Kementan Tegaskan Petani Bisa Pinjam Alsintan di Brigade
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan peran Brigade Alsintan sebagai pengelola dan pengendali distribusi pemanfaatan alat mesin pertanian. Sehingga petani dapat memanfaatkannya dengan sistem pinjaman untuk meningkatkan produksi pertanian.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan petani dipersilakan memanfaatkan alsintan yang tersimpan di Dinas Pertanian atau Kodim setempat. Petani tinggal membuat surat permohonan melalui Gabungan Kelompok Tani di wilayah masing-masing.
"Di Brigade Alsintan tersedia berbagai alat pertanian modern. Seperti traktor roda dua, traktor roda empat, transplanter (penanam) dan pompa air serta excavator atau backhoe dan semuanya dalam kondisi baik," ungkap Sarwo Edhy, Senin (30/9/2019).
Menurut Sarwo Edhy, alsintan tersebut dititipkan Kementan untuk membantu petani dalam rangka mewujudkan swasembada tanam. Terkait mekanisme peminjaman, petani tinggal berkoordinasi dengan Distan atau Babinsa dan membuat surat permohonan yang berisi peminjaman alsintan melalui Gapoktan.
"Mekanisme peminjaman tersebut untuk memperjelas siapa yang bertanggung jawab atas peminjaman. Silakan membuat surat melalui Gapoktan. Kalau alsintan yang dimaksud tersedia atau tidak sedang dipakai petani lain, bisa langsung dipakai," ujarnya.
Kementan pun berharap masing-masing daerah memiliki Brigade Alsintan. Alasannya untuk meminjam alsintan dari Brigade Alsintan ini banyak keuntungannya. Brigade ini, lanjutnya, menjadi pengelola alsintan agar penggunaannya lebih maksimal.
Sarwo Edhy menambahkan, Brigade Alsintan dibentuk dilandasi temuan ribuan alsintan hanya dibiarkan menganggur. Padahal, untuk pengadaan alsintan ini, pemerintah sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
"Brigade ini menjadi pengelola alsintan agar penggunaannya lebih maksimal. Kami akan mengubah cara penanganan alsintan. Bila di kelompok tidak maksimal, maka pengelolaannya diserahkan ke Brigade," kata Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy mengatakan, mengatakan, Brigade Alsintan adalah tim yang memonitor penggunaan alsintan setiap harinya.
"Budaya kita selesai tanam pangku tangan, sehingga alat akan digunakan saat tanam lagi. Untuk itu, dibuat brigade supaya tidak ada lahan tidur, dan kerja optimal," ujarnya.
Dia mengatakan, brigade akan memonitor jika ada alsintan yang tidak optimal maka alat dipindah ke kelompok tani tetangganya. Cara melihatnya, traktor roda 4 diminta untuk kerja 2 hektar (ha) per hari, hand traktor 0,2 ha per hari. Hal ini yang harus dipenuhi petani dari penggunaan alsintan.
"Kami ingin alat dan mesin pertanian betul-betul optimal. Karena ada yang terjadi setelah selesai pengolahan disimpan. Sehingga traktor optimal, lahan, dan petani optimal," tuturnya.
Brigade Alsitan memiliki jaringan komunikasi melalui whatsapp group. Di mana tiap brigade memonitor 4 sampai 5 traktor di tiap kelompok tani.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan petani dipersilakan memanfaatkan alsintan yang tersimpan di Dinas Pertanian atau Kodim setempat. Petani tinggal membuat surat permohonan melalui Gabungan Kelompok Tani di wilayah masing-masing.
"Di Brigade Alsintan tersedia berbagai alat pertanian modern. Seperti traktor roda dua, traktor roda empat, transplanter (penanam) dan pompa air serta excavator atau backhoe dan semuanya dalam kondisi baik," ungkap Sarwo Edhy, Senin (30/9/2019).
Menurut Sarwo Edhy, alsintan tersebut dititipkan Kementan untuk membantu petani dalam rangka mewujudkan swasembada tanam. Terkait mekanisme peminjaman, petani tinggal berkoordinasi dengan Distan atau Babinsa dan membuat surat permohonan yang berisi peminjaman alsintan melalui Gapoktan.
"Mekanisme peminjaman tersebut untuk memperjelas siapa yang bertanggung jawab atas peminjaman. Silakan membuat surat melalui Gapoktan. Kalau alsintan yang dimaksud tersedia atau tidak sedang dipakai petani lain, bisa langsung dipakai," ujarnya.
Kementan pun berharap masing-masing daerah memiliki Brigade Alsintan. Alasannya untuk meminjam alsintan dari Brigade Alsintan ini banyak keuntungannya. Brigade ini, lanjutnya, menjadi pengelola alsintan agar penggunaannya lebih maksimal.
Sarwo Edhy menambahkan, Brigade Alsintan dibentuk dilandasi temuan ribuan alsintan hanya dibiarkan menganggur. Padahal, untuk pengadaan alsintan ini, pemerintah sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
"Brigade ini menjadi pengelola alsintan agar penggunaannya lebih maksimal. Kami akan mengubah cara penanganan alsintan. Bila di kelompok tidak maksimal, maka pengelolaannya diserahkan ke Brigade," kata Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy mengatakan, mengatakan, Brigade Alsintan adalah tim yang memonitor penggunaan alsintan setiap harinya.
"Budaya kita selesai tanam pangku tangan, sehingga alat akan digunakan saat tanam lagi. Untuk itu, dibuat brigade supaya tidak ada lahan tidur, dan kerja optimal," ujarnya.
Dia mengatakan, brigade akan memonitor jika ada alsintan yang tidak optimal maka alat dipindah ke kelompok tani tetangganya. Cara melihatnya, traktor roda 4 diminta untuk kerja 2 hektar (ha) per hari, hand traktor 0,2 ha per hari. Hal ini yang harus dipenuhi petani dari penggunaan alsintan.
"Kami ingin alat dan mesin pertanian betul-betul optimal. Karena ada yang terjadi setelah selesai pengolahan disimpan. Sehingga traktor optimal, lahan, dan petani optimal," tuturnya.
Brigade Alsitan memiliki jaringan komunikasi melalui whatsapp group. Di mana tiap brigade memonitor 4 sampai 5 traktor di tiap kelompok tani.
(ven)