Gerakan Cinta Tenun Ikat, Upaya Angkat Ekonomi Masyarakat Daerah Tertinggal

Selasa, 24 September 2019 - 19:07 WIB
Gerakan Cinta Tenun...
Gerakan Cinta Tenun Ikat, Upaya Angkat Ekonomi Masyarakat Daerah Tertinggal
A A A
NUSA TENGGARA TIMUR - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi meluncurkan Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya dalam rangka mendukung kearifan lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Selasa (24/9). Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pelatihan pewarna alami dengan konsep live-in designer yang sudah dilakukan di Desa Boti, Kecamatan Kei, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Pada pelatihan tersebut, sekitar 60 orang penenun dari 22 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilatih mengembangkan pewarna alami. Sri Mega Darmi, atau akrab dipanggil Riri Sandjojo, istri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, juga selaku Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kemendes PDTT, dalam sambutannya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mencintai produk Indonesia.

"Kita harus mencintai budaya lokal, mendukung produk lokal, dengan membeli produk-produk lokal. Dan pesan Ibu Negara (Iriana Joko Widodo) kalau membeli produk lokal jangan ditawar," ujar Riri dibarengi tawa dan tepuk tangan para hadirin.

Melalui pewarnaan alam, sambung Riri, sudah turut serta dalam menjaga lingkungan, karena bahan-bahan yang digunakan langsung dari alam. Ditemui ditempat yang sama, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Samsul Widodo menyampaikan bahwa Dana Desa bisa dialokasikan untuk pengembangan tenun.

"Dana Desa misalnya, bisa digunakan untuk pengadaan benih kapas, maupun membeli benang. Jadi Dana Desa tidak melulu tentang membangun infrastruktur, tapi juga bisa digunakan dalam pengembangan produk unggulan, dalam hal ini tenun," ujar Samsul.

Pemanfaatan sumber daya alam berbasis lingkungan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ketersediaan sumber daya, dengan mempertimbangkan kapasitas daya tampung dan daya dukung lingkungan setempat lanjut Samsul.

Menggeliatkan kembali pasar maupun produksi tenun tradisional NTT merupakan salah satu maksud dari kegiatan ini. Tujuan utamanya adalah mengangkat perekonomian masyarakat dengan memberdayakan sumber daya tenun maupun kerajinan, yang dipenuhi nilai budaya lokal tanpa memberikan dampak penurunan kualitas lingkungan serta dapat menjaga kelestarian lingkungan eksisting daerah.

Dalam kegiatan ini, Kementerian Desa PDTT melalui Ditjen PDT menggandeng Bank NTT, Dekranasda Provinsi NTT, desainer Merdi Sihombing, dan Tokopedia. Bank NTT mengambil peran sebagai salah satu venture capital yang dapat mendukung akses permodalan. Dekranasda bisa melestarikan dan mengembangkan warisan budaya nusantara melalui pembinaan serta pengembangan seni kerajinan untuk mengangkat harkat martabat serta taraf hidup kesejahteraan para pengrajin Indonesia.

Keterlibatan desainer Merdi Sihombing diharapkan bisa mentransfer ilmunya kepada masyarakat, khususnya para penenun maupun pemotif tenun. Sedangkan Tokopedia diharapkan bisa mendukung penjualan secara digital produk tenun dari daerah tertinggal.

Sebelum Desa Boti, kegiatan peningkatan nilai tambah tenun dan kerajinan dengan pewarna alami telah dilaksanakan di Desa Setanggor, Kabupaten Lombok Tengah, Desa Limboro, Kabupaten Donggala, dan Desa Lahusa Fau, Kabupaten Nias Selatan.

“Di Desa Lahusa Fau, Kabupaten Nias Selatan, yang baru dilaksanakan minggu lalu, pelatihan berfokus pada kerajinan kalabubu atau kerajinan tempurung kelapa sebagai aksesoris tambahan pendukung mode ramah lingkungan atau eco fashion," ucap Direktur Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup, Dwi Rudi Hartoyo yang juga selaku Ketua Panitia Peluncuran Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya.

Kabupaten Wamena, Provinsi Papua direncanakan sebagai lokasi terakhir penyelenggaraan kegiatan peningkatan nilai tambah pewarna alam. “Harapan kami, tercapai peningkatan kapasitas penenun, pemotif, maupun pebisnis produk tenun, sehingga mampu menjangkau pasar yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi digital di era industri 4.0,” lanjut Rudi.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0902 seconds (0.1#10.140)