SKK Migas Akui Eksplorasi Cekungan Migas Belum Maksimal
A
A
A
YOGYAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui saat ini eksplorasi minyak di Indonesia masih belum maksimal. Dari 132 cekungan minyak dan gas yang dimiliki, baru 54 yang tereksplorasi dan berproduksi.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan saat ini produksi minyak per bulan Oktober sebesar 748 ribu barel per hari. Selain itu ada 7,2 miliar standar kaki kubik gas per hari.
"Kita berharap investor datang karena ada 74 cekungan yang bisa dieksplorasi untuk produksi minyak," terangnya kepada wartawan usai membuka konferensi Joint Convention Yogyakarta (JCY) 2019 di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (26/11/2019).
Diakuinya, belum maksimalnya eksplorasi cekungan migas karena berada daerah yang terlalu jauh dari jangkauan atau terlalu luar. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai dengan potensi yang tidak terlalu besar sehingga keekonomiannya tidak memadai untuk investor melakukan pengembangan di daerah tersebut.
"Saya berharap acara ini dapat membantu mencari solusi untuk mengembangkan daerah berpotensi dengan lebih efektif dan efisien,” tandasnya.
Dalam joint convention 2019 tersebut mengambil tema "Toward Massive Exploration and Maximizing Undeveloped Resources", diikuti 1.000 ahli. Diantaranya dari Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI).
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan saat ini produksi minyak per bulan Oktober sebesar 748 ribu barel per hari. Selain itu ada 7,2 miliar standar kaki kubik gas per hari.
"Kita berharap investor datang karena ada 74 cekungan yang bisa dieksplorasi untuk produksi minyak," terangnya kepada wartawan usai membuka konferensi Joint Convention Yogyakarta (JCY) 2019 di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (26/11/2019).
Diakuinya, belum maksimalnya eksplorasi cekungan migas karena berada daerah yang terlalu jauh dari jangkauan atau terlalu luar. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai dengan potensi yang tidak terlalu besar sehingga keekonomiannya tidak memadai untuk investor melakukan pengembangan di daerah tersebut.
"Saya berharap acara ini dapat membantu mencari solusi untuk mengembangkan daerah berpotensi dengan lebih efektif dan efisien,” tandasnya.
Dalam joint convention 2019 tersebut mengambil tema "Toward Massive Exploration and Maximizing Undeveloped Resources", diikuti 1.000 ahli. Diantaranya dari Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI).
(ven)