Wisata Kesehatan dan Kebugaran Jadi Alternatif Tingkatkan Devisa

Rabu, 20 November 2019 - 08:22 WIB
Wisata Kesehatan dan...
Wisata Kesehatan dan Kebugaran Jadi Alternatif Tingkatkan Devisa
A A A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sepakat mengembangkan wisata kesehatan sebagai salah satu segmen pariwisata yang potensial mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) berkualitas.

Pemerintah membidik wisman berkualitas, yaitu wisatawan asing yang lama tinggalnya panjang dan pengeluarannya besar, dalam rangka mendongkrak devisa pariwisata. Sektor pariwisata diharapkan menjadi penghasil devisa terbesar di negeri ini melampaui kelapa sawit. Tahun ini nilainya diproyeksikan mencapai USD20 miliar.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio memandang penting peningkatan jumlah atau kuantitas wisman yang berkunjung ke Indonesia. Namun, kata dia, tak kalah penting adalah mendorong wisman berkualitas atau diistilahkan juga sebagai premium tourism.

"Kita harus masuk ke era quality tourism karena benar-benar membawa devisa yang akan memberi dampak positif ke negara kita. Melalui Wisata Kesehatan dan Kebugaran ini bisa menarik kunjungan turis berkualitas ke Indonesia," ujarnya di sela peluncuran Katalog Wisata Kesehatan dan Skenario Perjalanan Wisata Kebugaran di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (19/11/2019).

Dia menjelaskan, saat ini ada beragam tujuan orang berwisata. Menurut dia, kunci untuk menarik wisatawan datang ke Indonesia adalah keunikan yang ditawarkan. “Tujuan orang traveling saat ini beragam, salah satunya adalah wisata kesehatan dan kebugaran. Pemikiran semacam ini harus kita kembangkan, misalnya dengan menawarkan treatment tradisional yang kita kemas dengan baik. Dan yang paling penting adalah uniqueness, adanya keunikan yang tidak bisa dirasakan di tempat lain,” tuturnya.

Peluncuran Katalog Wisata Kesehatan dan Skenario Perjalanan Wisata Kebugaran ini merupakan upaya perubahan konsep dan strategi pariwisata Indonesia ke depan dari pariwisata berbasis kuantitas menuju pariwisata berdasarkan kualitas. “Selain mendatangkan devisa, wisatawan juga akan lebih care untuk menjaga alam budaya di tempat yang mereka datangi,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menegaskan kerja sama dua kementerian ini harus menghasilkan inovasi yang bisa diterima wisatawan, baik mancanegara atau nusantara. Dirinya juga meyakini, kerja sama ini menjadi jalan terbaik untuk meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia.

Konsep pengembangan wisata ini, kata Terawan terbagi dalam empat klaster yaitu wisata medis, wisata kebugaran dan jamu, wisata olahraga yang mendukung kesehatan, dan wisata ilmiah kesehatan.

Terawan membeberkan empat hal yang bisa dilakukan terkait konsep pariwisata kesehatan di Indonesia. Pertama, harus ada inovasi di wisata kesehatan yakni paket-paket yang ditawarkan berbeda dengan negara lain.

Kedua, pemerintah harus memikirkan cara untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia agar tidak lagi berwisata kesehatan ke luar negeri. "Bagaimana caranya kita merebut kepercayaan orang Indonesia agar jangan berobat ke luar negeri. Kita harus meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di dalam negeri. Selain itu, menawarkan paket yang bertanggung jawab, rasional, dan berinovasi,” kata Terawan.

Cara ketiga yang juga dipercaya Menkes bisa menarik wisatawan adalah membuat paket wisata yang bisa dinikmati berhari-hari. Keempat, mempermudah pembayaran sistem paket wisata kesehatan. "Intinya dalam paket wisata kesehatan ini harus mengacu pada kemajuan teknologi, jadi jangan ada masalah di bidang pembayaran," ujarnya.

Data Global Buyers Survey 2016–2017 menunjukkan bahwa terdapat 11 juta wisatawan atau sekitar 3%-4% dari total penduduk dunia melakukan perjalanan wisata dengan tujuan wisata medis.

Sedangkan menurut survei Global Wellness Economy Monitor 2017 yang merupakan data tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah perjalanan untuk pariwisata kebugaran sebanyak 691 juta, jumlah ini meningkat 104,4 juta dibandingkan tahun 2013.

Dari 691 juta perjalanan wisata tersebut, hanya 11% yang tujuan utamanya untuk wisata kebugaran, sedangkan sisanya yaitu 89% bertujuan untuk mencari dan mendapatkan wisata kebugaran.

Hal itu menunjukkan bahwa pariwisata kesehatan khususnya kebugaran memiliki prospek yang kian berkembang ke depannya. Karenanya, Kemenparekraf dan Kemenkes tengah berupaya untuk mengelola serta mengembangan wisata kebugaran. Salah satunya dengan menetapkan beberapa daerah sebagai perjalanan wisata kebugaran.

Diantaranya kawasan Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang) yang menawarkan kearifan lokal, Bali dengan sajian layanan berkelas, serta Jakarta dengan teknologi barunya.

Sementara itu, salah satu kearifan lokal yang menjadi unggulan adalah jamu. Ramuan herbal tradisional khas Indonesia yang sudah digunakan secara turun temurun ini dipercaya memiliki khasiat-khasiat yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan melindungi diri dari penyakit sehingga bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan.

Oleh karena itu, pelayanan kesehatan jamu menekankan pada upaya mempertahankan, menjaga serta meningkatkan kemampuan tubuh agar mencapai derajat kesehatan yang tinggi.

Pengembangan wisata kesehatan jamu bisa menjadi perpaduan antara pengobatan, nilai ekonomis, wisata serta edukasi sebagai upaya mengenalkan ramuan herbal asli Indonesia ke kancah internasional.

“Selain itu pengembangan wisata kesehatan diharapkan mampu menciptakan multiplier effect untuk menumbuhkan minat investasi di bidang pelayanan wisata kesehatan yang semakin tinggi di Indonesia,” ungkap Menkes.

Di Indonesia sendiri telah memiliki badan yang secara khusus mengembangkan wisata dengan memanfaatkan klinik herbal yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BP2P2TOOT) yang berada di Tawangmangu, Jawa Tengah.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2381 seconds (0.1#10.140)