Tekan Defisit, Indonesia Harus Dorong Investasi Langsung

Selasa, 05 November 2019 - 23:41 WIB
Tekan Defisit, Indonesia...
Tekan Defisit, Indonesia Harus Dorong Investasi Langsung
A A A
JAKARTA - Danareksa Research Institute (DRI) menilai persoalan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang kini menekan ekonomi Indonesia bisa diatasi dengan memperkuat investasi langsung, baik investasi asing maupun dalam negeri.

Head of Danareksa Research Institute, Moekti Prasetiani Soejachmoen, mengatakan masalah CAD sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi pada negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Namun defisit neraca transaksi berjalan itu bisa dikatakan wajar selama defisit tersebut disebabkan oleh meningkatnya impor barang modal dan bahan baku demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 6-12 bulan ke depan," tegasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (5/11/2019).

Hal ini mengingat industri di Indonesia masih sangat tergantung pada impor barang modal dan bahan baku.

"Defisit neraca transaksi berjalan menjadi tidak produktif apabila disebabkan oleh impor barang konsumsi yang tinggi. Yang lebih penting dalam mengatasi masalah defisit neraca transaksi berjalan adalah bagaimana Indonesia membiayai defisit tersebut," imbuhnya.

Dia menjelaskan, saat ini defisit neraca transaksi berjalan Indonesia lebih banyak dibiayai oleh investasi portofolio yang sifatnya sangat volatile dan gampang berpindah keluar negeri (capital outflow) alias hot money.

Menggantungkan pembiayaan defisit neraca transaksi berjalan pada investasi portfolio itu meningkatkan ketidakpastian. Karena itu, pemerintah perlu meningkatkan investasi langsung, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).

Mengacu data Bank Indonesia, pada kuartal II 2019, NPI membukukan defisit senilai USD1,98 miliar. Padahal pada kuartal I 2019, Indonesia mengalami surplus senilai USD2,42 miliar.

Defisit yang paling terasa adalah pos transaksi berjalan yang merupakan komponen dari NPI. Pada kuartal II 2019, defisit transaksi berjalan (CAD) mencapai 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Moekti menjelaskan upaya pemerintah dalam menekandefisit neraca pembayaran ini sudah terlihat, apalagi jika melihat susunan Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin periode 2019-2024.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi periode kuartal III 2019 (Juli-September) sudah mencapai Rp205,7 triliun, naik 18,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Jumlah itu terbagi atas PMDN sebesar Rp100,7 triliun (naik 18,9%) dan PMA Rp105 triliun (naik 17,8%).

Secara kumulatif, realisasi investasi Januari -September 2019 mencapai Rp601,3 triliun, atau 75,9% dari target realisasi investasi tahun 2019 yang dipatok sebesar Rp792 triliun. Jumlah realisasi kumulatif 9 bulan itu terdiri dari PMDN Rp283,5 triliun (naik 17,3%) dan PMA Rp317,8 triliun, naik 8,2% dari periode yang sama 2018.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5371 seconds (0.1#10.140)