Teten Dorong Warung Tradisional Masuk Supply Chain Management
A
A
A
JAKARTA - Warung tradisional identik dengan perekonomian rakyat. Namun, ditengah era digital, warung tradisional harus bertranformasi diri agar tidak tergerus oleh ritel modern.
Untuk itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki, mendorong warung tradisional masuk dalam supply chain management (manajemen rantai produksi). Sehingga mendapatkan playing field (perlakuan yang sama) dengan ritel modern khususnya dalam masalah harga.
"Bicara warung, itu identik dengan ekonomi rakyat. Ketika sektor formal tidak mampu menyerap tenaga kerja, maka membuka warung menjadi pilihan paling gampang. Karena itu, tak heran di setiap pelosok kita menemukan warung," ucap Teten Masduki di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Namun, kata Tetent, manajemen dan penataan warung tradisional perlu pembenahan agar bisa bersaing dengan ritel modern. Catatan Kemenkop dan UKM, saat ini ada 1.131 peritel modern (belum termasuk jaringannya) yang menawarkan belanja nyaman, harga relatif murah dan praktis.
"Sementara warung tradisional yang jumlahnya jutaan, banyak memiliki kekurangan misalnya penataan barang, harga dan sebagainya. Mau tak mau warung harus berbenah agar bisa bersaing dengan ritel modern, syukur-syukur ada aplikasi yang memungkinkan ada playing field yang sama misalnya dalam masalah harga dari pabrikan," jelasnya.
Menkop dan UKM menyambut baik kiprah PT HM Sampoerna yang sejak 11 tahun lalu, membina dan memberdayakan UKM melalui Sampoerna Retail Community (SRC).
"Tapi UKM jangan mau terus dibina, harus ada niat untuk naik kelas, salah satu caranya dengan masuk dalam skema pembiayaan perbankan," ujar Teten.
Dengan masuk skema pembiayaan berbunga murah seperti KUR yang hanya 6% per tahun atau Kredit Ultra Mikro (UMi) yang 4% per tahun, maka UMKM tersebut sekaligus mendapat bimbingan seperti manajemen pembukuan. "Banyak warung soto yang laris, namun mereka tidak bankable karena masalah pembukuan yang kurang tertib," jelas Teten.
Teten menguraikan, kesenjangan perekonomian Indonesia dimana gap antara pengusaha besar dan UKM terlalu lebar, memang harus diatasi, karena akan membahayakan jika dibiarkan.
"Caranya dengan melakukan kemitraan antara yang besar dan kecil, bukan dengan menarik yang besar ke bawah. Karena itu kemitraan menjadi sangat penting karena UKM tidak bisa berusaha sendirian, harus masuk dalam supply chain. Pemerintah akan mendukung misalnya dengan membuka klinik konsultasi UMKM agar bisa berkembang," kata Menkop Teten.
Sementara itu, Direktur HM Sampoerna, Ivan Cahyadi, mengatakan pendirian SRC ini merupakan wujud komitmen dari HM Sampoerna untuk memberdayakan perekonomian rakyat melalui usaha warung tradisional.
"Ini sudah kami lakukan sejak 11 tahun lalu, dan sampai sekarang tercatat sudah 120 ribu warung yang bergabung dengan SRC dan tersebar di seluruh Indonesia," katanya.
Tri Mulyani, Ketua Paguyuban SRC Jakarta menambahkan, acara ini merupakan inisiatif para pelaku UKM yang tergabung dalam SRC.
"Kami juga mengajak masyarakat untuk berbelanja di warung atau toko kelontong terdekat melalui gerakan 'Berkah' atau berbelanja di warung dekat rumah," katanya.
Untuk itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki, mendorong warung tradisional masuk dalam supply chain management (manajemen rantai produksi). Sehingga mendapatkan playing field (perlakuan yang sama) dengan ritel modern khususnya dalam masalah harga.
"Bicara warung, itu identik dengan ekonomi rakyat. Ketika sektor formal tidak mampu menyerap tenaga kerja, maka membuka warung menjadi pilihan paling gampang. Karena itu, tak heran di setiap pelosok kita menemukan warung," ucap Teten Masduki di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Namun, kata Tetent, manajemen dan penataan warung tradisional perlu pembenahan agar bisa bersaing dengan ritel modern. Catatan Kemenkop dan UKM, saat ini ada 1.131 peritel modern (belum termasuk jaringannya) yang menawarkan belanja nyaman, harga relatif murah dan praktis.
"Sementara warung tradisional yang jumlahnya jutaan, banyak memiliki kekurangan misalnya penataan barang, harga dan sebagainya. Mau tak mau warung harus berbenah agar bisa bersaing dengan ritel modern, syukur-syukur ada aplikasi yang memungkinkan ada playing field yang sama misalnya dalam masalah harga dari pabrikan," jelasnya.
Menkop dan UKM menyambut baik kiprah PT HM Sampoerna yang sejak 11 tahun lalu, membina dan memberdayakan UKM melalui Sampoerna Retail Community (SRC).
"Tapi UKM jangan mau terus dibina, harus ada niat untuk naik kelas, salah satu caranya dengan masuk dalam skema pembiayaan perbankan," ujar Teten.
Dengan masuk skema pembiayaan berbunga murah seperti KUR yang hanya 6% per tahun atau Kredit Ultra Mikro (UMi) yang 4% per tahun, maka UMKM tersebut sekaligus mendapat bimbingan seperti manajemen pembukuan. "Banyak warung soto yang laris, namun mereka tidak bankable karena masalah pembukuan yang kurang tertib," jelas Teten.
Teten menguraikan, kesenjangan perekonomian Indonesia dimana gap antara pengusaha besar dan UKM terlalu lebar, memang harus diatasi, karena akan membahayakan jika dibiarkan.
"Caranya dengan melakukan kemitraan antara yang besar dan kecil, bukan dengan menarik yang besar ke bawah. Karena itu kemitraan menjadi sangat penting karena UKM tidak bisa berusaha sendirian, harus masuk dalam supply chain. Pemerintah akan mendukung misalnya dengan membuka klinik konsultasi UMKM agar bisa berkembang," kata Menkop Teten.
Sementara itu, Direktur HM Sampoerna, Ivan Cahyadi, mengatakan pendirian SRC ini merupakan wujud komitmen dari HM Sampoerna untuk memberdayakan perekonomian rakyat melalui usaha warung tradisional.
"Ini sudah kami lakukan sejak 11 tahun lalu, dan sampai sekarang tercatat sudah 120 ribu warung yang bergabung dengan SRC dan tersebar di seluruh Indonesia," katanya.
Tri Mulyani, Ketua Paguyuban SRC Jakarta menambahkan, acara ini merupakan inisiatif para pelaku UKM yang tergabung dalam SRC.
"Kami juga mengajak masyarakat untuk berbelanja di warung atau toko kelontong terdekat melalui gerakan 'Berkah' atau berbelanja di warung dekat rumah," katanya.
(ven)