawan, mengemukakan tantangan di industri pusat kebugaran adalah menghadirkan diferensiasi layanan dan produk.
"Industri gym ini sedang sunrise, saya merealisasikan ide affordable gym yang diimplementasikan ke ReFIT Club ini berdasarkan analisa pasar dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi kelas menengah di Indonesia dan tinginya kesadaran kelas menengah terhadap gaya hidup sehat," ujar Mela dalam siaran persnya, Minggu (1/9/2019).
Populasi kelas menengah di Indonesia, menurut kajian McKinsey Mckinsey Global Institute, bakal bertambah sebanyak 135 juta jiwa pada 2030. Angka ini naik 200% dari 45 juta jiwa pada 2012.
Pada tahap awal pengembangan ReFIT Club, Mela mengakui banyak kendala dihadapi. "Misalnya, saya kesulitan mencari lokasi atau kawasan yang cocok, mengedukasi masyarakat tentang affordable gym," katanya.
Namun, Mela merespon kendala ini secara proposional. Dia mencari solusi untuk mengembangkan laju bisnis ReFIT Club. Caranya adalah gencar mengadakan program promosi di media sosial untuk mengerek branding awareness ReFIT Club dan mengadakan berbagai kegiatan hidup sehat untuk mengedukasi masyarakat.
"ReFIT Club ini diarahkan sebagai brand untuk lifestyle gym yang memacu anggota kami memiliki mindset berolahraga di pusat kebugaran," tuturnya.
Dia mengungkapkan strategi pemasaran ReFIT Club mempraktikkan konsep guerilla marketing, yaitu pemasaran berbiaya rendah yang berdampak besar (low cost, high impact) yang mengkreasikan ide-ide kreatif di platform digital serta konvesional.
Strategi pemasaran ini membuka peluang kemitraan selebar-lebarnya. Hasilnya, jumlah cabang ReFIT Club bertambah menjadi enam unit per Agustus 2019. "Tahun ini, cabang ReFIT Club bakal bertambah sekitar 1-2 cabang, yaitu di Bekasi, Jawa Barat dan Cibubur di Jakarta Timur," imbuhnya.
Mela menggarisbawahi nilai investasi di ReFIT Club itu relatif rendah, yakni Rp1,9 miliar per unit, dan mitra bisnis berpeluang memperoleh imbal hasil yang cenderung tinggi karena industri ini memasuki fase prospektif.
"Sebagai indikator, laba bersih di seluruh cabang kami sangat stabil yang rata-rata pertumbuhannya berkisar 27% hingga 35% per bulan dan bisnis kami di zona blue ocean," kata Mela.
Zona "blue ocean" atau Samudera Biru itu umumnya relatif belum ada persaingan usaha yang sengit atau kompetitor sejenis.
Dia mengapresiasi para mitra bisnis yang berinvestasi mengembangkan ReFIT Club sebagai pusat kebugaran yang menyokong gaya hidup sehat dengan harga keanggotaan yang kompetitif yang berkisar Rp300 ribu per bulan dan menyediakan instruktur, peralatan serta fasilitas berstandar internasional.
"Untuk itu, saya membuka peluang kemitraan dengan investor untuk mengembangkan ReFIT Club," tandas Mela, sambil menambahkan ReFIT Club diharapkan dapat membuka 20 cabang pada 2020.
(ven)