Harga Minyak Melambung 1,6% Setelah Membaca Laporan OPEC
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah melambung tinggi menyusul laporan OPEC yang akan mempertimbangkan untuk mengurangi produksi lebih dalam dalam rencana pertemuan pada Desember mendatang.
Mengutip dari Reuters, Rabu (23/10/2019), sumber yang dekat dengan OPEC mengatakan rencana pemotongan lebih besar ini dilakukan demi menaikkan harga karena belakangan ini terus melemah.
Selain itu, OPEC menilai pembicaraan dagang Amerika Serikat dengan China teris mengalami kemajuan. Sehingga hal ini dapat memupus kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Pemangkasan produksi lebih lanjut juga untuk mengantisipasi kelebihan pasokan, dimana AS terus meningkatkan produksi minyaknya.
Pembacaan laporan Organisasi Negara-negara Produsen Minyak (OPEC) tadi membuat harga minyak mencuat. Harga Brent ditutup lebih tinggi 1% menjadi USD59,59 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate melambung 1,6% menjadi USD54,16 per barel.
Pada Juli lalu, OPEC dan Rusia serta anggota non OPEC sepakat memperpanjang pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari selama sembilan bulan. Arab Saudi telah membuat pengurangan terbesar.
Namun, faktor geopolitik membuat pengurangan ini tidak berjalan mulus. Perang dagang AS dan China telah berdampak pada pertumbuhan permintaan minyak.
Analis pasar komoditas Lukman Otunuga dari FXTM, mengatakan suasana pasar keuangan dan pasar minyak tetap terpengaruh dari faktor perdagangan. Pembicaraan atau konflik dagang AS-China selalu mempengaruhi.
Dana Moneter Internasional (IMF) pun pada pekan lalu, memperkirakan dampak perang dagang AS-China telah memperlambat ekonomi dunia tahun 2019 menajdi 3,0%, terlemah dalam satu dekade. Pertumbuhan ekonomi yang melambat berarti berkurangnya permintaan komoditas seperti minyak.
Harga minyak semakin tertekan akibat terus meningkatnya pasokan minyak mentah AS. Persediaan minyak mentah AS telah meningkat enam minggu berturut-turut, hingga 18 Oktober.
Analis dari ING Bank, Warren Patterson, mengatakan persediaan minyak mentah AS telah meningkat sekitar 3 juta barel selama seminggu lalu. "Kondisi ekonomi global dan peningkatan pasokan secara bersamaan semakin menyulitkan harga untuk naik berkelanjutan," ungkapnya.
Untuk menyiasatinya, OPEC bersama Rusia dan produsen minyak lainnya, yang dikenal sebagai aliansi OPEC+ akan memperpanjang pemotongan produksi 1,2 juta barel per hari (bph) hingga Maret 2020. Mereka akan bertemu pada 5-6 Desember di Markas Besar OPEC di Wina, Austria.
Mengutip dari Reuters, Rabu (23/10/2019), sumber yang dekat dengan OPEC mengatakan rencana pemotongan lebih besar ini dilakukan demi menaikkan harga karena belakangan ini terus melemah.
Selain itu, OPEC menilai pembicaraan dagang Amerika Serikat dengan China teris mengalami kemajuan. Sehingga hal ini dapat memupus kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Pemangkasan produksi lebih lanjut juga untuk mengantisipasi kelebihan pasokan, dimana AS terus meningkatkan produksi minyaknya.
Pembacaan laporan Organisasi Negara-negara Produsen Minyak (OPEC) tadi membuat harga minyak mencuat. Harga Brent ditutup lebih tinggi 1% menjadi USD59,59 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate melambung 1,6% menjadi USD54,16 per barel.
Pada Juli lalu, OPEC dan Rusia serta anggota non OPEC sepakat memperpanjang pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari selama sembilan bulan. Arab Saudi telah membuat pengurangan terbesar.
Namun, faktor geopolitik membuat pengurangan ini tidak berjalan mulus. Perang dagang AS dan China telah berdampak pada pertumbuhan permintaan minyak.
Analis pasar komoditas Lukman Otunuga dari FXTM, mengatakan suasana pasar keuangan dan pasar minyak tetap terpengaruh dari faktor perdagangan. Pembicaraan atau konflik dagang AS-China selalu mempengaruhi.
Dana Moneter Internasional (IMF) pun pada pekan lalu, memperkirakan dampak perang dagang AS-China telah memperlambat ekonomi dunia tahun 2019 menajdi 3,0%, terlemah dalam satu dekade. Pertumbuhan ekonomi yang melambat berarti berkurangnya permintaan komoditas seperti minyak.
Harga minyak semakin tertekan akibat terus meningkatnya pasokan minyak mentah AS. Persediaan minyak mentah AS telah meningkat enam minggu berturut-turut, hingga 18 Oktober.
Analis dari ING Bank, Warren Patterson, mengatakan persediaan minyak mentah AS telah meningkat sekitar 3 juta barel selama seminggu lalu. "Kondisi ekonomi global dan peningkatan pasokan secara bersamaan semakin menyulitkan harga untuk naik berkelanjutan," ungkapnya.
Untuk menyiasatinya, OPEC bersama Rusia dan produsen minyak lainnya, yang dikenal sebagai aliansi OPEC+ akan memperpanjang pemotongan produksi 1,2 juta barel per hari (bph) hingga Maret 2020. Mereka akan bertemu pada 5-6 Desember di Markas Besar OPEC di Wina, Austria.
(ven)