Kondisi Ketidakpastian Picu Pelaku Usaha Tunda Keputusan Bisnis

Rabu, 27 November 2019 - 06:46 WIB
Kondisi Ketidakpastian...
Kondisi Ketidakpastian Picu Pelaku Usaha Tunda Keputusan Bisnis
A A A
JAKARTA - Kinerja perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan mengalami perlambatan. Hal itu dipicu oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi rumah tangga yang melambat di kuartal ketiga. Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean mengatakan, diperkirakan sisa tahun ini pelaku usaha menunda keputusan bisnis karena bayangan ketidakpastian, baik yang muncul dari sisi global maupun domestik.

Sejalan dengan menurunnya permintaan dan adanya kendala likuiditas, pertumbuhan kredit juga berangsur melambat. "Terlebih, pelemahan harga komoditas dan tingginya suku bunga pada paruh pertama tahun 2019, juga telah menyebabkan rumah tangga mengerem belanjanya,” ujar Adrian di Jakarta, kemarin.

Sementara itu, pada kuartal III/2019 tahun ini dengan mengoreksi faktor musiman, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga antar kuartal bahkan telah mencapai angka terendah dalam sembilan tahun terakhir. "Pertumbuhan konsumsi swasta di kuartal III/2019 kalau lihat data mengalami penurunan yang dalam (jika dibuang faktor musiman). Dan yang bisa merubah ini hanya kebijakan," katanya.

Menurut Adrian, dengan memperhitungkan semua faktor dan prospek berlanjutnya perlambatan di kuartal IV/2019, maka perekonomian Indonesia diperkirakan hanya akan bertumbuh maksimum 5% di tahun 2019.

Sedangkan tahun 2020 masih akan sekitar 5% atau bisa di bawah 5%. Masih melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020, lanjut dia, disebabkan Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok serta stagnannya pertumbuhan perekonomian dunia juga berpengaruh pada dinamika investasi dan konsumsi dalam negeri.

"Kondisi global tidak menggembirakan. Alasannya karena tahun 2019 hingga tahun 2020 nanti situasi di AS angka indikator ekonominya menunjukan tidak terlalu kuat tapi juga tidak terlalu lemah. Maka dari itu, diperlukan pemotongan suku bunga di AS," ungkap dia.

Meskipun perekonomian Indonesia tahun depan masih dibayangi sejumlah tantangan, para pelaku usaha diharapkan tetap optimistis. Ada beberapa strategi untuk menyikap berbagai tantangan tersebut. Pertama, dalam jangka pendek, pemerintah perlu mempertimbangkan pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mendekati 3%.

Kedua, dalam jangka pendek-menengah, pemerintah perlu agresif menaikkan kontribusi dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ketiga, pemerintah dan regulator perlu segera melakukan terobosan dalam meningkatkan mobilisasi tabungan dalam negeri lewat reformasi besar-besaran di industri dana pensiun dan social security.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1461 seconds (0.1#10.140)