Akselerasi Inklusi Keuangan, Menko Darmin Manfaatkan Fintech
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, inklusi keuangan masih menjadi program utama pemerintah dalam perekonomian. Pasalnya berdasarkan data Bank Dunia pada 2017 menunjukkan rasio tabungan terhadap PDB (gross saving ratio) Indonesia baru mencapai 31%, lebih rendah dari Singapura dan China yang berada pada level 46%, bahkan Thailand pada level 34%.
Rasio simpanan nasional yang tinggi akan menstabilkan sistem keuangan dan menaikkan keseimbangan eksternal dari ekonomi suatu negara. Lantaran itu terang Darmin, kenapa pemerintah meluncurkan Strategi Keuangan Nasional Inklusif (SKNI) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016. Dengan tujuan semua segmen populasi memiliki akses dan dapat menggunakan layanan institusi keuangan formal.
“Innovation for Inclusion sangat relevan, karena kami terus melanjutkan perjalanan inklusi keuangan dengan membentuk SNKI. Kami percaya jika inovasi melalui teknologi dan pengadopsian lainnya akan membantu mempercepat tercapainya inklusi keuangan,” kata Menko Darmin Nasution dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta, Senin (23/9/2019).
Berdasarkan data Findex, jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses pada institusi finansial di Indonesia meningkat dari sekitar 36% pada 2014 menjadi 48,9% pada 2017. Data versi OJK mencatat pada 2017 mencapai 68,7%.
“Namun, hasil kedua survei tersebut memperlihatkan masih terdapat sisa persentase yang besar dari orang dewasa yang belum memiliki rekening bank ataupun akses ke layanan keuangan lainnya. Untuk itu, masih diperlukan layanan keuangan yang lebih aman, mudah dan terjangkau, yang dapat dipenuhi dengan adanya teknologi dan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan fintech,” ujar Menko Darmin.
Dalam beberapa tahun ke belakang, jumlah perusahaan fintech khususnya yang bergerak di bidang pembayaran dan pinjaman terus meningkat signifikan. Hal tersebut menumbuhkan agen fintech yang lebih banyak lagi.
“Dari informasi yang saya dapatkan jumlah agen fintech yaitu lebih dari 5 juta agen dalam jangka waktu tiga tahun ini. 70% dari mereka memberikan layanan kepada populasi yang belum tersentuh akses perbankan. Sehingga, kami percaya bahwa fintech dan agennya dapat berkontribusi terhadap pencapaian keuangan inklusif,” paparnya.
Menko Darmin pun menyampaikan harapannya untuk industri fintech di nusantara ini, yakni fintech dapat menyediakan optimisme baru yang dapat memperlancar proses inklusi keuangan, khususnya kepada populasi yang masih belum tersentuh inklusi keuangan, jadi dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. “Untuk menambah keuntungan maksimal, perusahaan fintech harus mempunya hubungan dengan sektor riil, jadi mampu menciptakan ekosistem ekonomi digital," tegasnya.
Rasio simpanan nasional yang tinggi akan menstabilkan sistem keuangan dan menaikkan keseimbangan eksternal dari ekonomi suatu negara. Lantaran itu terang Darmin, kenapa pemerintah meluncurkan Strategi Keuangan Nasional Inklusif (SKNI) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016. Dengan tujuan semua segmen populasi memiliki akses dan dapat menggunakan layanan institusi keuangan formal.
“Innovation for Inclusion sangat relevan, karena kami terus melanjutkan perjalanan inklusi keuangan dengan membentuk SNKI. Kami percaya jika inovasi melalui teknologi dan pengadopsian lainnya akan membantu mempercepat tercapainya inklusi keuangan,” kata Menko Darmin Nasution dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta, Senin (23/9/2019).
Berdasarkan data Findex, jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses pada institusi finansial di Indonesia meningkat dari sekitar 36% pada 2014 menjadi 48,9% pada 2017. Data versi OJK mencatat pada 2017 mencapai 68,7%.
“Namun, hasil kedua survei tersebut memperlihatkan masih terdapat sisa persentase yang besar dari orang dewasa yang belum memiliki rekening bank ataupun akses ke layanan keuangan lainnya. Untuk itu, masih diperlukan layanan keuangan yang lebih aman, mudah dan terjangkau, yang dapat dipenuhi dengan adanya teknologi dan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan fintech,” ujar Menko Darmin.
Dalam beberapa tahun ke belakang, jumlah perusahaan fintech khususnya yang bergerak di bidang pembayaran dan pinjaman terus meningkat signifikan. Hal tersebut menumbuhkan agen fintech yang lebih banyak lagi.
“Dari informasi yang saya dapatkan jumlah agen fintech yaitu lebih dari 5 juta agen dalam jangka waktu tiga tahun ini. 70% dari mereka memberikan layanan kepada populasi yang belum tersentuh akses perbankan. Sehingga, kami percaya bahwa fintech dan agennya dapat berkontribusi terhadap pencapaian keuangan inklusif,” paparnya.
Menko Darmin pun menyampaikan harapannya untuk industri fintech di nusantara ini, yakni fintech dapat menyediakan optimisme baru yang dapat memperlancar proses inklusi keuangan, khususnya kepada populasi yang masih belum tersentuh inklusi keuangan, jadi dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. “Untuk menambah keuntungan maksimal, perusahaan fintech harus mempunya hubungan dengan sektor riil, jadi mampu menciptakan ekosistem ekonomi digital," tegasnya.
(akr)