Kembangkan UMKM, BRI Kucurkan KUR Rp67,6 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Kucuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) terus meningkat dalam upaya mendorong pengembangan UMKM di Indonesia. Selama periode Januari hingga Agustus 2019, BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp67,6 triliun kepada lebih dari 3,2 juta debitur.
"Ini setara dengan 77,73 % dari target penyaluran KUR BRI yang di breakdown oleh Pemerintah di tahun 2019 yakni sebesar Rp 86,97 triliun," kata Corporate Secretary Bank BRI Hari Purnomo di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Apabila ditotal, sejak KUR diluncurkan pada tahun 2015 hingga saat ini jumlah KUR yang telah disalurkan Bank BRI mencapai Rp303 triliun kepada lebih dari 15,8 juta pelaku UMKM. Dia mengungkapkan bahwa KUR Mikro masih mendominasi penyaluran KUR BRI dimana penyalurannya telah mencapai Rp 59,4 triliun.
Sisanya yakni KUR Kecil mampu disalurkan sebesar Rp 8 triliun dan KUR TKI sebesar Rp122 miliar. “Bila dirinci, untuk KUR produktif didominasi oleh sektor pertanian dengan jumlah sebesar Rp 18 triliun,” jelasnya.
Salah satu pendorong penyaluran KUR BRI yakni program Kewirausahaan Pertanian, dimana hingga saat ini Bank BRI telah memiliki 286 daerah binaan di seluruh Indonesia. Bank BRI bahkan melakukan program clustering dalam mendorong UMKM naik kelas.
Tujuan dari clustering yang dilakukan oleh BRI di antaranya membentuk sebuah financial close system, memudahkan akses pasar, promosi dan networking, kemudahan dalam menyediakan off taker serta pembinaan yang lebih terfokus. Penyaluran KUR yang dilakukan oleh Bank BRI terbukti memiliki peranan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini ditunjukkan pada hasil riset social finance dan sustainable finance tentang creating shared value (CSV) terhadap KUR dan Kupedes BRI. Riset ini dilakukan oleh Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia pada akhir tahun 2018 lalu.
Berdasarkan riset dengan metode kuantitatif yang dilakukan kepada 80.090 nasabah KUR dan 95.195 nasabah Kupedes BRI, menunjukkan bahwa nasabah menganggap penyaluran KUR dan Kupedes BRI memiliki peran dalam membantu nasabah untuk menciptakan shared value dari proses redefinisi produk dan pasar, serta dari proses perbaikan produktivitasnya.
"Ini setara dengan 77,73 % dari target penyaluran KUR BRI yang di breakdown oleh Pemerintah di tahun 2019 yakni sebesar Rp 86,97 triliun," kata Corporate Secretary Bank BRI Hari Purnomo di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Apabila ditotal, sejak KUR diluncurkan pada tahun 2015 hingga saat ini jumlah KUR yang telah disalurkan Bank BRI mencapai Rp303 triliun kepada lebih dari 15,8 juta pelaku UMKM. Dia mengungkapkan bahwa KUR Mikro masih mendominasi penyaluran KUR BRI dimana penyalurannya telah mencapai Rp 59,4 triliun.
Sisanya yakni KUR Kecil mampu disalurkan sebesar Rp 8 triliun dan KUR TKI sebesar Rp122 miliar. “Bila dirinci, untuk KUR produktif didominasi oleh sektor pertanian dengan jumlah sebesar Rp 18 triliun,” jelasnya.
Salah satu pendorong penyaluran KUR BRI yakni program Kewirausahaan Pertanian, dimana hingga saat ini Bank BRI telah memiliki 286 daerah binaan di seluruh Indonesia. Bank BRI bahkan melakukan program clustering dalam mendorong UMKM naik kelas.
Tujuan dari clustering yang dilakukan oleh BRI di antaranya membentuk sebuah financial close system, memudahkan akses pasar, promosi dan networking, kemudahan dalam menyediakan off taker serta pembinaan yang lebih terfokus. Penyaluran KUR yang dilakukan oleh Bank BRI terbukti memiliki peranan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini ditunjukkan pada hasil riset social finance dan sustainable finance tentang creating shared value (CSV) terhadap KUR dan Kupedes BRI. Riset ini dilakukan oleh Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia pada akhir tahun 2018 lalu.
Berdasarkan riset dengan metode kuantitatif yang dilakukan kepada 80.090 nasabah KUR dan 95.195 nasabah Kupedes BRI, menunjukkan bahwa nasabah menganggap penyaluran KUR dan Kupedes BRI memiliki peran dalam membantu nasabah untuk menciptakan shared value dari proses redefinisi produk dan pasar, serta dari proses perbaikan produktivitasnya.
(akr)