Pendapatan Operasional Maybank Indonesia Naik 2,0%

Selasa, 05 November 2019 - 09:32 WIB
Pendapatan Operasional Maybank Indonesia Naik 2,0%
Pendapatan Operasional Maybank Indonesia Naik 2,0%
A A A
JAKARTA - Pendapatan operasional sebelum provisi PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia/Bank) meningkat sebesar 2,0% menjadi Rp3,1 triliun untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2019.

Pertumbuhan pendapatan terutama didukung peningkatan pendapatan non bunga (fee based income), pengelolaan biaya secara berkelanjutan dan kenaikan pendapatan bunga bersih dalam periode tersebut.

Laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) tercatat sebesar Rp1,1 triliun per 30 September 2019 dibandingkan Rp1,5 triliun per 30 September 2018 karena adanya peningkatan provisi sehubungan Maybank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan kredit untuk beberapa portofolio pada segmen komersial dan korporat yang terdampak oleh melemahnya kinerja keuangan perusahaan.

Bank mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 23,2% menjadi Rp1,9 triliun pada September 2019 dibandingkan Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu, didukung fee Global Market, pengembalian pajak, administrasi kredit, pemulihan kredit, dan bancassurance serta jasa layanan lain yang disediakan Bank.

Pendapatan bunga bersih meningkat 1,4% menjadi Rp6,1 triliun dari Rp6,0 triliun sementara Marjin Bunga Bersih turun 27 basis point secara tahunan menjadi 5,0% pada September 2019 dari 5,2% pada September 2018.

Marjin Bunga Bersih pada September 2019 lebih tinggi 14 basis point dibandingkan 4,8% pada Juni 2019 menyusul upaya berkelanjutan dalam meningkatkan imbal hasil kredit dan mengurangi biaya dana.

Bank juga berhasil mengurangi kelebihan likuiditas dan biaya dana yang tinggi pada semester satu yang merupakan langkah aktif untuk memastikan likuiditas yang cukup dalam memitigasi semua risiko yang tidak terduga selama dan sesudah pemilu.

Bank akan terus menjaga kedisiplinan dalam penentuan harga kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat memitigasi tekanan pada marjin dengan lebih baik. Juga terus mempertahankan posisi likuiditas yang kuat dengan simpanan nasabah yang meningkat 4,3% menjadi Rp115,6 triliun pada September 2019 dari Rp110,8 triliun pada September 2018.

Rasio Loan to Deposit (LDR-Bank saja) berada pada level yang sehat sebesar 96,3% sementara Rasio Liquidity Coverage (LCR-Bank saja) berada pada 169,7% per September 2019, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.

Perbankan global membukukan pertumbuhan kredit yang kuat sebesar 13,7% menjadi Rp35,4 triliun dari Rp31,1 triliun didukung terutama oleh kredit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi papan atas untuk pembiayaan infrastruktur dan investasi.

Namun, kredit Community Financial Services (CFS)-Non Ritel, yang merupakan Usaha Kecil & Menengah (UKM) turun 7,0% menjadi Rp51,9 triliun, dan kredit CFS Ritel turun 4% menjadi Rp42,5 tirliun per 30 September 2019. Dengan demikian, total kredit turun 1,1% menjadi Rp129,8 triliun pada 30 September 2019 dari Rp131,2 triliun pada 30 September 2018.

Biaya overhead tetap terkendali dengan kenaikan sebesar 8,4% menjadi Rp4,9 triliun pada September 2019 dari Rp4,5 triliun pada September 2018 sebagai hasil inisiatif pengelolaan biaya yang baik di seluruh lini bisnis dan support unit Bank.

Biaya overhead ini termasuk insentif yang dibayarkan untuk simpanan mudharabah yang tumbuh 107,8%. Di luar biaya insentif tersebut, biaya operasional relatif sama hanya meningkat 0,7% hingga September 2019.

Bank meningkatkan provisi kerugian kredit (loan loss provision) sebesar 59,4% menjadi Rp1,6 triliun per September 2019. Provisi ini terutama disebabkan oleh beberapa nasabah komersial dan korporat yang terdampak oleh melemahnya kinerja keuangan perusahaan.

Bank terus menempuh langkah proaktif untuk mendukung nasabah dalam menghadapi tantangan dan menjaga postur risikonya untuk menjaga kualitas aset. Langkah ini telah menghasilkan peningkatan kualitas aset seperti tercermin pada penurunan tingkat NPL dari 2,7% (gross) dan 1,5% (net) pada September 2018 menjadi 2,6% (gross) dan 1,5% (net) pada September 2019.

Posisi modal Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 20,1% pada September 2019 dibandingkan dengan 18,8% periode yang sama tahun lalu dan total modal Rp26,8 triliun pada September 2019 dibandingkan Rp25,3 triliun pada September 2018.

Perbankan syariah

Perbankan Syariah mencatat pertumbuhan sebesar 10,6% dalam total aset mencapai Rp33,4 triliun pada September 2019 dari Rp30,2 triliun pada September 2018, memberikan kontribusi 20,4% terhadap total aset Bank.

Total pembiayaan tumbuh 3,0% menjadi Rp24,5 triliun sementara tingkat Non Performing Financing (NPF) membaik signifikan menjadi 1,3% (gross) dan 1,1% (net) pada September 2019 dibandingkan 2,9% (gross) dan 1,9% (net) pada September 2018.

Total simpanan Perbankan Syariah melonjak 45,9% menjadi Rp26,4 triliun pada September 2019. Ini didorong oleh usaha yang terfokus untuk meningkatkan basis nasabah dan peluncuran produk-produk inovatif.

Anak perusahaan

PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance) terus mencatat kinerja yang impresif dengan laba sebelum pajak meningkat sebesar 17,2% menjadi Rp350 miliar dalam sembilan bulan 2019 meskipun total pembiayaan mengalami penurunan sebesar 2,6%.

Maybank Finance terus fokus untuk memastikan pengelolaan aset yang lebih baik dengan penurunan NPL menjadi 0,31% (gross) dan 0,16% (net) per 30 September 2019 dibandingkan dengan 0,59% (gross) dan 0,31% (net) pada periode yang sama tahun lalu.

Laba sebelum pajak PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM), tetap stabil sebesar Rp201 miliar meskipun mengalami penurunan total pembiayaan konsumer (WOM saja) sebesar 12,5% dari Rp8,4 triliun pada September 2018 menjadi Rp7,3 triliun pada September 2019 sehubungan industri mengalami penurunan volume bisnis pada 2019.

WOM memilih untuk menjaga postur risiko sehubungan dampak ekonomi yang terjadi terhadap potensi pengeluaran (spending potential) segmen konsumennya. WOM mencatat peningkatan kualitas aset yang tercermin pada penurunan tingkat NPL menjadi 2,4% (gross) dan 0,6% (net) dari 2,7% (gross) dan 0,8% (net). Ke depan, WOM akan terus fokus untuk menumbuhkan bisnis dengan praktik manajemen risiko yang berhati-hati.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, perusahaan kembali mengalami kondisi yang penuh tantangan pada kuartal ketiga 2019, tetapi perusahaan tetap berkomitmen pada strategi untuk bertumbuh secara bertanggung jawab dan secara selektif memastikan kualitas aset, sementara berfokus pada optimalisasi teknologi untuk memberikan pengalaman nasabah yang lebih baik pada seluruh touchpoints.

"Kami gembira dengan tanggapan atas peluncuran aplikasi mobile banking M2U yang baru, yang kami yakini menjadi tolok ukur baru dalam pengalaman nasabah. Kami tetap optimis dapat menutup tahun keuangan 2019 dengan pendapatan operasional yang baik meskipun kondisi pasar terus menantang hingga akhir tahun,” kata Taswin dalam keterangan pers, Selasa (29/10/2019)

Presiden Komisaris Maybank Indonesia dan Group President & CEO Maybank, Datuk Abdul Farid Alias menegaskan, meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi global, Maybank Indonesia masih mencatat pertumbuhan di tingkat operasional.

"Ini adalah hasil dari kebijakan penuh kehati-hatian dan fokus pada kualitas, serta manajemen biaya dan likuiditas yang efektif dan disiplin. Ini akan tetap menjadi area fokus utama kami saat kami berupaya meningkatkan penciptaan nilai bagi semua pemangku kepentingan kami dan pada saat yang sama memanfaatkan peluang untuk pertumbuhan di masa depan. Kami bersungguh-sungguh mendorong agenda transformasi digital kami secara lebih agresif sehingga Bank dapat memperluas basis nasabah dengan biaya yang efektif dan meningkatkan pangsa pasarnya di Indonesia.”
(akn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5795 seconds (0.1#10.140)