Perikanan Nusantara Raup Pendapatan Rp313,3 M di Kuartal III/2019
A
A
A
JAKARTA - Badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki output perikanan tangkap dan pengolahan ikan PT Perikanan Nusantara (Persero) atau Perinus hingga bulan September mencatatkan pendapatan usaha mencapai Rp313,3 miliar. Hingga akhir tahun, Perinus menargetkan mampu meraup pendapatan sebesar Rp670 miliar.
"Produksi kami sudah mencapai angka 46,6 ton sampai kuartal III ini dibandingkan 35 ton pada periode yang sama tahun lalu," ujar Direktur Utama Perinus M Yana Aditya di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Yana menjelaskan bahwa perikanan adalah industri non-eksploitatif karena produknya adalah makhluk hidup dan bergerak. Selain itu, musim pun berdampak sangat signifikan. Ada saatnya musim ikan banyak dan ada saatnya musim dimana ikan sulit ditangkap.
"Bulan-bulan dimana produksi ikan mencapai jumlah banyak adalah bulan Oktober, November, dan Desember. Kuantitas tonase berbeda, seperti halnya harga saham, harga ikan pun naik turun. Harga ikan jenis tertentu di tahun ini dan tahun lalu berbeda," tuturnya.
Kendati demikian, sambung Yana, BUMN perikanan tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten. Menurut dia, pendapatan perusahaan tumbuh 10-15% setiap kuartal. "Marginnya 20% hingga 30%," imbuhnya.
Untuk mengembangkan usaha, Perinus hari ini melaksanakan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika dalam rangka pemanfaatan gudang beku (cold storage) berkapasitas 200 ton di Kabupaten Mimika, Papua.
"Kerja sama ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), pengembangan usaha serta memberikan manfaat bagi masyarakat Mimika. Di samping itu, kerja sama ini akan berdampak pada pengembangan usaha Perinus yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja perusahaan terutama pada peningkatan produksi," ujar Yana.
Ruang lingkup kerjasama ini adalah pemanfaatan dalam pengelolaan; pengoperasian; pembelian bahan baku ikan dari nelayan; pemasaran produk dan pemeliharaan gudang beku yang meliputi fasilitas; 2 unit cold storage dengan kapasitas masing-masing 100 ton; 2 unit Air Blast Freezer (ABF) dengan kapasitas masing-masing 3 ton. Fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam cold storage ini menjadi satu kesatuan dengan bangunan cold storage.
"Kerja sama ini merupakan bentuk komitmen BUMN dalam pengembangan usaha di kawasan timur Indonesia dan kami berharap ini bisa menjadi bentuk model kerja sama BUMN dan Pemda. Ke depannya kami juga berencana untuk membuka pasar ikan yang bagus di Mimika untuk menghidupkan pasar lokal dan memberi manfaat lebih untuk masyarakat setempat," tambah Yana.
Sementara, Eltinus berharap Perinus bisa mengelola cold storage dengan baik, efisien sehingga manfaatnya bisa dirasakan terutama untuk para nelayan Mimika. "Kami juga berharap APBD meningkat dan dengan fungsi pembinaan dari Perinus, diharapkan perikanan Mimika dapat berdaya saing," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa di Mimika saat ini terdapat sekitar 600 kapal nelayan dan selama ini penjualan ikan hanya terputar di daerah itu saja. Dengan kerja sama ini, imbuh dia, Mimika diharapkan bisa memasarkan produk ikannya secara lebih luas dan bahkan melakukan ekspor.
"Cold storage ini tidak untuk diesawakan. Ini seperti halnya gudang/warehouse yang kami khususkan untuk ikan, yang hanya bisa diakses oleh semua yang ada di wilayah Mimika dan sudah berhubungan dengan kami. Ikan yang kami beli dari nelayan, kami inapkan di cold storage itu," terang Yana.
Yana menyebutkan bahwa selama ini, beberapa pasar utama tujuan ekspor Perinus adalah ke Vietnam, China, dan Jepang. Jepang adalah pemesan terbanyak untuk tuna, gurita, dan cakalang. Pada tanggal 30 Oktober nanti, kata dia, Perinus akan mengekspor ikan dari Bacan, Maluku Utara ke Hakata, Jepang. Dan pada hari ini, Perinus akan mengekspor produk ikan dari Surabaya ke Bangladesh.
"Karena sekarang sudah ada cold storage di wilayah Indonesia Timur, kami bisa langsung mengekspor. Di Mimika sendiri kami lihat produk utamanya adalah ikan dan udang, kami juga akan carikan pasar yang sesuai dengan produksi di Mimika," imbuhnya.
Yana menambahkan, pengoperasian cold storage di Mimika sangat membantu untuk ekspor ikan dari wilayah Indonesia bagian timur. Cold storage yang dimiliki dan dioperasikan oleh Perinus terletak di Sorong, Ambon, Bitung, Bacan, Makassar, Surabaya, dan Benoa. Selama ini Perinus mengirimkan produk perikanan dari Surabaya, dimana ikan diambil dari wilayah Indonesia Timur ke Surabaya baru kemudian diekspor.
Sekitar seminggu yang lalu, Perinus menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam hal logistik untuk mengekspor ikan ke Jepang dan Hong Kong.
"Saat ini kami sedang melakukan detail kerja sama dengan Garuda. Dengan pesawat terbang, kami bisa mengirimkan ikan lebih cepat sehingga kualitasnya lebih bagus. Lebih cepat sampai tujuan, lebih efisien," tuturnya.
"Produksi kami sudah mencapai angka 46,6 ton sampai kuartal III ini dibandingkan 35 ton pada periode yang sama tahun lalu," ujar Direktur Utama Perinus M Yana Aditya di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Yana menjelaskan bahwa perikanan adalah industri non-eksploitatif karena produknya adalah makhluk hidup dan bergerak. Selain itu, musim pun berdampak sangat signifikan. Ada saatnya musim ikan banyak dan ada saatnya musim dimana ikan sulit ditangkap.
"Bulan-bulan dimana produksi ikan mencapai jumlah banyak adalah bulan Oktober, November, dan Desember. Kuantitas tonase berbeda, seperti halnya harga saham, harga ikan pun naik turun. Harga ikan jenis tertentu di tahun ini dan tahun lalu berbeda," tuturnya.
Kendati demikian, sambung Yana, BUMN perikanan tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten. Menurut dia, pendapatan perusahaan tumbuh 10-15% setiap kuartal. "Marginnya 20% hingga 30%," imbuhnya.
Untuk mengembangkan usaha, Perinus hari ini melaksanakan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika dalam rangka pemanfaatan gudang beku (cold storage) berkapasitas 200 ton di Kabupaten Mimika, Papua.
"Kerja sama ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), pengembangan usaha serta memberikan manfaat bagi masyarakat Mimika. Di samping itu, kerja sama ini akan berdampak pada pengembangan usaha Perinus yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja perusahaan terutama pada peningkatan produksi," ujar Yana.
Ruang lingkup kerjasama ini adalah pemanfaatan dalam pengelolaan; pengoperasian; pembelian bahan baku ikan dari nelayan; pemasaran produk dan pemeliharaan gudang beku yang meliputi fasilitas; 2 unit cold storage dengan kapasitas masing-masing 100 ton; 2 unit Air Blast Freezer (ABF) dengan kapasitas masing-masing 3 ton. Fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam cold storage ini menjadi satu kesatuan dengan bangunan cold storage.
"Kerja sama ini merupakan bentuk komitmen BUMN dalam pengembangan usaha di kawasan timur Indonesia dan kami berharap ini bisa menjadi bentuk model kerja sama BUMN dan Pemda. Ke depannya kami juga berencana untuk membuka pasar ikan yang bagus di Mimika untuk menghidupkan pasar lokal dan memberi manfaat lebih untuk masyarakat setempat," tambah Yana.
Sementara, Eltinus berharap Perinus bisa mengelola cold storage dengan baik, efisien sehingga manfaatnya bisa dirasakan terutama untuk para nelayan Mimika. "Kami juga berharap APBD meningkat dan dengan fungsi pembinaan dari Perinus, diharapkan perikanan Mimika dapat berdaya saing," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa di Mimika saat ini terdapat sekitar 600 kapal nelayan dan selama ini penjualan ikan hanya terputar di daerah itu saja. Dengan kerja sama ini, imbuh dia, Mimika diharapkan bisa memasarkan produk ikannya secara lebih luas dan bahkan melakukan ekspor.
"Cold storage ini tidak untuk diesawakan. Ini seperti halnya gudang/warehouse yang kami khususkan untuk ikan, yang hanya bisa diakses oleh semua yang ada di wilayah Mimika dan sudah berhubungan dengan kami. Ikan yang kami beli dari nelayan, kami inapkan di cold storage itu," terang Yana.
Yana menyebutkan bahwa selama ini, beberapa pasar utama tujuan ekspor Perinus adalah ke Vietnam, China, dan Jepang. Jepang adalah pemesan terbanyak untuk tuna, gurita, dan cakalang. Pada tanggal 30 Oktober nanti, kata dia, Perinus akan mengekspor ikan dari Bacan, Maluku Utara ke Hakata, Jepang. Dan pada hari ini, Perinus akan mengekspor produk ikan dari Surabaya ke Bangladesh.
"Karena sekarang sudah ada cold storage di wilayah Indonesia Timur, kami bisa langsung mengekspor. Di Mimika sendiri kami lihat produk utamanya adalah ikan dan udang, kami juga akan carikan pasar yang sesuai dengan produksi di Mimika," imbuhnya.
Yana menambahkan, pengoperasian cold storage di Mimika sangat membantu untuk ekspor ikan dari wilayah Indonesia bagian timur. Cold storage yang dimiliki dan dioperasikan oleh Perinus terletak di Sorong, Ambon, Bitung, Bacan, Makassar, Surabaya, dan Benoa. Selama ini Perinus mengirimkan produk perikanan dari Surabaya, dimana ikan diambil dari wilayah Indonesia Timur ke Surabaya baru kemudian diekspor.
Sekitar seminggu yang lalu, Perinus menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam hal logistik untuk mengekspor ikan ke Jepang dan Hong Kong.
"Saat ini kami sedang melakukan detail kerja sama dengan Garuda. Dengan pesawat terbang, kami bisa mengirimkan ikan lebih cepat sehingga kualitasnya lebih bagus. Lebih cepat sampai tujuan, lebih efisien," tuturnya.
(fjo)