Move On dengan Melakukan Transformasi

Sabtu, 02 November 2019 - 07:30 WIB
Move On dengan Melakukan Transformasi
Move On dengan Melakukan Transformasi
A A A
ERA revolusi industry 4.0 disikapi oleh banyak korporasi dunia dengan melakukan transformasi. Tak hanya sekadar melakukan transformasi business process saja, bahkan hingga transformasi business model. Hal ini dilakukan agar perusahaan-perusahaan tersebut memiliki daya saing dan tetap menjadi perusahaan profit making di masa depan. Perusahaan besar seperti Pertamina dan Toyota saat ini tengah serius melakukan transformasi.

Ratusan orang memenuhi Aomi Hall Mega Web, Odaiba, Tokyo 24 Oktober 2019 lalu. Salah satu lokasi perhelatan pameran Tokyo Motor Show 2019. Kehadiran ratusan orang dari Asia, Eropa, Timur Tengah hingga Amerika Serikat (AS) ini bukan untuk melihat konser musik, namun menunggu pidato petinggi perusahaan automotif terbesar dunia Toyota Motor Corp. (TMC) Akio Toyoda.

Mengenakan stelan jas berwarna abu-abu dengan kacamata berframe warna hitam, Akio tampak muda meski usianya sudah mencapai 63 tahun. "Saya tidak berbicara mengenai mobil apa yang akan kami luncurkan tahun depan, anda tidak akan menemukannya disini. Saya akan berbicara mengenai perubahan bisnis Toyota menjadi perusahaan mobilitas, " tegas Akio yang menggenggam pucuk pimpinan TMC sejak 23 Juni 2009 itu.

Koran SINDO yang hadir di acara itu memang tak melihat ada mobil-mobil baru yang dipajang. Suasana tak lazim dalam sebuah pameran mobil. Namun, TMC justru menampilkan mobil-mobil elektrifikasi masa depan, robot, juga mobil-mobil untuk para disabilitas yang umumnya memanfaatkan kecanggihan internet of things (IoT).

Dengan konsep Mobility for All, raksasa automotif dunia itu ingin semua orang dari anak-anak, orang tua hingga kalangan disabiltas bisa melakukan mobilitas tanpa batas. "Sekarang jaman sudah berubah, era automasi sudah berlangsung. Automasi dalam bentuk kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) hingga robot. Karenanya kami harus menyikapi perkembangan itu," katanya.

Peralihan menjadi perusahaan mobilitas ini dibangun berdasarkan pemahaman terhadap empat teknologi kunci dan tren masyarakat, yakni jaringan yang terhubung, otomatisasi, layanan bersama, dan elektrifikasi, yang bersinergi untuk membuka kemungkinan baru mobilitas yang melampaui batas fungsi dari kendaraan saat ini. “Elektrifikasi kendaraan adalah pusat dari transformasi kami menjadi perusahaan mobilitas global,” katanya.

Saat ini, perusahaan di dunia memang dituntut untuk melakukan transformasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah cepat. Termasuk perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. "Jika tidak melakukan transformasi, lambat laun perusahaan akan mati," ujar Pakar Pemasaran Yuswohady kepada Koran SINDO di Jakarta, kemarin.

Managing Partner Inventure itu mengungkapkan, di Indonesia, banyak perusahaan yang terus melakukan transformasi mengikuti perkembangan jaman. "Pertamina misalnya, melakukan transformasi dari perusahaan migas menjadi perusahaan energi," ungkapnya. Langkah jitu Pertamina untuk move on menjadi perusahaan energi terintegrasi itu menurut Yuswohady, akan membuka peluang-peluang baru bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu di masa depan.

"Di era digital sekarang ini, langkah transformasi Pertamina sudah tepat dan on track. Sekarang sedang melakukan digitalisasi di SPBU. Ke depan perlu juga membuat SPLU karena era kendaraan berbasis energi listrik sudah di mulai sehingga konsumsi bahan bakar energi fosil akan berkurang," paparnya.

Transformasi memang harus dilakukan karena perilaku masyarakat sudah berubah. Yuswohady memberikan contoh, masyarakat kini banyak yang beralih menggunakan pembayaran digital dan mulai mengurangi pembayaran dengan menggunakan uang tunai. "Pertamina harus memperluas transformasinya. Namun, harus tetap sesuai dengan kompetensinya di sektor energi," tegasnya.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengungkapkan, Pertamina bersemangat untuk melakukan transformasi bisnisnya di era digital saat ini. Tahun ini, merupakan tahun kedua Pertamina melakukan transformasi khususnya transformasi digital. Program transformasi digital yang saat ini sedang dijalankan yakni Loyalty Program, Digital Refinery, Knowlegde Management & Best Practice in Upstream, Digital Procurement, Digitalisasi Korporat dan Digitalisasi SPBU dan Terminal BBM.

Di sektor hilir, Pertamina sedang giat melakukan digitalisasi di SPBU-SPBU agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. "Digitalisasi SPBU kami lakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan sejalan dengan perkembangan era digital yang membutuhkan kecepatan dan kenyamanan dalam transaksi," katanya kepada Koran SINDO, kemarin.

Digitalisasi SPBU, lanjut Fajriyah, menjadikan Pertamina memiliki database berbagai pola konsumen BBM di seluruh Indonesia sehingga bisa memonitor secara akurat stok BBM nasional. Sampai dengan akhir Desember 2019, diperkirakan 3.500 SPBU akan selesai terintegrasi dan pada akhir triwulan pertama 2020 akan diselesaikan seluruh target atau di 5.518 SPBU dengan 16.000 instalasi Automatic Tank Gauging, 22.000 instalasi Electronic Data Capture, sistem point of sales dan data center.

"Kami menyediakan cashless payment MyPertamina dan digitalisasi SPBU. Digitalisasi SPBU membuat Pertamina semakin membuktikan daya saing dengan sistem yang cepat dan handal," ungkapnya.

Pertamina optimistis, bahwa proses transformasi yang sedang dijalankan akan sukses sesuai dengan rencana. Karena perusahaan ini memiliki sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Ditambah Pertamina memilik wadah khusus tempat para pekerja untuk terus menggelorakan semangat berinovasi, yakni Annual Pertamina Quality Awards (APQ), di mana pada 2019 telah memasuki tahun kesembilan.

"Kami juga memiliki SDM yang terus semangat melakukan sinergi dan inovasi dan didukung dengan digitalisasi seluruh sistem dan proses kerja. Ini menjadi kekuatan dan kepercayaan diri dalam merespons tantangan industri 4.0," tuturnya. Saat ini, lanjut Fajriyah, Pertamina sedang mengembangkan konsep digital yang akan mengubah bisnis Pertamina yang semula business oriented menjadi customer centric.

Pertamina juga terus mengadopsi kebijakan-kebijakan yang memungkinkan generasi milenial untuk bekerja secara optimal. Salah satu contohnya dalam hal up skilling. Pertamina sudah menggunakan digital learning untuk beberapa modul dan diharapkan dalam dua hingga tiga tahun mendatang untuk semua modul akan disajikan secara digital.

Pertamina juga aktif mendukung berbagai kegiatan positif yang dilakukan oleh generasi milenial Pertamina, seperti kegiatan Culture Change Agent (CCA), Pertamina Energi Negeri (PEN) maupun kegiatan lainnya baik yang digelar di Kantor Pusat Pertamina, Unit Operasi hingga Anak Perusahaan.

"Transformasi melalui digitalisasi kami lakukan tidak hanya di SPBU, tetapi meluas dari hulu hingga hilir dengan tujuan utamanya meningkatkan layanan Pertamina sekaligus memudahkan proses bisnis di internal perusahaan," papar Fajriyah.
Pertamina juga telah melakukan sinergi dengan BUMN seperti Telkomsel dan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) serta berkolaborasi dengan perusahaan swasta yang memiliki keahlian di bidang digitalisasi.

"Di sektor hulu, kami telah membangun Upstream Cloud dan Big Data Analytic agar informasi bisa tersentralisasi dan terintegrasi. Kami juga telah memiliki sistem group license untuk memaksimalkan penggunaan lisensi piranti lunak dalam operasionalnya," tegasnya. Hal itu sebagai bagian dari optimasi penggunaan aplikasi Petrotechnical yang tersentralisasi dan terintegrasi. Sementara di pengolahan, Pertamina tengah menyiapkan predictive maintenance yang terintegrasi melalui adopsi advanced analytics, sehingga meminimalisir terjadinya unplanned shutdown.

Dalam proses pengadaan barang dan jasa, Pertamina juga menerapkan Digital Procurement yang diprediksi memberikan kontribusi efisiensi terbesar, sekitar Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun per tahun.

Senior Vice President Corporate ICT Pertamina Jeffrey Tjahja Indra belum lama ini mengatakan, fase pertama transformasi digital di Pertamina ditargetkan selama tiga tahun dan dijadwalkan selesai pada 2021. Dia mengatakan, transformasi digital tak sekadar implementasi Information and Technology (IT). Namun, implementasi bisnis dengan cara kerja baru, cara berbisnis baru, dengan menggunakan IT sebagai teknologi penunjang. Menurut dia, ada tiga kunci sukses transformasi digital harus dijalani dengan sungguh-sungguh.

Yakni perubahan proses bisnis, perubahan teknologi, serta perubahan mindset dan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM). Agar dapat mencapai tujuan strategis perusahaan, transformasi digital membutuhkan perubahan secara holistik dan tidak sekadar memindahkan proses bisnis yang berjalan saat ini ke platform digital.

Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menilai, transformasi yang dilakukan Pertamina bukan hanya sebuah perubahan teknolgi semata, tapi juga perubahan mindset manusianya. Pertamina, kata dia, juga telah melakukan digital culture termasuk di anak-anak usahanya. "Transformasi digital yang dilakukan tentu akan bisa mengubah, memperbaiki, bisa memberikan semangat baru bagi Pertamina," katanya.

Menurut Sofyano, keseriusan Pertamina melakukan transformasi melalui pemaksimalan penggunaan IoT terlihat dari perhelatan Pertamina Digital Expo beberapa waktu lalu. "Itu menunjukkan Pertamina sangat serius. Transformasi digital yang dilakukan tentunya dapat menekan biaya dan mengefisienkan operasional di seluruh lini bisnis," paparnya.Sofyano mengatakan, Pertamina harus terus melakukan tranformasi bisnis sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi-teknologi yang saat ini sudah dimiliki. "Program-program yang dijalankan itu merupakan upaya Pertamina untuk menjawab tantangan bisnis di masa mendatang. Cara Pertamina untuk beradaptasi sudah lebih maju dibandingkan dengan perusahaan lain," tuturnya. (Anton C)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6102 seconds (0.1#10.140)