Ketua OJK Sebut Dua Tantangan Inklusi Keuangan di Indonesia

Selasa, 03 September 2019 - 13:32 WIB
Ketua OJK Sebut Dua...
Ketua OJK Sebut Dua Tantangan Inklusi Keuangan di Indonesia
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan kembali bahwa perubahan di segala bidang yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi adalah suatu keniscayaan, dan akan semakin pesat.

Perubahan yang terjadi telah membawa dampak berkembangnya perekonomian digital yang dicirikan oleh semakin efisiennya transaksi, dan semakin terhubungnya unit-unit ekonomi dan keuangan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, ada dua tantangan perekonomian dan keuangan yang masih terjadi di Indonesia, antara lain adalah kesenjangan keuangan dan distribusi layanan keuangan yang tidak merata.

"Inovasi di bidang keuangan dapat menjadi katalis dalam membantu pemerintah menghadapi tantangan yang ada," ujar Wimboh di Jakarta, Selasa (3/9/2019).

Menurut dia, jasa keuangan juga tidak luput dari perubahan. Saat ini layanan jasa keuangan semakin mudah dan cepat, menggunakan platform digital yang dapat diakses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun.

"Untuk itu, industri keuangan dan OJK selaku regulator sektor jasa keuangan tidak boleh tergagap dengan perkembangan ini. Kita harus terus mendorong inovasi di sektor jasa keuangan namun juga di sisi lain tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mengedepankan perlindungan terhadap konsumen," jelasnya.

Dia pun mencatat inovasi keuangan tidak hanya merambah Indonesia. Berdasarkan laporan IMF Blog (Jahan et. al., 2018), China adalah pemimpin global untuk Fintech dimana 61% penduduknya melakukan pembayaran digital di tahun 2018.

Negara-negara kepulauan Pasifik seperti Fiji, Samoa, kepulauan Solomon dan Tonga, merupakan negara yang memiliki persentase peningkatan penggunaan teknologi yang sangat pesat untuk meningkatkan akses terhadap jasa keuangan.

"Melihat fenomena ini, sebagai regulator, kita harus menjalankan langkah-langkah strategis untuk memanfaatkan momentum ini sebagai solusi terhadap tantangan terbatasnya layanan keuangan domestik," jelasnya.

Dengan teknologi, manfaat produk dan layanan keuangan dapat dinikmati hingga kepada underserved yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal.

Teknologi juga diharapkan mampu membawa tingkat literasi keuangan Indonesia yang lebih maju. Kedua manfaat besar inilah yang nantinya akan menghasilkan pertumbuhan inklusi keuangan Indonesia.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0893 seconds (0.1#10.140)