Inovasi FABA PLN Tanjung Jati B, dari Limbah Menjadi Berkah

Kamis, 21 November 2019 - 18:51 WIB
Inovasi FABA PLN Tanjung...
Inovasi FABA PLN Tanjung Jati B, dari Limbah Menjadi Berkah
A A A
JEPARA - Debu sisa hasil pembakaran batu bara, fly ash dan bottom ash (FABA), adalah limbah yang umum dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Tak terkecuali di PLTU Tanjung Jati B 4 x 710 MW yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang dikelola PT PLN (Persero).

Namun, di tengah tren turunnya pemanfaatan FABA PLTU batu bara, PLTU Tanjung Jati B dengan cerdik berhasil memanfaatkan FABA untuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaannya (corporate social responsibility/CSR). Berbekal izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pemanfaatan FABA, PLTU Tanjung Jati B menyulap FABA menjadi batako, paving dan beton pracetak yang digunakan untuk kegiatan CSR pembangunan rumah warga tidak mampu di sekitar pembangkit tersebut.

"Pada Agustus 2019 kami mengantongi izin dari KLHK dalam pemanfaatan FABA menjadi batako, paving, dan beton pracetak. Dan pada bulan September PLN TJB mulai merenovasi rumah warga sekitar PLTU yang kurang mampu. Hingga kini sudah terbangun tiga rumah, targetnya di tahun ini kami membangun 10 rumah menggunakan batako dari FABA," ujar General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN TJB) Rahmat Azwin di Jepara, Kamis (21/11/2019).

Azwin mengatakan, pemanfaatan FABA PLTU TJB di empat tahun terakhir memang sedang mengalami penurunan. Fly ash turun 60% dan bottom ash turun 70% dari tahun sebelumnya. Dari produksi fly ash sebesar 361.000 ton per tahun pemanfaatannya hanya 30% oleh batching plant dan pabrik semen. Sisanya, sebanyak 70% ditimbun di landfill. Sedangkan untuk bottom ash hanya termanfaatkan 7% dari total produksi 66.000 ton. "Masih ada 61.000 ton setiap tahun FABA yang belum termanfaatkan," jelas Azwin.

Penurunan ini, jelas dia, dikarenakan semakin banyak PLTU yang beroperasi di Jawa namun tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah batching plant dan pabrik semen. Pemanfaatan FABA untuk kegiatan CSR ini menjadi salah satu terobosan terkait kondisi tersebut. Meskipun diakui penyerapan FABA melalui skema CSR untuk bedah rumah belum signifikan, Azwin optimistis terobosan ini bisa menjadi langkah awal untuk pemanfaatan yang lebih luas lagi.
Sebagai gambaran, satu rumah yang dibangun PLN TJB adalah tipe 72 yang membutuhkan sekitar 1.600 batako yang menyerap 11 ton FABA untuk pembuatannya. "Saat ini kami sedang menunggu proses perizinan untuk membangun 3,2 km jalan cor di Kabupaten Demak yang akan menyerap sekitar 21.000 ton," tambahnya.
Karena itu, Azwin berharap pemerintah memberikan kemudahan dalam perizinan pemanfaatan FABA untuk pembangunan infrastruktur. Sebab, tegas dia, akan banyak keuntungan yang diperoleh. "Jika FABA bisa dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah akan menghemat sekitar 30% anggaran dan mengurangi dampak lingkungan akibat penambangan pasir," tandasnya.

Sementara itu, pasangan Samsuri (80) dan Surina (75), salah satu penerima bantuan renovasi rumah dari PLN TJB tak bisa menyembunyikan rasa terima kasih atas bantuan yang diterimanya. Nelayan sepuh asal Desa Kaliaman dengan penghasilan tidak tetap itu kini memiliki rumah kokoh yang dibangun dari batako FABA. "Dulu (dinding rumah) dari gedhek, kalau hujan ya masuk, basah semua. Sekarang alhamdulillah," ujar Samsuri penuh syukur.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1524 seconds (0.1#10.140)