Akses dan Biaya Jadi Kendala Destinasi Wisata Sekunder
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Asosiasi Tour dan Travel Indonesia Budianto Ardiansjah mengatakan, wisata ke ke destinasi wisata sekunder memang tengah digandrungi turis mancanegara saat ini. Namun begitu, masih kurangnya akses transportasi dan harga tiket yang masih mahal menjadi kendala.
"Saya kira turis mancanegara trennya memang mengunjungi kota wisata ke dua (sekunder). Misalnya kalau selama ini turis asing punya Bali, biasanya mereka akan cari tempat wisata menarik lainnya seperti Lombok, Labuan Bajo hingga ke daerah Sulawesi dan daerah timur lainnya,” ujarnya kepada SINDO di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Budianto mengatakan, pemerintah bersama asosiasi juga terus mendengungkan "Bali Baru" sebagai destinasi wisata yang batu. Tidak hanya kepada turis domestik namun juga kepada turis asing. Tapi di sisi lain, imbuh dia, pemerintah harus terus mendukung pengembangan destinasi baru di dalam negeri dengan membangun akses infrastruktur.
Di bagian lain, Budianto mengatakan pemanfaatan teknologi bagi turis asing diperkirakan meningkat. Namun potensi untuk konsultan travel menurutnya juga masih besar. "Saya kira penggunaan teknologi memang makin masif dimanfaatkan turis asing karena memang kebutuhannya juga tepat. Tapi potensi konsultan travel yang memanfaatkan agen wisata juga masih besar. Terutama bagi mereka yang membutuhkan travel guide," ujar dia.
Dia menambahkan potensi wisata pada 2020 di dalam negeri masih punya prospek besar, meski ekonomi global masih dibayangi resesi.
"Saya kira tidak akan ada pengaruhnya ya, terutama bagi turis asing. Karena biasanya kalau ekonomi terjadi resesi dan itu berdampak di dalam negeri bagi turis asing tidak masalah. Mereka punya tren kapan dan harus bagaimana berlibur ke luar negara mereka," pungkasnya.
"Saya kira turis mancanegara trennya memang mengunjungi kota wisata ke dua (sekunder). Misalnya kalau selama ini turis asing punya Bali, biasanya mereka akan cari tempat wisata menarik lainnya seperti Lombok, Labuan Bajo hingga ke daerah Sulawesi dan daerah timur lainnya,” ujarnya kepada SINDO di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Budianto mengatakan, pemerintah bersama asosiasi juga terus mendengungkan "Bali Baru" sebagai destinasi wisata yang batu. Tidak hanya kepada turis domestik namun juga kepada turis asing. Tapi di sisi lain, imbuh dia, pemerintah harus terus mendukung pengembangan destinasi baru di dalam negeri dengan membangun akses infrastruktur.
Di bagian lain, Budianto mengatakan pemanfaatan teknologi bagi turis asing diperkirakan meningkat. Namun potensi untuk konsultan travel menurutnya juga masih besar. "Saya kira penggunaan teknologi memang makin masif dimanfaatkan turis asing karena memang kebutuhannya juga tepat. Tapi potensi konsultan travel yang memanfaatkan agen wisata juga masih besar. Terutama bagi mereka yang membutuhkan travel guide," ujar dia.
Dia menambahkan potensi wisata pada 2020 di dalam negeri masih punya prospek besar, meski ekonomi global masih dibayangi resesi.
"Saya kira tidak akan ada pengaruhnya ya, terutama bagi turis asing. Karena biasanya kalau ekonomi terjadi resesi dan itu berdampak di dalam negeri bagi turis asing tidak masalah. Mereka punya tren kapan dan harus bagaimana berlibur ke luar negara mereka," pungkasnya.
(fjo)