Airlangga dan Mendag AS Wilbur Ross Bahas Hapus Hambatan Perdagangan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Wilbur Ross membahas, untuk menghilangkan hambatan yang membatasi ruang gerak industri dan bisnis perusahaan AS di Indonesia. AS pun menawarkan partisipasi dalam pembangunan infrastruktur, pekerjaan umum, energi dan sektor lainnya melalui kerja sama dengan pihak swasta dan BUMN.
“Kami sangat menghargai kunjungan Anda bersama para delegasi, karena hal ini sejalan dengan visi Presiden Jokowi untuk memperbesar (nilai) perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan mitra dagang kami, salah satunya yaitu AS,” kata Menko Airlangga, di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Dalam kunjungan kali ini, Secretary Ross didampingi oleh 24 orang pejabat pemerintahan AS dan Kedutaan Besar AS di Jakarta, serta 25 orang delegasi pebisnis AS yang bergerak pada berbagai sektor antara lain energi, teknik, konstruksi, dan teknologi informasi. Lawatan ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke kawasan Asia Tenggara, antara lain ke Thailand dan Vietnam.
Tahun ini lanjut Menko Airlangga, menandai 70 tahun hubungan bilateral yang baik antara Indonesia dan AS. “Saya harap kedua negara dapat menggunakan momentum ini untuk semakin memperkuat hubungan serta meningkatkan investasi dan perdagangan dua arah, melalui usaha yang berkelanjutan dan akan membawa keuntungan bagi masing-masing negara,” tuturnya.
AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar bagi Indonesia. Data Kementerian Perdagangan tahun 2018 menunjukkan, AS adalah mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia dengan nilai perdagangan bilateral sebesar USD28,6 miliar, naik 10,42% dari periode sama tahun sebelumnya. Nilai Investasi Langsung (Foreign Direct Investment/FDI) AS di Indonesia juga menyentuh angka USD1,217 juta dengan 572 proyek.
Sebaliknya, Indonesia adalah negara tujuan investasi dari para pengusaha AS dalam sektor ekstraktif atau sumber daya mineral, serta menjadi pasar potensial bagi produk-produk AS lainnya. “Maka itu, untuk memperluas perdagangan bilateral, kita harus fokus dalam kolaborasi membangun sebuah roadmap bernilai sekitar USD60 miliar untuk lima tahun ke depan dengan mengidentifikasi sektor-sektor tertentu, khususnya industri yang menyokong satu sama lain,” jelasnya.
Secretary Ross mengungkapkan, kunjungan ke Asia Tenggara ini sebagai salah satu upaya mendukung sasaran Presiden AS Donald Trump untuk mempercepat kegiatan perdagangan AS di kawasan. Ditambah membuka peluang ekspor yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi perusahaan AS, sekaligus memenuhi kebutuhan kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
“Di Departemen Perdagangan, kami bekerja mendorong pertumbuhan sektor swasta AS di dalam negeri dan seluruh dunia. Dengan nilai hampir USD2 triliun dalam perdagangan dua arah pada 2018, kami sedang berusaha menumbuhkan kemitraan penting di kawasan Indo-Pasifik seiring perusahaan-perusahaan AS memperluas bisnisnya di sini. Saya harap kita dapat bekerja sama semakin erat tahun demi tahun ke depan,” ungkap Ross.
“Kami sangat menghargai kunjungan Anda bersama para delegasi, karena hal ini sejalan dengan visi Presiden Jokowi untuk memperbesar (nilai) perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan mitra dagang kami, salah satunya yaitu AS,” kata Menko Airlangga, di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Dalam kunjungan kali ini, Secretary Ross didampingi oleh 24 orang pejabat pemerintahan AS dan Kedutaan Besar AS di Jakarta, serta 25 orang delegasi pebisnis AS yang bergerak pada berbagai sektor antara lain energi, teknik, konstruksi, dan teknologi informasi. Lawatan ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke kawasan Asia Tenggara, antara lain ke Thailand dan Vietnam.
Tahun ini lanjut Menko Airlangga, menandai 70 tahun hubungan bilateral yang baik antara Indonesia dan AS. “Saya harap kedua negara dapat menggunakan momentum ini untuk semakin memperkuat hubungan serta meningkatkan investasi dan perdagangan dua arah, melalui usaha yang berkelanjutan dan akan membawa keuntungan bagi masing-masing negara,” tuturnya.
AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar bagi Indonesia. Data Kementerian Perdagangan tahun 2018 menunjukkan, AS adalah mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia dengan nilai perdagangan bilateral sebesar USD28,6 miliar, naik 10,42% dari periode sama tahun sebelumnya. Nilai Investasi Langsung (Foreign Direct Investment/FDI) AS di Indonesia juga menyentuh angka USD1,217 juta dengan 572 proyek.
Sebaliknya, Indonesia adalah negara tujuan investasi dari para pengusaha AS dalam sektor ekstraktif atau sumber daya mineral, serta menjadi pasar potensial bagi produk-produk AS lainnya. “Maka itu, untuk memperluas perdagangan bilateral, kita harus fokus dalam kolaborasi membangun sebuah roadmap bernilai sekitar USD60 miliar untuk lima tahun ke depan dengan mengidentifikasi sektor-sektor tertentu, khususnya industri yang menyokong satu sama lain,” jelasnya.
Secretary Ross mengungkapkan, kunjungan ke Asia Tenggara ini sebagai salah satu upaya mendukung sasaran Presiden AS Donald Trump untuk mempercepat kegiatan perdagangan AS di kawasan. Ditambah membuka peluang ekspor yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi perusahaan AS, sekaligus memenuhi kebutuhan kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
“Di Departemen Perdagangan, kami bekerja mendorong pertumbuhan sektor swasta AS di dalam negeri dan seluruh dunia. Dengan nilai hampir USD2 triliun dalam perdagangan dua arah pada 2018, kami sedang berusaha menumbuhkan kemitraan penting di kawasan Indo-Pasifik seiring perusahaan-perusahaan AS memperluas bisnisnya di sini. Saya harap kita dapat bekerja sama semakin erat tahun demi tahun ke depan,” ungkap Ross.
(akr)