Penyaluran Kredit Bank Bukopin Capai Rp66,56 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Bukopin Tbk pada akhir kuartal III/2019 berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp66,56 triliun. Sebagian besar disalurkan ke sektor ritel, yaitu UMKM (29,8%) dan konsumer (16,8%), sementara komersial sebesar 19,9%.
Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengungkapkan, perseroan juga berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp151 miliar, meningkat 9,80% dibandingkan dengan pencapaian laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp137 miliar.
"Kami akan tetap fokus untuk memacu pertumbuhan berkelanjutan, bisnis Ritel, dan kualitas portofolio. Peningkatan kinerja Perseroan ditopang oleh peningkatan kinerja Bisnis Ritel yang mencakup sektor Konsumer dan sektor UMKM," kata Eko di Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Pembiayaan kredit konsumer yang disalurkan Bank Bukopin menyasar nasabah individu, PNS Aktif, dan Pensiunan. Sedangkan produk kredit konsumer meliputi produk Pra-Pensiun dan kredit Pensiun, Kredit Pemilikan Mobil, Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Multiguna, dan Kartu Kredit Bukopin. Adapun layanan pembiayaan konsumer meliputi Priority Banking, e-Banking, dan Tabungan Digital Wokee.
Selain kredit konsumer, Perseroan juga mengembangkan bisnis Ritel berisiko rendah di sektor UMKM dengan nilai pembiayaan di bawah Rp15 miliar. Pembiayaan kredit UMKM meliputi Showroom Financing, Invoice Financing, Flexy Bill, Flexy Health, Flexy gas, dan Flexy Retail.
Sementara strategi pada bisnis Komersial, Bank Bukopin menjaga pada komposisi kredit dengan tingkat risiko yang rendah dengan menyasar pada sektor bisnis Komersial mencakup bidang energi, kesehatan, properti, agribisnis, dan telekomunikasi.
Pihaknya optimistis dengan pengembangan bisnis Ritel dan Komersial yang semakin solid. Perseroan akan dapat memacu pertumbuhan kinerja dan memperbaiki kualitas kredit. Pada periode yang sama, Dana Pihak Ketiga tumbuh 3,35% menjadi Rp76,42 triliun.
Sementara itu per September 2019 rasio LDR Perseroan tercatat 86%. Dengan posisi CAR yang sudah meningkat menjadi 13,51%, Bank Bukopin akan memiliki ruang yang semakin lebar untuk melakukan ekspansi.
Dari sisi kualitas kredit, rasio NPL (net) atau kredit bermasalah Perseroan per September 2019 tercatat membaik menjadi 3,81% dibandingkan dengan posisi Desember 2018 yang mencapai 4,75%.
Pada periode yang sama, sambung dia, Fee Based Income Bank Bukopin juga meningkat menjadi Rp1,212 triliun, tumbuh 112,26% dibandingkan periode September 2018 sebesar Rp572 miliar.
Menurut Eko, pertumbuhan sangat besar pada pendapatan Fee Based didukung dari produk-produk Flexy Bill, Flexy Gas, Flexy Health, dan Invoice Financing.
Perseroan pun menyiapkan sedikitnya empat produk unggulan untuk memacu pertumbuhan kinerja Perseroan. Produk-produk unggulan yang akan menjadi diferensiasi Perseroan adalah Flexy Bill, Flexy Gas, Flexy Health, dan Invoice Financing.
Dia meyakini produk-produk unggulan tersebut akan menjadi solusi yang sangat dibutuhkan pasar mengingat produknya dirancang sesuai kebutuhan nasabah dan tidak dimiliki oleh pelaku jasa keuangan lain.
"Melalui empat produk unggulan tersebut, Bank Bukopin optimistis akan dapat terus meningkatkan pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang," pungkasnya.
Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengungkapkan, perseroan juga berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp151 miliar, meningkat 9,80% dibandingkan dengan pencapaian laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp137 miliar.
"Kami akan tetap fokus untuk memacu pertumbuhan berkelanjutan, bisnis Ritel, dan kualitas portofolio. Peningkatan kinerja Perseroan ditopang oleh peningkatan kinerja Bisnis Ritel yang mencakup sektor Konsumer dan sektor UMKM," kata Eko di Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Pembiayaan kredit konsumer yang disalurkan Bank Bukopin menyasar nasabah individu, PNS Aktif, dan Pensiunan. Sedangkan produk kredit konsumer meliputi produk Pra-Pensiun dan kredit Pensiun, Kredit Pemilikan Mobil, Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Multiguna, dan Kartu Kredit Bukopin. Adapun layanan pembiayaan konsumer meliputi Priority Banking, e-Banking, dan Tabungan Digital Wokee.
Selain kredit konsumer, Perseroan juga mengembangkan bisnis Ritel berisiko rendah di sektor UMKM dengan nilai pembiayaan di bawah Rp15 miliar. Pembiayaan kredit UMKM meliputi Showroom Financing, Invoice Financing, Flexy Bill, Flexy Health, Flexy gas, dan Flexy Retail.
Sementara strategi pada bisnis Komersial, Bank Bukopin menjaga pada komposisi kredit dengan tingkat risiko yang rendah dengan menyasar pada sektor bisnis Komersial mencakup bidang energi, kesehatan, properti, agribisnis, dan telekomunikasi.
Pihaknya optimistis dengan pengembangan bisnis Ritel dan Komersial yang semakin solid. Perseroan akan dapat memacu pertumbuhan kinerja dan memperbaiki kualitas kredit. Pada periode yang sama, Dana Pihak Ketiga tumbuh 3,35% menjadi Rp76,42 triliun.
Sementara itu per September 2019 rasio LDR Perseroan tercatat 86%. Dengan posisi CAR yang sudah meningkat menjadi 13,51%, Bank Bukopin akan memiliki ruang yang semakin lebar untuk melakukan ekspansi.
Dari sisi kualitas kredit, rasio NPL (net) atau kredit bermasalah Perseroan per September 2019 tercatat membaik menjadi 3,81% dibandingkan dengan posisi Desember 2018 yang mencapai 4,75%.
Pada periode yang sama, sambung dia, Fee Based Income Bank Bukopin juga meningkat menjadi Rp1,212 triliun, tumbuh 112,26% dibandingkan periode September 2018 sebesar Rp572 miliar.
Menurut Eko, pertumbuhan sangat besar pada pendapatan Fee Based didukung dari produk-produk Flexy Bill, Flexy Gas, Flexy Health, dan Invoice Financing.
Perseroan pun menyiapkan sedikitnya empat produk unggulan untuk memacu pertumbuhan kinerja Perseroan. Produk-produk unggulan yang akan menjadi diferensiasi Perseroan adalah Flexy Bill, Flexy Gas, Flexy Health, dan Invoice Financing.
Dia meyakini produk-produk unggulan tersebut akan menjadi solusi yang sangat dibutuhkan pasar mengingat produknya dirancang sesuai kebutuhan nasabah dan tidak dimiliki oleh pelaku jasa keuangan lain.
"Melalui empat produk unggulan tersebut, Bank Bukopin optimistis akan dapat terus meningkatkan pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang," pungkasnya.
(ind)